Ini Chapter 27

89 2 0
                                    

Kehamilan bagi seorang wanita adalah suatu hal yang normal terjadi dan biasanya di iringi dengan perasaan bahagia karena sebentar lagi seorang anggota keluarga baru akan lahir ke dunia. Itulah mengapa pada umumnya, para wanita yang tengah hamil langsung memberitahu suami dan orang terdekat mereka tentang kehamilannya agar kebahagiaan yang ibu hamil rasakan dapat menular. 

Berbeda sekali dengan Ajeng yang harus menyembunyikan kehamilannya dari semua orang, karena jika tidak, dia akan mendapatkan masalah besar.

Seharusnya Ajeng tahu akibat dari perbuatannya, tapi saat hal itu terjadi Ajeng tidak bisa menolak atau Alan akan menganggapnya tidak cinta padanya. Dan setiap kali mengingat hal tersebut, Ajeng merasa sangat menyesal.

><

"Ajeng… makan dulu nak."

Ajeng langsung bangun dari posisinya yang semula baring di atas ranjang. Dia meneguk ludahnya sekali sebelum menanggapi ajakan sang ibu. "Iya, bu. Sebentar."

"Cepat ya."

Ajeng turun dari ranjang, segera menghampiri cermin guna mengecek kondisi wajahnya yang ia takutkan akan membuat orangtuanya curiga. Dan aman. Tidak ada lagi bekas air mata dan mata bengkak. Dari luar tidak akan ada siapapun yang menduga bahwa saat ini Ajeng tengah bersedih hati dan sempat menangis seperti orang gila beberapa jam yang lalu. Sekarang, dia harus keluar dari kamar dan menemui kedua orangtuanya lalu bertingkah seolah-olah tidak terjadi apapun dengan tak lupa menampakkan senyuman palsunya.

Ajeng bergegas keluar dari kamar dengan terburu-buru agar tidak membuat kedua orangtuanya menunggu sehingga nantinya mereka akan bertanya macam-macam, Ajeng tidak mau hal tersebut terjadi, untuk sekarang, dia ingin menghindari pembicaraan apapun dengan kedua orangtuanya.

Untungnya, malam itu, Retno dan Rama sudah terlarut dalam pembicaraan ketika Ajeng tiba di meja dan akhirnya, mereka hanya mengabaikan Ajeng. Itu baik sekali, karena dengan begitu, Ajeng bisa sedikit menikmati makanannya. Hanya sedikit, karena beberapa suap makanan yang Ajeng kemudian masukkan ke dalam mulutnya entah kenapa membuatnya mual dan dia langsung berlari ke kamar mandi guna memuntahkan makanan yang baru saja ia konsumsi.

Retno dan Rama kaget melihat Ajeng seperti itu. Mereka berhenti berbicara dan buru-buru menyusul Ajeng. Keduanya menemui Ajeng tengah berjongkok sambil muntah-muntah.

"Ajeng… kamu kenapa nak?" tanya Retno yang kemudian ikut berjongkok di samping Ajeng.

"Aku gak papa bu… perutku, lagi sakit sedikit…" lalu Ajeng lagi-lagi merasa mual dan kembali muntah.

Hal itu membuat Retno meringis kasihan. Ajeng sedang berada kondisi yang tidak baik-baik saja pastinya, makanya dia seperti itu, pikir Retno.

"Gara-gara telat makan kayaknya inimah… duh Ajeng… mas, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar… Ajeng, masih mual nak?"

Ajeng menggeleng, tidak lagi merasakan mual, namun kini, dia merasa lelah. Dia tertunduk dan mulai terisak. Retno seketika kelimpungan melihat putrinya menangis, dia pikir Ajeng merasakan sakit yang teramat sangat sampai menangis.

"Ya ampun Jeng… yang mana yang sakit nak, perutnya ya? Sakit banget ya?"

Lagi lagi Ajeng menggeleng, dan air matanya kian banyak bercucuran. "Maafin Ajeng bu."

"Maaf kenapa?"

"Ajeng… nyusahin ibu."

"Ya ampun Ajeng, udahlah nak, sudah jadi kewajiban ibu buat ngerawat kamu kalau lagi sakit. Gak usah minta maaf," kata Retno kalem. Tangannya menepuk-nepuk bahu Ajeng dengan pelan.

Namun, alih-alih berhenti menangis karena mendengar pernyataan sang ibu yang menentramkan, tangisan Ajeng malah semakin menjadi-jadi. Retno tidak tahu bahwa Ajeng tidak meminta maaf karena telah menyusahkan Retno, tapi karena telah mengecewakan Retno. Memang, Retno tidak tahu apapun tentang kehamilan Ajeng sekarang, tapi cepat atau lambat dia akan mengetahuinya dan saat itu terjadi, maka Ajeng yakin Retno akan sangat kecewa padanya.

Selama ini, Ajeng melakukan begitu banyak hal positif dan menjadi anak dengan banyak prestasi hanya untuk membuat orangtuanya bangga padanya, bukannya malah membuat mereka bersedih hati. Ajeng takut sekali nanti ketika Retno dan Rama mengetahui kehamilannya, mereka bukan hanya akan kecewa tapi juga jadi membencinya. Hal itu besar kemungkinannya terjadi dan mungkin bila saat tibanya, Ajeng akan ikut membenci dirinya sendiri.

>>>>
Gak ada hal lain selain menangis yang bisa Ajeng lakukan😔

Kamu bilang, kamu cinta sama akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang