Pukul tiga sore semua orang di kantor mulai berkemas untuk pulang. Adi, sagara dan juga dio pulang bersama.
Di dalam mobil milik sagara, suasananya begitu sunyi, tidak ada obrolan dari ketiganya. Sagara fokus mengemudi sementara dio dan aditya memainkan ponsel miliknya masing-masing.
"Wahh bahaya bahaya" Ujar aditya dengan raut wajah panik.
"Kenapa? Kenapa?" dio menengok ke aditya yang duduk di jok belakang.
"Gar gara! puter balik sekarang!"
Sagara acuh, lelaki itu tidak akan menggubris apapun itu jika bukan tentang kalana.
"kita ke kampus luna sekarang!"
Aditya menepuk pundak sagara dengan kesal, namun sang pengemudi tetap acuh.
"Lo naik ojol aja kalo mau kesana?" Kata sagara dengan malas.
"Luna sama alta adu jotos nih"
"Ohh, berantem" Beo dio, ia juga tidak perduli karena itu bukan urusannya.
Jika dio saja tidak perduli apalagi sagara, mau alta dan luna di dasar jurang pun mereka tidak akan perduli. "Ya terus?"
Aditya memajukan badannya, ia melongok ke arah sagara."Tebak, siapa yang luka?"
"gue nggak peduli?" Bahkan untuk menoleh ke arah aditya pun sang pengemudi itu tidak melakukannya, ia benar-benar acuh.
"Yakin masih gak peduli, kalo gue bilang kalana yang luka! Pelipisnya sobek tuh, berdarah darah!"
Dengan tiba-tiba sagara menginjak rem mobilnya.
"Selamet! Untung nggak cium dashboard mobil kepala gue" Dio memegang dadanya yang tengah berdetak kencang karena kaget.
"Sakit anjing! Pala gue kena headrest!"
Sagara mengabaikan protes dari kedua temannya, ia dengan cepat mencari belokan, untuk memutar balik mobilnya.
Luka? Berdarah? Sagara begitu khawatir, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kalana baik-baik saja? Apa lukanya parah?
Setelah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, mereka akhirnya tiba di depan kampus. Sagara memarkirkan mobilnya sembarang, bahkan ia keluar dengan mesin yang masih menyala dan pintu mobil yang tidak ia tutup.
Sagara berlari dengan cepat menuju unit kesehatan kampus di ikuti oleh aditya, sementara dio tertingal di dalam mobil.
"Yah. gue yang parkirin mobil nih?" Sial! Dio berbicara pada dirinya sendiri.
Bruggghh
Pintu unit kesehatan di buka dengan kasar oleh sagara, di ujung ruangan ia bisa melihat kalana yang sedang di obati oleh para medis.
Rasanya lemas, saat sagara melihat adanya bekas darah di pipi dan juga kemeja yang kalana pakai.
Sagara menghampiri luna dengan raut wajahnya yang memerah, menahan amarahnya. "Ceritain ke gue kronologinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Senja [Sagara & Kalana]
RomanceKenalin, Sagara Saydhi Askara. Lelaki tampan yang tingginya 185cm, ia memiliki berjuta keahlian tapi minus akhlak. Sagara hidup dengan bebas tanpa aturan, saking bebasnya sampai tidak bisa membedakan gelap dan terang, benar atau salah. Sagara adala...