Jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Dokter kini sudah mengijinkan untuk menjenguk Afan. Sekarang di ruangan Afan sudah ada kedua orang tuanya, Devi dan juga Kevin. Dan beruntungnya lagi, kini Afan sudah siuman.
"Kenapa kamu lemah banget! Luka gitu aja sampe gak siuman!!" seru Aditya.
"Mas kamu apa sih, anak terluka malah di ajak becanda" ucap Linda.
"Anak kamu lemah, katanya ketua gengster tapi kok terluka" balas Aditya.
"Tau tuh Pa, lemah!" sambung Kevin.
"Ledekin aja terus, nanti gue mati baru bahagia kalian" ucap Afan.
"Sayang, gak boleh ngomong gitu. Kamu mau ninggalin Mama?" tanya Linda.
"Maaf Ma. Lagian tuh Papa sama anak angkatnya ledekin aku" balas Afan.
"Udah Mas, Vin. Afan baru siuman, masak kalian ledekin dia sih" ujar Linda.
Aditya melirik kearah Kevin, dia tersenyum puas karena sudah meledeki anaknya itu.
"Sayang, sini" panggil Afan kepada Devi yang sedaritadi hanya menyimak pertengkaran mereka.
Devi berjalan dan menghampiri Afan.
"Lihat tuh matanya bengkak" ucap Kevin.
Ketika Afan mendengar ucapan Kevin, dia langsung meneliti mata Devi yang memang sudah bengkak karena menangis.
"Kamu nangis?" tanya Afan.
Devi menggeleng.
"Bohong. Udah mau belajar bohong, belajar dari mana?" tanya Afan.
Sedangkan mereka bertiga membiarkan dua pasangan itu berbicara, mereka bertiga keluar dari ruangan itu.
Afan sedikit menggeser tubuhnya ke pinggir dan menepuk di sebelahnya mengisyaratkan untuk Devi naik dan berbaring di sebelahnya. Devi pun menurut, dia naik dan berbaring disebelah Afan.
Kepalanya berbantal tangan kiri Afan, dia menenggelamkan kepalanya di dada bidang Afan. Kini dia bisa mendengar detak jantung Afan yang saat ini berdetak kencang.
Afan memeluk Devi, tangan kirinya mengelus pucuk kepala Devi. Terdengar suara isakan tangis di bawah sana. Afan melihat Devi, ternyata dia menangis.
"Kenapa nangis?" tanyanya.
Devi menggeleng.
"Aku gakpapa sayang, kamu gak usah khawatir. Kan aku kuat, aku kebal, aku tidak lemah seperti apa yang Aditya dan Kevin bilang tadi" ucap Afan menyebut Aditya tanpa sebutan Papa.
Devi memukul pelan perut Afan membuat empunya kesakitan.
"Awwsshh! Sakit sayang" ringisnya.
"Biarin. Itu Papa kamu, gampang banget ngomongnya tanpa manggil Papa" balas Devi.
Afan terkekeh. "Lagian, sekarang dia kompak banget sama Kevin. Padahal kan anaknya aku, Kevin mah anak baru dateng dari Shopee yang dia pesan"
Devi tertawa mendengar ucapan Afan. "Shopee, kamu kira Kevin barang"
Afan tersenyum. "Nah gitu dong ketawa, aku gak suka kalau kamu nangis"
Devi tak menjawab, terjadi keheningan disana.
"Janji yah sama aku jangan pernah nangis?"
"Aku punya dua alasan untuk nangis" ucap Devi.
"Apa?" tanya Afan.
"Papa sama Mama, dan kamu" jawab Devi.
"Kalau begitu, untuk Papa sama Mama aja. Untuk aku, kamu tidak boleh nangis" ucap Afan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENGSTER BUCIN 2 (DEFAN) [END]
General FictionCerita tentang ketua geng motor yang saat ini sudah menjadi bucin. Mungkin bagi semua pasangan, mereka menginginkan hidup bersama sampai maut memisahkan. Tetapi, takdir tidak berpihak kepada mereka. Bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus janga...