Theater .04

897 85 32
                                    

- violence
- nsfw
- rape

"Batalkan pertunangannya."

"Apa??! Apa yang kau katakan?? Tunangannya dibatalkan?!"

"Ya, kau tuli? Batalkan pertunangan, saya tidak peduli dengan tanggapan orang tua mu lagi."

Biip!

Paquito mematikan telfonnya sepihak, ia menengok kearah meja kerjanya. Sudah hari ketiga sang sutradara, yaitu Chou mengundurkan diri dari theater ini.

Setelah kejadian yang terjadi diantara mereka berdua, keesokannya Chou tidak masuk, lalu lusa ia mengirimkan surat pengunduran diri.

Paquito mengambil amplop berwarna putih itu, lalu membukanya. Hanya berisi surat singkat permintaan maaf dan alasan ia mengundurkan diri, selesai membaca ia segera menutupnya kembali.

Lelaki itu segera mengambil jas luarannya sembari berjalan keluar kantor, ia menunggu lift terbuka sembari mengecek jam tangannya.

Ting!

Lift terbuka dan ia segera masuk, menuju ke lobby dan mengambil mobilnya. Paquito memiliki rencana untuk hari ini, dan ia lakukan dengan sungguh-sungguh.

---

Tok tok!

Chou dengan terbalut selimut tebal menengok kearah pintu apartemen, siapa yang mengganggunya di acara berita pagi ini?

Ia beranjak dari sofa dengan langkah berat, lalu menuju ke pintu apartemennya. Tanpa melihat siapa orang dibalik pintu, ia langsung membukanya.

"Selamat pagi."

Chou membeku ditempat, tidak menyangka bahwa orang yang datang ke apartemennya adalah mantan boss nya sekaligus pria yang memberikan ia luka mendalam.

Tanpa membiarkan Paquito kembali berbicara, Chou segera menutup pintunya dengan tenaga kencang. Tapi kecepatan Paquito membuat pintunya tidak tertutup rapat.

"Tunggu sebentar.. Chou.. ada yang ingin saya bicarakan." Minta Paquito menahan kuat pintu itu agar tidak tertutup.

Chou bergetar di balik pintu itu, adegan saat itu tak pernah bisa ia lupakan. "Ap-Apa yang ingin kau bicarakan..? Bukankah kau.. sudah puas menghukum ku..?" Tanyanya dengan nada bergetar.

Paquito menghela nafas pelan, "Tidak, saya tidak ingin membahas hal itu." Balasnya tenang.

Chou yang mendorong kencang perlahan melepas genggamannya pada kenop pintu, ia membukanya kembali walau hanya muncul sebagian kepala.

Paquito tiba-tiba berlutut di hadapan pintu itu, membungkukkan badan seperti orang Jepang meminta maaf. Chou hanya diam menatapnya tanpa berminat bertanya,

"Maaf, maafkan atas semua yang telah saya lakukan." Ucap Paquito.

Suasana menghening, Chou menatapi Paquito yang masih membungkukkan badan. Ia menelan ludah secara kasar, lalu mulai berbicara.

"Ma-Masuklah dulu.. malu jika dilihat.. tetangga." Minta Chou.

Paquito langsung beranjak dari posisinya, tanpa berbicara lagi ia masuk saat Chou memberikan jalan. Pintu apartemen tertutup rapat.

Chou merasa canggung menatap sekilas punggung besar di depannya, ia berjalan sedikit lebih cepat. "Du.. Duduklah dulu di sofa, tuan. Saya akan.. membawakan minuman.." ucapnya dengan nada kaku tanpa menatap kearah lawan bicaranya.

Paquito memandangi Chou yang berlari kecil ke dapur, ia melepas sepatu kulit miliknya dan duduk di sofa ruang tamu. Matanya menelusuri sekitar ruang tersebut, minimalis tapi bersih.

𝗣𝗔𝗤𝗨𝗖𝗛𝗢𝗨 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang