Ini chapter 02

347 15 0
                                    

Siswa baru itu Alan Firmansyah namanya, dia dipindahkan dari Jakarta atas permintaan papanya. Walaupun awalnya menolak dengan keras, Alan terus di paksa dan akhirnya menerima keputusan itu dengan berat hati. Tidak heran, pindah ke tempat baru yang berbeda dengan tempat tinggalnya sebelum ini membuat Alan benar-benar tidak senang. Rasanya, dia ingin menjerit-jerit dan memaksa sang papa untuk memulangkannya ke Jakarta, tapi saat melihat mobil yang papanya tumpangi bersama mamanya menjauh kembali ke Jakarta dan Alan hanya bisa memandangnya menjauh, Alan sadar dirinya tidak bisa melakukan pemberontakan apapun. Jadi dia akan menerima nasibnya.

Hanya kurang dari setahun dan Alan pastikan dia telah kembali ke Jakarta, kepada kehidupan yang diinginkannya dan tentu saja tidak membosankan seperti kehidupan barunya di kampung ini.

Membosankan. Sepertinya itulah alasan utama kenapa Alan di pindahkan ke kampung ini. Tinggal di kota dengan begitu banyak pilihan hiburan membuat Alan terlena sedang di sini, tidak ada pilihan, semuanya membosankan dan tidak ada yang bisa Alan lakukan untuk mengusir kebosanan tersebut. Baik di rumah maupun di sekolah barunya.

Ya setidaknya sekolah sedikit lebih baik, Alan dipertemukan dengan Dodit dan Roni yang ternyata merupakan anak paling terkenal di sekolah itu. Tapi terkenalnya bukan karena hal baik seperti memenangkan olimpiade atau mungkin selalu juara kelas, tapi karena hampir setiap bulan masuk ruang konseling akibat kenakalan yang mereka lakukan.

Alan merasa beruntung mengenal mereka berdua karena dengan begitu kebiasaannya selama di Jakarta tidak lantas perlu ia tinggalkan begitu saja, contohnya merokok. Dodit dan Roni kebetulan juga merokok dan dengan bantuan mereka, Alan bisa mendapatkan rokok yang sebelumnya sangat sulit untuk ia dapatkan karena kurangnya pengetahuan Alan tentang dimana ia bisa mendapatkannya.

"Nenek gue ngelarang gue ngerokok, kalau ngelanggar dia bakal ngasih tau bokap dan kalau bokap gue tahu, urusannya bisa panjang. Malas gue," Alan menjelaskan pada Dodit dan Roni saat dua cowo itu bertanya tentang alasan Alan tidak bisa merokok di rumah neneknya, rumah yang sekarang menampungnya.

"Kasian banget lo, bro. Kalau gue sih udah uring-uringan gak bisa ngisep rokok sehari full. Jangankan sehari, setengah hari aja gue gak rela," kata Dodit prihatin. Sebagai sesama cowo yang kecanduan akan rokok, Dodit mengerti betul apa yang Alan rasakan saat harus dipaksa menjauhi rokok tersebut karena dulu Dodit pun sempat mengalami hal serupa oleh sang ibu.

"Mulai sekarang lo tenang aja. Selama lo bareng kita, pasokan rokok lo gak bakal pernah abis dan … lo juga gak bakal ketahuan." Roni menenangkan pikiran Alan lalu menghembuskan asap rokok tebal dari mulut dan hidungnya dengan ekspresi wajah yang terlihat puas.

Saat itu mereka sedang berada di salah satu gudang sekolah yang sempit karena banyak barang yang dimasukkan ke dalamnya dan memiliki pencahayaan yang kurang lantaran satu-satunya jendela yang ada telah ditutupi oleh tumpukan kursi dan meja rusak, tapi tidak masalah karena ketiga anak lelaki itu hanya ingin merokok dan tidak membutuhkan cahaya terang untuk melakukannya. Dodit hanya perlu membuka pintu gudang lebar-lebar agar cahaya bisa sedikit menjangkau mereka.

Lama setelah itu mereka duduk diam di lantai menghisap rokok masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan, namun setiap hisapan rokok itu memberikan kenikmatan tersendiri bagi masing-masing penghisapnya dan setiap hembusan asapnya yang keluar memberikan ketenangan. Setidaknya sampai suara gaduh oleh pintu yang di ketuk oleh seseorang terdengar….

"Anak-anak nakal! Ngapain kalian ini, huh?!"

Suara itu menggelegar dan mengejutkan Alan dan dua teman barunya. Secara spontan ketiganya mematikan rokok masing-masing dengan cara menginjaknya di lantai lalu berdiri. Diam-diam, Dodit menendang bungkus rokok yang merupakan milik bersama tersebut ke dalam bawah meja yang tak lagi terpakai bersamaan dengan kedatangan Pak Adin yang langsung saja menjewer telinga Dodit dan Roni.

Kamu bilang, kamu cinta sama akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang