- Sheet : 50. Lepas?

1.6K 73 11
                                    

Leon dkk keluar dari markas bruiser meninggalkan keempat pria suruhan Tyara di dalam sana. Bukan karena sengaja namun itu memang tugas mereka yang diperintahkan oleh Tyara untuk mengawasi anggota Black piston agar tidak berupaya kabur dari ruang bawah tanah.

Mata Kaiyca melebar ketika melihat sosok Daffa di balik tembok dengan menodongkan pistol ke arah Leon. Cowok itu tampak menyeringai dengan luka pada bagian wajahnya.

"KAK EO, AWAS!!"

Belum sempat Leon berbicara, sebuah peluru dengan tiba-tiba meleset darinya karena dorongan Kaiyca dari arah belakang.

DOR!

"ARGHH!!"

Peluru itu mengenai punggung Kaiyca.

"AII!!"

"MIMA!"

"KAIYCA!!

"BUBOS!"

Kaiyca terjatuh dalam pelukan Leon, penglihatan gadis itu mulai buram namun sebelum ia benar-benar memejamkan mata. Tangannya yang bergetar meraih pipi kanan Leon, "K..kak, j-jangan pa—nik, aku gak apa-apa kok." Ucapnya tertatih-tatih.

"Dek, lo yang kuat." Sahut Tyara, matanya berkaca-kaca melihat wajah Kaiyca yang terlihat kesakitan.

"ANJING LO, TANGKAP KAPARAT SIALAN ITU. KALAU PERLU BUNUH, CEPAT SIALAN." Bentak Tyara dengan nafas yang memburu.

"GAK BECUS LO SEMUA, KENAPA TUH ANJING BISA LEPAS DARI KALIAN, HA?!" sambungnya marah.

"Maaf queen." Serentak keempat pria itu sembari menundukkan kepala.

Daffa berhasil membuka ikatan ditubuhnya dengan bantuan pisau kecil yang ada dikantong celana cowok itu. Nidas, Elvan, Mio, dan Kelmo sudah berusaha mengehentikan Daffa namun tikus kecil itu cukup cerdik dengan melemparkan tanah ke wajah mereka.

"Cepat cari, sampai ketemu. Kalau udah, bawa ketempat biasa. Pastiin anggotanya juga ada ditempat itu, gue bakalan datang 30 menit lagi." Ujar Tyara dingin.

"TUNGGU APA LAGI, LEON. AYOK BAWA KAIYCA KERUMAH SAKIT BEGO, ELNO IKUT UTI, ABIGAIL SAMA GUE." Lanjutnya berteriak, ia mengambil alih tubuh kecil Abigail dari tangan Kaiyca, beruntung Abigail tidak menangis karena tembakan itu.

"SIAPIN MOBIL!"

***

Derap langkah memenuhi sudut lorong rumah sakit malam ini. Anak-anak Bruiser, dan teman-teman Leon. Juga Rosa dan Rajash sedang menunggu di depan ruang operasi dengan jantung yang berdebar-debar tidak karuan. Perasaan cemas menghantui semua orang, terutama Leon, cowok itu terlihat khawatir dengan terus mondar-mandir didepan mereka semua.

"Daffa sialan, kalau sampai keadaan Kaiyca buruk. Gue pastiin lo mati ditangan gue, bangsat!" sarkas nya dingin.

Marvez menepuk pundak cowok itu, membuat Leon menoleh ke arahnya. Ia tersenyum tipis, "Kaiyca kuat." Ujarnya singkat.

Bevan menyahut. "Benar, bubos kita kuat. Berdoa aja, serahin semua sama tuhan." Ucapnya membenarkan perkataan Marvez.

"Lo tenang aja, semua bakalan baik-baik aja." Tambah Bahvin.

"Mas, putri kita mas..." Lirih Rosa sembari menangis, ia menatap sendu ke arah pintu operasi yang ada Kaiyca didalamnya.

Rajash mengusap punggung istrinya lembut. "Berhenti nangis, sayang. Putri kita gak bakalan kenapa-kenapa, dia perempuan yang kuat. Percayakan semua dengan tuhan dan dokter sebagai perantara-Nya."

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang