Malam pergantian tahun.
Jelita sama sekali tak benci, hanya saja dia cukup dipusingkan dengan apa yang dia tebak bakal terjadi. Hal yang sudah sering terjadi, dan pasti terjadi berulang. Berpotensi besar akan dia dengar saat kumpul keluarga di malam pergantian tahun malam nanti.
Rasanya anak bungsu dari tiga bersaudara itu sudah lelah menghela nafas untuk kesekian kalinya karena beban hatinya setiap ada acara keluarga.
"Aaargh!!!" Erangnya penuh kepasrahan. Atau frustasi, mungkin.
Dia pandangi wajah cantiknya yang di atas rata-rata terpantul di kaca rias di kamarnya. Kecantikan yang sudah terpancar sempurna meski tanpa polesan produk kecantikan apapun. Dia cantik. Sesuai dengan nama pemberian ayahnya. Jelita Asmara.
Tapi nama itu seolah berkhianat padanya. Dia berparas cantik tapi kisah asmaranya sering kandas dengan tragis. Barangkali ini kutukan. Jelita pernah berpikir seperti itu.
Seperti si pemberi nama yang pergi meninggalkan ibunya demi wanita lain. Karena namanya pemberian dari pria yang merusak kisah harmonis rumah tangga ibunya.
"Kapan nikah?" gumamnya sambil melihat pantulan wajahnya di cermin. Itulah pertanyaan yang sangat sulit dia jawab nanti jika para saudara ibunya bertanya saat acar yang memang terselenggara dengan rutin malam nanti.
Itulah pertanyaan maut bagi wanita berusia 28 tahun itu.
Cantik tapi susah dapat jodoh.
Kenapa?
Awalnya, keluarga besarnya berpikir hal itu terjadi karena profesinya yang sebagai anggota ahli forensik di kepolisian. Karena dia sering pegang-pegang mayat. Hingga, akhirnya beberapa anggota keluarganya menyuruhnya resign.
Dia nurut. Tapi tetap gagal menikah.
Jelita sempat menyesal karena sampai harus keluar dari pekerjaan yang sangat dia sukai itu. Menurut dia, itulah passion-nya. Ada sebuah kebahagiaan yang tak bisa terwakilkan saat ada mayat yang diketahui penyebab kematiannya, atau bahkan hasil kerjanya bisa membantu menangkap pembunuhnya.
Itu luar biasa, baginya.
Tapi dia sering disebut aneh atau bahkan gila karena tidak merasa sungkan apalagi takut jika sampai harus menginap di kamar jenazah.
Tak ada yang paham dengan kenyamanan itu.
Bahkan tak satu pun anggota keluarganya yang mendukungnya.
"Percuma cantik, tapi nggak laku," tuturnya. Lalu dia akhiri drama dalam pantulan kaca. Si cantik jelita itu beranjak karena panggilan dari luar kamarnya.
"Kamu gini aja?" tanya wanita si pemanggil saat melihat Jelita keluar kamar dengan dress yang terkesan biasa aja bagi Meta__sepupunya.
"Ada yang salah?" tanya tanpa dosa dari Jelita.
"Baju kamu terlalu biasa, Ta."
"Udah sih. Memang dandan yang luar biasa bisa bikin aku selamat dari pertanyaan 'kapan nikah?'"
Ledakan tawa Meta membahana. "Sabar, Bu!" katanya sambil merangkul bahu yang nampak ketinggian untuknya itu. "Semoga malam ini mereka absen bertanya itu sama kamu."
"Jika itu terjadi, mobil aku buat kamu."
Bukannya senang, Meta malah tertawa lagi. Karena dia tahu bahwa doanya mustahil terwujud. "Baiklah. Senyumin aja jika mereka bertanya. Atau, jawab aja gini, terserah aku dong, situ kepo banget!"
"Dan setelah itu, namaku akan dicoret dari kartu keluarga. Mama akan mogok bicara sama anak bungsunya ini. Terima kasih ya, Nyonya atas sarannya."
Meta kian tertawa setelah sepupunya itu terlihat tak berdaya sebelum berperang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo Untuk Jelita
عاطفيةJelita Asmara, nama yang cantik. Secantik orangnya. Namun sayang, jodoh tak kunjung datang. Kenapa kira-kira? Apa karena kutukan? Rasanya ingin menghilang kala acara kumpul keluarga digelar. Lelah mencari jawaban jika lagi-lagi dia ditanya, kapan n...