- Sheet : 53. Asisten genit?

1.8K 69 3
                                    

Berita hilangnya Daffa dan beberapa anggota Black piston lainnya sudah tersebar dimana-mana dan awal mula penyebaran berita itu dari pihak keluarga Daffa karena tidak pernah melihat anak mereka walaupun Daffa memang jarang pulang namun cowok itu masih sesekali pulang kerumah walaupun hanya sekedar mengambil beberapa baju ganti.

Kaiyca sudah diperbolehkan pulang dari pihak rumah sakit. Gadis itu mulai membaik, tubuhnya sedikit bisa digerakkan mungkin karena setelah operasi, Kaiyca butuh waktu beberapa hari untuk bisa menggerakkan anggota tubuhnya dengan sempurna.

Semua orang berkumpul di mansion, baik Rosa dan Rajash juga ikut serta dalam perkumpulan anak-anak remaja itu.

"Lo pada udah dengar tentang berita hilangnya anak-anak black pisto sama Daffanjeng itu?" ujar Bevan dengan mulut yang penuh makanan.

Plak!

Pukulan mendarat tepat dipunggung Bevan, hingga membuat cowok itu tersedak dan terbatuk-batuk sembari memukul dadannya.

"Lebay." Cibir Bahvin, padahal ia hanya memberi pukulan kecil.

"A..ANYING, GUE KESED-AK, BANGKE!" pekik Bevan heboh.

"AIR, AE-LAH, GA..K ADA YANG MERHATIIN, UHUK-UHUK."

"Nih, om.." Sahut Elno seraya memberikan segelas air ke tangan Bevan.

Dengan rakus cowok itu meminum air dengan sekali tegukan. "Ah.. Lega banget, lo ya setan. Kalau gue lagi makan tuh jangan kebiasaan mukul punggung!" omelnya menatap kesal Bahvin.

"Biasa aja." Balas Bahvin singkat tanpa berniat meminta maaf.

Bevan berdecih, ia memalingkan wajah. Memang apa yang harus diharapkan dari kembaran titisan iblis nya itu? tidak akan meminta maaf jika bukan karena suruhan dari bunda mereka. Sedari kecil, Bahvin selalu membuat Bevan tersedak bahkan hampir membuatnya kehabisan nafas, namun cowok itu tidak pernah sedikitpun berniat untuk meminta maaf kepadanya.

"Oh iya, kalau memang mereka semua hilang. Kira-kira alasannya apa?" sahut Bian penasaran.

"Mungkin karena takut di hantam sama Leon, waktu itu mah sok-sokan mau nyerang eh malah ciut kaya kucing ketemu anjing."

Plak!

"Kucing ketemu anjing ribut bego bang, bukannya menciut." Kesal Bian setelah memukul kepala belakang Bevan.

"Wadidaw, dari kemaren-kemaren, dan kemaren sampai seterusnya. Kenapa gue jadi sasaran empuk, anying? punya dendam keramat apa kalian semua, hah?!" ngegas Bevan sembari berkacak pinggang di depan semuanya.

"Banyak bang, kita-kita berniat mau hanyutin lo ke arus yang deras biar lo kebawa arus dan gabisa balik lagi." Sahut Bian mewakili.

"Ah, bodo nyet. Males gue, minggat aja udah minggat gue." Ngambek Bevan dan pergi menjauh dari semua orang.

"Ambekan tuh kembaran lo, vin."

"Bukan kembaran gue."

"Haha, anjing lah fak kata gue teh. Makjreng, gwencana? gwencanayo? tengtengtengteng."

***

Dilain tempat, seorang cowok bersetelan kantoran sedang berkutik dengan laptop di hadapannya. Cowok itu terlihat sangat fokus mengetik diatas keyboard dan sesekali menyeduh kopi.

"Permisi, tuan Leon."

Ya, cowok itu, Leon. Leon mengangkat kepalanya, menatap datar ke arah asisten perempuan yang masuk keruangan kerjanya tanpa dipanggil. Asisten bernama ajeng itu terlihat seperti sedang berusaha menggoda Leon dengan berpakaian seksi setiap harinya, seperti sekarang.

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang