Hari ini dio ke kantor pusat untuk melihat ruangan yang akan ia tempati dan juga berkenalan dengan partner kerjanya nanti, walaupun ini masih hari cutinya namun ia ke kantor memakai seragam rapih.
"Selamat datang pak dio" kafa mengulurkan tangannya kedepan, bukannya di sambut, dio justru memeluk kafa.
"Pak pak, apaan sih, Gimana kabar lo kaf?"
Dio terlihat senang melihat kafa di hadapannya sekarang, teman satu perjuangan, mereka merasakan susah dan senangnya bersama saat menjalani pelatihan, hingga mereka di tugaskan beda kota, namun keduanya masih saling berhubungan baik.
"Sehat, seperti yang lo liat"
Kafa terkekeh senang, terlihat jelas raut wajah kafa yang bahagia dengan kehadiran sahabat lamanya ini.
"Anjing! Pelat ijo!" Sagara menatap dio dengan raut wajah tidak percaya, pasalnya orang yang ia ajak guled ternyata adalah atasannya sendiri, sagara mengingat betapa kurang ajar dan tidak sopannya ia kemarin kepada dio, jika sagara tau tentang dio, tentu saja dia tidak akan melakukan hal itu.
Suara sagara membuat kafa dan dio menengok ke arahnya bersamaan, kafa kemudian menarik tangan sagara lalu memperkenalkannya kepada dio.
"Selamat bergabung pak" Sagara mengulurkan tangannya dengan kepala yang menunduk, malu dan juga ada sedikit rasa takut, itulah yang ia rasakan saat ini.
Dio menyambut uluran tangan sagara dengan hangat, dia bersikap seakan tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan juga sagara. "Semoga kita bisa berhubungan baik ya, saya pasti butuh bantuan kamu nanti"
"Berhubungan baik? Enggak yakin gue!" Batin sagara, ia yakin jika dio sedang menyindirnya.
Namun kafa sendiri tidak mengetahui tentang perseteruan antara dio dengan sagara di mall kemarin. "Santai aja gar, jangan tegang"
"Iya bang"
Kafa melirik ke arah dio dengan senyum manisnya. "Awas, jangan kasih banyak kerjaan ke sagara ya"
Setelah cukup lama mengobrol, kafa membiarkan dio dan sagara berdua, ia harus pergi karena masih ada pekerjaan lain yang harus di kerjakan.
Setelah kepergian kafa raut wajah dio berubah menjadi sinis, bahasanya pun tidak lagi formal, terlihat jelas jika dio ia masih jengkel kepada sagara. "Lo bawa kendaraan enggak?"
"Bawa, Kenapa?!" Jawab sagara dengan ketus.
"Anterin gue cari rumah dinas"
"Kapan?"
"Sekaranglah. Lo pikir kapan? tahun depan? Hah!" dio menarik paksa tangan sagara menuju parkiran.
"Lo mau cari di daerah mana?"
"Lahh mana gue tau. Gue kan baru di sini, Harusnya lo yang rekomendasiin ke gue! Itu tujuan gue ngajakin lo sagar"
Dio terus mengomel kepada sagara, terlihat seperti menyimpan dendam, ucapan yang keluar dari mulut dio ketus dan tidak enak di dengar, Padahal dio jarang sekali mengomel kepada seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Senja [Sagara & Kalana]
RomanceKenalin, Sagara Saydhi Askara. Lelaki tampan yang tingginya 185cm, ia memiliki berjuta keahlian tapi minus akhlak. Sagara hidup dengan bebas tanpa aturan, saking bebasnya sampai tidak bisa membedakan gelap dan terang, benar atau salah. Sagara adala...