Bab 20 - Pecah

148 30 6
                                    

Tidak berselang lama pasca kejadian mengerikan itu, sagara kembali ke rumah kalana setelah selesai dengan jam kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak berselang lama pasca kejadian mengerikan itu, sagara kembali ke rumah kalana setelah selesai dengan jam kerjanya.

Pintu rumah besar itu terbuka lebar, sagara langsung masuk ke dalam rumah. Lelaki itu sangat terkejut mendapati keadaan rumah yang betantakan, juga ada pecahan keramik di lantai.

Sagara lebih panik saat melihat keadaan kalana yang sedang menangis tersedu, duduk di anak tangga sembari memegang kedua telinganya.

"By" Sagara berlari mendekati kalana kemudian memeluknya erat.

Tangisan kalana kembali pecah dalam pelukan sagara, setelah cukup tenang sagara melepaskan pelukannya dan membenahi rambut kalana yang berantakan.

"Siapa orangnya by?"  Sagara bertanya lirih.

Kalana menutup mulutnya, ia tidak ingin menjawab pertanyaan sagara. Namun saat sagara mengulang pertnyaannya, kalana mau buka suara.

"Mark" dengan terbata-bata kalana mengucapkan nama itu.

Mark lebih nekat dari yang sagara bayangkan, ia mencengkeram tangannya sendiri kuat-kuat. Sial karena ia kecolongan, sagara merasa tidak bisa menjaga dan melindungi kalana dengan baik.

"Kamu udah aman by"

Sagara panik saat mendapati pergelangan kaki kalana. "By. kaki lo"

Tanpa aba- aba sagara mengangkat tubuh kalana ke atas sofa, ia membersihkan darah dan mulai mengobati lukanya.

"Sakit enggak?" Kalana hanya menggeleng, Bukan tidak merasa sakit, tapi rasa sakitnya kalah dengan rasa takutnya.

Setelah membersihkan pecahan vas bunga sagara duduk di samping kalana, ia menyodorkan ponsel milik kalana yang tertinggal di mobilnya.

Sagara benar-benar merasa bersalah karena ia tidak bisa menjaga kalana, gadis yang sangat ia cintai.

"Udah, jangan takut ya, ada gue by" sagara meraih tangan kalana kemudian menggenggamnya erat.

"Ayo, Gue anter ke kamar by"

Setelah kalana duduk di atas tempat tidurnya, sagara mengusap lembut kepala kalana.

"Istirahat yaa, gue pulang dulu"

Kalana meraih tangan sagara, ia mendongakkan kepalanya ke atas, menatap netra sagara dengan lekat, tersirat untuk jangan pergi, namun berat untuk mengucapkannya.

"Kenapa sayang?"

Kalana memeluk lengan sagara, isakannya mulai terdengar kembali.

"Jangan pergi"

Sagara tersenyum, ia merasa senang karena bisa menjadi orang yang di butuhkan kalana dalam keadaan seperti ini, bukan kafa.

Kalana menggeser tubuhnya, memberi tempat kepada sagara untuk naik ke atas tempat tidur.

Hallo Senja [Sagara & Kalana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang