"Besok bapak mau lanjut bantuin Pak Anis buat panen padi sebagai balas budi karena beliau udah bantuin kita panen kemarin, ibu gak papa kutinggal?"
"Gak papa, pak. Ibu, udah baikan kok."
Walaupun istrinya terdengar yakin Rama tidak mau mengambil resiko. Saat tengah sakit, akan baik jika ada seseorang yang menemani.
"Ajeng besok kan hari minggu, jadi kamu jangan kemana-mana ya, nak. Jagain ibumu saja di rumah. Dia lagi sakit. Bisa?"
Tidak ada jawaban, padahal permintaan Rama jelas dan gampang. Lagi, juga mereka saat ini mereka berada di satu meja yang sama, maka dari itu tidak adalah alasan Ajeng tidak mendengar ucapan ayahnya. Namun anehnya Ajeng tidak menyahut dan dia hanya diam seperti tengah melamun. Makanan di piringnya tidak ia sentuh sejak tadi. Rama mengerutkan dahi melihatnya, begitu juga Retno. Mereka sama-sama bingung karena tidak biasanya Ajeng berperilaku seperti sekarang ini.
"Ajeng… kamu kenapa nak?" Retno menyentuh tangan Ajeng yang mana membuatnya tersentak kaget.
"Ya… kenapa bu?" tanya Ajeng gelagapan.
"Kamu yang kenapa? Daritadi ngelamun. Lagi mikirin apa?"
"Huh?" Ajeng seolah tidak mengerti tidak mengerti dengan pertanyaan Retno, tapi yang sebenarnya adalah Ajeng tidak tahu harus mengatakan apa sebagai jawaban pertanyaan Retno. Tidak mungkin, Ajeng mengungkapkan kalau saat ini ia tengah pusing memikirkan perbuatan tidak senonohnya dengan Alan dan rasa takutnya ketahuan.
"Gak papa kok, bu. Ajeng cuma lagi pusing mikirin pelajaran."
Retno kelihatan prihatin, "Pelajarannya pasti susah-susah ya?"
Sambil tersenyum tipis Ajeng mengiyakan. "Gak papa kok, bu. Aku udah biasa."
"Apapun itu Ajeng, besok kamu jangan kemana-mana ya, tetap temani ibumu di rumah, dia lagi sakit kamu tahu kan?" tanya Rama yang segera membalikkan pembicaraan kembali ke awal.
"Iya, yah."
Ajeng tahu betul, bahwa ibunya akhir-akhir ini sering sakit. Kata dokter, penyebabnya hanya karena kelelahan saja. Retno memang sangat sibuk walaupun dia hanyalah seorang ibu rumah tangga. Itulah kenapa dokter menyarankan agar Retno lebih banyak beristirahat dan tidak terus bekerja. Ajeng tidak heran melihat kondisi sang ibu, selama ini Retno tidak pernah bisa diam barang sebentar mengerjakan berbagai macam pekerjaan rumah tangga dan juga kalau bisa Retno jangan terbebani dengan pikiran yang berat atau keadaannya akan kembali memburuk.
Hal ini membuat Ajeng semakin takut, bagaimana jika kelakuannya dengan Alan ketahuan? Maka pastilah Retno akan semakin sakit dan Ajeng tidak mau menjadi penyebab sakit dari kedua orangtuanya.
Bagi Ajeng yang baru pertama kali melakukannya, hal itu sangatlah membekas. Sulit melupakannya dan jujur saja, Ajeng masih belum menerimanya. Bahkan apabila Alan mengatakan hubungan seksual tersebut adalah sebuah pembuktian cinta. Malahan, Ajeng merasa miris sekarang, karena setelah dia pikirkan lagi, ada begitu banyak cara pembuktian cinta lainnya namun, mengapa Alan malah memintanya melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan norma.
Ajeng telah diberitahu oleh Retno bahwa hubungan seksual sebelum menikah bukanlah budaya keluarga mereka dan akan sangat memalukan apabila dilakukan. Bukan hanya kecewa, tapi orang tua Ajeng akan sangat marah mengetahui Ajeng telah melakukan apa yang mereka larang.
Namun nasi sudah menjadi bubur, Ajeng tidak bisa merubah kenyataan, kini dia hanya menerima kenyataan dan berjanji bahwa di masa depan tidak akan melakukannya sebelum dia resmi menikah dengan Alan. Walaupun mungkin hal tersebut masih sangat lama dan belum tentu juga mereka akan menikah di masa depan, tapi Ajeng tetap tidak boleh melakukan kesalahan yang sama dua kali.
____
Apa yang Ajeng dan Alan lakukan jangan dicontoh ya. Jangan banget atau kalian bakal menyesal 😡
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu bilang, kamu cinta sama aku
Teen FictionTW // 18+ physical violence, bullying, harsh word, drugs. "Ya Alan, aku cinta sama kamu, gimana caranya untuk membuktikan hal itu?" tanya Ajeng dengan berat hati pada akhirnya. "Seks." Ajeng tidak tahu apakah seharusnya ia menuruti keinginan Alan ma...