Bab 12 - Mengeras

264 37 5
                                    

Di parkiran kantor pusat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di parkiran kantor pusat. Sagara bersandar pada mobil hitam miliknya, lelaki itu tengah menghisap rokok dengan nikmatnya.

"DILARANG NYEBAT!"

Ucapan aditya berhasil membuat sagara terbatuk karena kaget.

"Udah jadian sama luna?"

Aditya menatap sagara dengan sinis, untuk apa ia bertanya tentang luna. "Kenapa? Cemburu lo?"

"Cemburu pala bapak kau! Asal lo tau, gue deketin luna cuma buat cari info tentang kalana di" Jawab sagara dengan santai, ia kembali menghisap rokoknya dengan nikmat.

Aditya melirik sinis ke arah sagara. "Apa yang lo harepin dari pacar orang?"

"Mungkin, Cinta" jawab sagara singkat, tapi maknanya begitu dalam. Entah aditya bisa memahaminya atau tidak.

"Cinta memang indah. Tapi dengan orang yang tepat dan saling terbalas"

"Lo bukan Tuhan, tepat atau tidaknya seseorang cuma kita yang bisa rasain" Sagara percaya bahwa waktu akan mengabulkan semua keinginannya, Dirinya layak bersama kalana.

"Cari cewek lain yang bisa lo ajak main-main, jangan kalana" aditya menjeda kalimatnya, ia mencari kata-kata yang tepat untuk menyadarkan sagara. "Kalana itu punya bang kafa! Lo harus inget gimana baiknya abang, dia sampe pasang badan buat lo! Kalo lo lupa"

"Terlanjur di, kita enggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa" sagara menarik nafas panjang untuk menekan emosinya. "Hidup bukan perihal siapa yang paling cepat. sekarang mungkin kalana punya abang, boleh jadi besok atau lusa mereka putus"

Aditya tersenyum menyeringai, kemudian menggelengkan kepalanya. Sahabatnya itu benar-benar keras kepala.

"Stop main-mainnya! Lo cuma penasaran. Karena bermain dengan milik orang rasanya lebih menyenangkan"

"Tapi, seandainya kalana mau sama gue gimana?"

"Kalian berdua BANGSAT! BAJINGAN! apalagi ungkapan yang bagus untuk pasangan selingkuh?"

Sagara terkekeh, walaupun dalam hati terselip rasa sakit. sebutan itu memang pantas di tujukan pada dirinya, tapi tidak untuk kalana.

"Ada bang kafa" Adi mengucapkannya pelan di telingan sagara.

Sayang sekali obrolan mereka harus terhenti.

"Nyebat bang"

Sagara menyodorkan sebungkus rokok ke arah kafa, namun kafa hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Ah elah! Bang kafa udah gak nyebat kali gar" beo aditya.

"Sejak kapan?"

"Sejak pacaran sama kala"

Sejak bersama kalana, kafa banyak berubah. Lelaki itu meninggalkan semua kebiasaan buruknya.

"Nahh, lo ikutin jejak bang kafa tuh. Berhenti ngerokok sama mabora juga!" Aditya menepuk paha sagara yang berada di sampingnya.

Hallo Senja [Sagara & Kalana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang