Slut .04

1.9K 137 54
                                    

- nsfw
- angst
- bdsm

"Temui saya setelah makan malam, Chou."

Chou memainkan jari jemarinya, ia menatap ragu di depan kamar Paquito. Haruskah ini jalan yang ia pilih? Jika ia tidak datang sesuai permintaan Paquito, apakah ia akan di siksa?

Banyak pikiran aneh mengitari kepala Chou, ia berusaha keras berpikir bahwa semua akan berjalan lancar. Ini bukan seperti biasanya, Chou selalu siap menerima tantangan apapun kedepan.

Tapi, kali ini ia sangat takut.

Tangannya perlahan mengetuk pintu kamar, tak berselang lama suara Paquito menyuruhnya masuk.

Cklek.

Chou menatap kearah Paquito yang masih duduk di kursi kerja, "Aku tau bahwa kau akan memintaku untuk melakukan seks hari ini 'kan?" Tanyanya.

Paquito melirik kearahnya, tangannya menutup laptop itu lalu beranjak dari kursi. Ia mendekat kearah Chou lalu berdiri di hadapan lelaki muda itu, Chou hanya menatapnya.

"Kau siap?" Tanya Paquito sedikit membungkukkan badan, membuat mereka semakin tidak ada jarak.

Chou beberapa kali mengedipkan mata, "k-kurasa.. Beatrix.. sudah tidur." Balasnya pelan nan lembut. Paquito semakin mendekatkan wajahnya, sontak Chou reflek memejamkan mata.

"..."

Tidak ada ciuman kunjung datang, Chou mengernyitkan dahi saat sebuah kain menutup matanya. "Eh?" Paquito mengikat kain itu, lalu menatap serius Chou.

"A-Apa yang kau lakukan..?" Tanya Chou mencoba membuka kainnya, namun tangannya ditahan oleh Paquito.

"Kau bilang, kau siap kan? Maka, ikuti permainan." Bisik pelan Paquito, ia perlahan menarik Chou lalu menghempaskan ke kasur begitu saja.

Bruk!

Paquito mengambil sebuah borgol, "kau tau.. aku kurang nyaman dengan— ugh!" Chou mengeluh saat kedua tangannya di borgol lalu dikaitkan ke tiang kasur.

"H-Huh..?"

Paquito menatap Chou yang sudah terikat diatas kasur, "kau.. kau tidak bilang akan ada alat bantu disini.." ucap Chou mencoba melepaskan tangannya.

"Memang, tapi kau hanya perlu menikmatinya." Balas Paquito membuka kaus Chou dengan kasar.

Kaki Chou perlahan memberontak, "Tunggu! Aku tidak— aku tidak bisa dengan alat ini— ngh!" Kedua jari Paquito memainkan puting Chou.

"A-AghH! Berhenti..!" Minta Chou mengernyitkan dahi.

Tangan Paquito beralih meraba paha Chou dan mulai menarik celana itu, "Aku.. Aku tidak bisa..! Kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya, aku tidak siap!" Berontak Chou.

"Kau harus siap." Saut Paquito.

Pria itu mulai menindih Chou dan mendekatkan wajah, "Itu peraturannya." Lanjutnya dan langsung mencium bibir Chou. "..mnh.." Chou mengepalkan tangan kuat.

Tangan Paquito beralih meraba penis Chou yang masih terbalut boxer, kaki Chou reflek menekuk. "M-Mngh.." Ciuman itu berhenti, jari Paquito perlahan mengusap bibir Chou.

"Kau tau.. tempat toko mainan yang menjadi tempat kita bertemu.. tidak hanya menjual mainan anak-anak..." Ucap Paquito berbisik.

"H-Huh..? Tempat.. pak Baxia..? Apa maksudmu..?" Tanya Chou menelan ludah.

Paquito tersenyum miring, ia melepas dalaman Chou dan menyisakan pria itu telanjang total. "Kau akan tau apa saja mainan ini." Balasnya mengambil botol pelumas.

𝗣𝗔𝗤𝗨𝗖𝗛𝗢𝗨 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang