Paquito's butler .04

819 57 3
                                    

- bdsm
- nsfw
- Chou!Masokis.

"Anghhn.. akh.. hh.. nhh.."

Penis itu keluar masuk tanpa henti, menghantam dinding hole dari sang butler. Peluh sudah membasahi kedua badan lelaki itu, bahkan mereka sudah tidak memakai sehelai kain pun.

Paquito menatap, memandangi punggung Chou yang sudah memerah bagaikan tomat. Kedua tangan butler itu terikat sebuah tali hitam yang menyatu dengan collar di lehernya. Kedua kakinya tidak berhenti menekuk saat penis itu keluar-masuk.

"Meja bukan tempat yang buruk, kan?" Tanya Paquito diikuti seringai tipis.

Chou tidak menjawab, Ia mungkin bahkan tidak mendengar. Matanya terus berair, terus meneteskan butiran butiran kecil dari ujung mata. Ia menangis karena senang.

Kedua kakinya yang bergetar hebat hanya bisa bertumpu pada kaki Paquito, cairan putih yang diduga sperma tak berhenti mengucur dari atas hingga ke bagian bawah kakinya. Bahkan sudah mengotori lantai yang terbuat dari kayu itu.

Hanya terdengar suara aktivitas bersetubuh dari mereka, dengan suara kayu berderit memenuhi ruangan kerja Paquito. 

Badan Chou hanya bisa bertumpu pada meja kerja itu, matanya perlahan-lahan terbuka, nafasnya tersengal-sengal. Desahan demi desahan terus keluar, air liur menetes dari mulutnya yang tidak pernah tertutup.

"..Ahh.. anghh.. ak.. aku lelahh.. tuanh.." Ucapnya disela-sela keheningan itu.

Paquito hanya diam saat mendengarnya, tapi perlahan-lahan gerakan menumbuknya melambat. Paquito melepas genggamannya pada kedua tangan Chou yang terikat, berganti memegang ujung meja dan membungkukkan badannya.

"Kita baru melanjutkannya, loh? Sudah lelah?" Ia berbicara dengan nada pelan dan serak, sangat menggoda. Chou bahkan bisa merasakan hembusan nafas panas itu.

"Bukankah kau berkata kau lebih baik dari istri saya?.. Jika memang benar, maka harus bisa mengikuti hingga akhir permainan." Lanjut Paquito.

Chou tersenyum sekilas, Ia terkekeh pelan walau bernafas saja sulit rasanya. "Anda.. terlihat yang menginginkan lebih... ya..? Aku rasa.. malam ini perutku akan.. penuh dengan cairan sperma anda.." Balasnya pelan-pelan.

Paquito menyeringai lebar, Ia terkekeh juga. Tangannya menarik tali yang menyambung pada leher dan tangan Chou, menyuruhnya beranjak dari meja kerjanya. Chou dengan susah payah bangun walau kedua kakinya bahkan sudah tak mampu berdiri.

"Baiklah, berhubung kau lelah.. kenapa tidak mengambil posisi duduk?"

Tangan Paquito yang lain menarik kursi yang biasanya dipakai saat kerja, perlahan membawa tubuh Chou dalam dekapannya dan memangku nya. Chou menyenderkan punggungnya pada badan Paquito yang sudah basah keringat sepertinya.

"Lihatlah sudah berapa banyak sperma yang mengucur dri pantatmu?" Ejek Paquito.

Chou menatap kearah selangkangan, kearah penis Paquito yang masih tertanam dalam dirinya. Bahkan saat kedua kakinya diangkat, adegan intim itu terasa lebih jelas sekarang.

Tubuh sang butler menggeliat, Ia memiringkan kepala kearah Paquito dan mengigit kencang kuping tuannya hingga meninggalkan bekas. Setelahnya Ia menjilat kuping itu dengan sensual.

".. Ceraikan.. dia.." Bisiknya pelan.

Paquito diam, memejamkan mata menikmati hembusan nafas yang menerpa di kupingnya. Membuat sensasi menggelitik dari nafas panas itu. Kedua tangan Paquito semakin meremas kencang paha Chou yang sudah memerah.

"Katakan lagi, sayang." Perintah Paquito.

Chou melenguh pelan saat merasakan penis itu menggesek dinding holenya, keningnya mengerut dan mulutnya terkatup. Chou bisa merasakan Ia sudah diambang kesadaran sekarang.

𝗣𝗔𝗤𝗨𝗖𝗛𝗢𝗨 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang