Assalamualaikum, haay kembali lagi bersama sama aku ais. Jadi, adanya extra chapter ini karena permintaan maaf aku kepada kalian yang terbitnya cerita ini di batalkan. Bismillah, mungkin memang bukan rejeki yah.
Jadi di extra chapter ini, aku ingin menceritakan Devi dan Gibran. Jadi buat kalian yang tidak suka gakpapa, bantu vote aja gratis gak di pungut biaya.
Kita langsung ke ceritanya yah
*****
"Eungh...."
Lenguhan seorang perempuan yang terlelap dalam tidurnya kini membuka matanya perlahan. Perempuan itu mengerjapkan kedua bola matanya, memperhatikan di sekelilingnya. Tempat ini merasa tidak asing baginya. Perempuan itu bangun dari tidurnya dan duduk ditepi ranjang.
"Kok, gue udah ada di kamar aja?" tanyanya ke diri sendiri. Pasalnya, tadi dia masih berada di tempat kerja, lantas dia begitu kaget jika saat ini dirinya berada di kamar rumahnya.
"Udah bangun" suara pria memasuki kamar membuat perempuan itu menoleh.
"Tadi aku jemput kamu, terus kamu ketiduran diruang kerja. Aku gak tega buat bangunin kamu, jadinya aku bawa kamu dalam kondisi tidur kerumah" jelasnya yang kini sudah berjalan mendekat ke arah perempuan itu.
Perempuan itu tersenyum manis kearahnya. "Terimakasih, Mas Gibran"
Pria itu yang bernama Gibran mengecup singkat kening perempuan didepannya. "Sama sama Dev. Kalau capek, kamu bisa ambil cuti nanti aku bilang sama Cantika yah?"
Perempuan yang bernama Devi itu menggeleng. "Jangan Mas, di rumah sakit lagi banyak pasien jadi aku gak bisa cuti belakang ini"
"Iyaa iyaa, istriku yang dokter"
Devi dan Gibran. Pasutri yang sudah menikah lima tahun delapan bulan itu berpelukan memberi rasa hangat satu sama lain dimalam yang suasananya begitu dingin.
"Happy birthday Devi" bisik Gibran di telinga Devi.
Gibran melepas pelukannya lalu mencium kening istrinya, kedua matanya, kedua pipinya, dan terakhir di bibirnya. "Selalu bersama aku, jangan pernah merasa sendiri Dev, ada aku"
"Maaf, baru mengucapkan sekarang. Tadi di kantor ada banyak pekerjaan sampai aku lupa kalau istri aku ulang tahun" lanjutnya.
"Aku gak masalah kalau kamu gak ngucapin Mas" lirih Devi.
"Masih takut di hari ulang tahun mu hm?" tanya Gibran lembut, sedangkan Devi dia menunduk, dadanya terasa sesak jika mengingat tentang hari ulang tahunnya.
"Hey, lihat aku" Gibran mendongakkan kepala Devi agar bisa melihatnya, dia menangkup kedua pipi istrinya itu. "Mau sampai kapan kamu merasa takut dan trauma dengan hari ulang tahun kamu? Ini udah 9 tahun Dev, kamu harus bisa membuang trauma itu jauh jauh"
Devi menggeleng kecil. "Gak bisa Mas, aku takut" setetes air mata membasahi pipi Devi.
"Sayang, lawan trauma kamu yah" Gibran mengusap air mata istrinya itu lalu tersenyum.
"Ayo ke bawah, kita makan. Aku udah pesenin makanan untuk kita" lanjutnya dan menggenggam tangan Devi.
Devi mengangguk. Tetapi sebelum benar-benar keluar kamar, perempuan yang baru saja menginjak usia 29 tahun itu mengusap sisa air matanya agar tak tersisa sedikit pun. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar dan menuju ruang makan untuk makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENGSTER BUCIN 2 (DEFAN) [END]
General FictionCerita tentang ketua geng motor yang saat ini sudah menjadi bucin. Mungkin bagi semua pasangan, mereka menginginkan hidup bersama sampai maut memisahkan. Tetapi, takdir tidak berpihak kepada mereka. Bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus janga...