23 : Deja vu

3.3K 441 22
                                    

♧--♧--♧
.
.
.

Ruangan yang semula memang sudah berantakan akibat baku tembak Renjun dan Donghyuck saat ini menjadi jauh lebih berantakan. Pecahan kaca yang berserakan, perabotan yang sudah tidak berbentuk dan bolong akibat peluru yang terus berterbangan.

Donghyuck mengulas senyum lebarnya, kedua matanya memancarkan aura membunuh yang cukup membuat musuhnya ketakutan. Terlihat dari seorang pria bertubuh besar yang kini sudah membulatkan matanya ketakutan saat Donghyuck bersiap menancapkan pisau berlumuran darah miliknya ke arah leher sang musuh.

Dorr
Brukk

Donghyuck melirikkan matanya ke arah seorang pria yang sudah terjatuh tidak bernyawa dengan belakang kepalanya yang terdapat peluru. Dengan cepat ia menancapkan pisau di tangannya ke arah leher pria di depannya lalu memutarnya dan mencabutnya begitu saja. Sesaat setelahnya ia menyisir surai hitam berantakan miliknya ke arah belakang dan mengedipkan salah satu matanya ke arah Renjun yang tengah melihat horor dirinya.

"Dasar psikopat gila" gumam Renjun yang kemudian segeran mengisi ulang pelurunya dan kembali pada tugasnya untuk menjaga beberapa orang di depan dan di sebelah kanannya.

Donghyuck segera berlari dan kemudian menancapkan pisau miliknya lagi ke leher dan dada beberapa musuh yang mencoba menghalangi dan menembaknya. Hingga pada akhirnya ia berhasil menjatuhkan semua musuh di area belakang, namun tidak dengan di area sebelah kiri.

"Sepuluh menit lagi bala bantuan mereka datang" ujar Mark dari earpiece yang digunakan oleh Donghyuck dan Renjun.

Renjun segera menoleh ke arah belakang saat mendapati informasi tersebut. Ia menatap Donghyuck yang tangannya sudah berlumuran darah dan wajahnya yang juga terkena cipratan darah.

Donghyuck yang mendapati Renjun tengah menatap dirinya, dan setelah memastikan situasi dan kondisinya pas. Ia segera menganggukkan kepalanya dan dengan cepat Renjun melemparkan salah satu pistol miliknya ke arah Donghyuck. Untungnya lemparan Renjun tidak meleset, lemparan seorang sniper seharusnya memang tidak pernah meleset bukan?

Renjun dengan segera melompati meja yang menjadi tamengnya sedari tadi dan berlari ke arah Donghyuck, tanpa mengkhawatirkan peluru Donghyuck mengenai dirinya. Ia percaya bahwa si pemuda tan tidak akan meleset untuk mengenai musuh yang tengah berada di belakangnya.

"Good boy" puji Donghyuck sembari menampilkan senyum miringnya saat Renjun sudah sampai di depannya dengan selamat. Sedangkan Renjun yang mendengar ucapan Donghyuck pun melotot horor, terlebih saat si pemuda tan menarik tangannya membuat darah yang mengotori tangan Donghyuck menempel pada tangannya juga.



Hendery memberikan isyarat pada Jeno dan Yangyang yang berada di sampingnya. Membuat keduanya dengan cepat mengangguk dan membuka pintu di depan mereka. Dengan cepat keduanya menembakan peluru mereka saat mendapati lima orang berjas hitam tengah bersiap mengeluarkan senjata mereka.

Yangyang menatap jijik mayat lima orang yang baru saja dirinya dan Jeno bunuh tadi. Sedangkan Jeno ia tengah mengerutkan keningnya. Hendery yang baru saja masuk ke dalam ruangan pun bersiul tinggi saat melihat kerjasama Yangyang dan Jeno. Begitu pun dengan Jisung yang sedikit terpana dengan kecepatan keduanya. Keduanya bahkan seperti memiliki telepati satu sama lainnya, membuat mereka tidak menembak musuh yang sama.

"Hanya perasaanku saja atau memang sejak tadi kita tidak menemukan tanda-tanda adanya petinggi perusahaan disini?" Tanya Jeno tiba-tiba yang membuat Yangyang dan Jisung segera menoleh ke arah Hendery yang tengah mengulas smirknya.

"Sepertinya kita berhasil mengacaukan pertemuan mereka" ujar Hendery sembari menginjak punggung mayat yang ada di bawah kaki kirinya.

"Donghyuck dan Renjun bersembunyi di lantai 4 sayap barat, sepuluh menit keluar dari sana" suara Mark terdengar melalui earpice keempatnya.

Magnificent ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang