"Iya."
"Apa?!" Melupakan tentang sakit perutnya, Ajeng langsung bangkit dan mendekatkan dirinya pada Alan sambil melotot dramatis. "Kamu serius Lan mau tanggung jawab?!"
"Iya, aku serius."
"Maksudnya tanggung jawab di sini… berarti nikahin aku lho, kamu mau nikahin aku gitu?!" Ajeng masih melotot, masih tidak percaya dengan ucapan Alan.
"Iya aku bakal nikahin kamu. Lagian sebentar lagi kita bakal lulus kan?"
Tanpa tunggu lama, Ajeng langsung memeluk Alan teramat sangat erat sambil meraung-raung. Alan dibuat terkejut dengan tangisan Ajeng yang tiba-tiba, tetapi dia tidak berkomentar, dia malahan membalas pelukan Ajeng dan berusaha menenangkannya.
"Aku seneng banget… makasih Lan … makasih."
"Gak perlu berterima kasih, sayang. Bukannya ini udah jadi kewajiban ku ya?"
Mendengar hal itu, tangisan Ajeng makin nyaring terdengar, dalam hati, Alan berharap tidak seorangpun yang mendengar tangisan Ajeng atau oranglain akan salah paham dan mengira dia telah menyakiti Ajeng.
"Tapi Ajeng…."
"Tapi apa?" Ajeng melepas pelukannya pada Alan dan menatap cowoknya itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu yakin kamu hamil?"
Ajeng mengangguk. "Iya, aku udah ngecek pake tespek. Waktu kamu lihat aku sama Mika, waktu itu aku habis dari beli tespek."
"Mika tahu kamu beli tespek?"
"Enggak. Dia cuma tahu aku beli obat buat ibuku."
Tiba-tiba saja, Alan mengelus kepala Ajeng. "Bagus, untuk sekarang sampai kita lulus, gak ada satu orangpun yang boleh tahu tentang kehamilan kamu ini. Ngerti?"
Alih-alih mengiyakan, Ajeng malah bertanya balik, "Tapi kenapa? Aku padahal pengen langsung kasih tahu orang tuaku supaya mereka gak terlalu kaget nantinya."
"Reaksi mereka akan sama aja dengan sekarang ataupun nanti. Tapi tindakan mereka akan berbeda, kalau kamu kasih tahu mereka sekarang, besar kemungkinannya kita akan langsung dinikahkan sedangkan ujian sudah di depan mata. Kalau gitu kan kita gak bisa ikut ujian dan dapat ijazah. Lebih baik kita tunggu sebentar lagi, dan setelah itu aku akan datang sendiri kepada orangtuamu dan melamar kamu. Dengan begitu kita bisa tetap ikut ujian dan dapat ijazah."
"Kamu benar. Lagipula perutku juga belum terlalu jelas, jadi ya gak masalah untuk menunggu sampai beberapa minggu lagi." Ajeng tersenyum kembali kemudian kembali memeluk Alan. "Yang terpenting kamu udah tahu dan mau tanggung jawab."
Tenang, perasaan Ajeng telah tenang sekarang. Beban berat yang dirasakannya seolah telah di lucuti dari dirinya. Kini, dia tidak perlu merasa takut lagi menghadapi semua masalah kedepannya sendirian, kini Ajeng memiliki Alan yang akan selalu membersamainya. Ya, ia yakin akan hal tersebut.
>>>>>
Sorry karena telat update, baru ada kuota ehe(◕દ◕)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu bilang, kamu cinta sama aku
Teen FictionTW // 18+ physical violence, bullying, harsh word, drugs. "Ya Alan, aku cinta sama kamu, gimana caranya untuk membuktikan hal itu?" tanya Ajeng dengan berat hati pada akhirnya. "Seks." Ajeng tidak tahu apakah seharusnya ia menuruti keinginan Alan ma...