Gimana part sebelum? Masih belum nangis? Hemm susah kayaknya bikin dialog sedih, tapi gakpapa. Ah yuk langsung aja ke ceritanya.
****
Suasana pemakaman saat ini begitu sunyi, pemakaman Gabriel kini sudah selesai. Semua orang yang melayat pun sudah pulang dan menyisakan hanya keluarga besar saja disana.
Batu nisan yang bertuliskan 'GABRIEL WIJAYAKUSUMA BINTI WIJAYAKUSUMA' ditatap nanar oleh seorang gadis yang berbaju serba hitam.
"Kenapa Pa? Kenapa Papa begitu cepat ninggalin Devi.... Setelah ini, Devi sama siapa Pa...?" Devi menangis kembali, dia mengusap batu nisan Papanya itu.
"Sayang, masih ada Mama Nak" kata Maria yang duduk disamping Devi, menguatkan anak semata wayangnya itu.
Devi tak menjawab, dia kembali berkata. "Devi tanpa Papa gak ada gunanya.... Separuh jiwa Devi ada di Papa hiks...."
"Devi, lo harus ikhlas. Kasian Om Gabriel disana, pasti beliau sedih melihat elo sedih kaya gini" ucap Mala yang berdiri disamping Rakha.
"Mala bener Devi, lo harus ikhlas meskipun gue tau, ikhlas itu susah" sahut Cantika.
Devi diam tak menjawab ucapan teman-temannya. "Pa, sekarang yang jagain Mama Devi sendiri. Kata Papa, kita akan jagain Mama sama sama, tapi.... Kenapa Papa pergi ninggalin kita hiks...."
Afan tidak kuasa melihat kesedihan Devi. Dia mengepalkan kedua tangannya, dia pergi dan meninggalkan semua orang disana entah mau kemana. Untung saja, Gibran melihat kepergian sepupunya itu, dia pun menyusul Afan dari belakang.
"Sayang, ayo pulang" ajak Maria.
"Devi mau disini Ma" Devi mengusap air matanya. "Devi mau nemenin Papa, Papa sendiri disini"
"Sayang, kamu jangan gitu. Kalau kamu disini, Mama sama siapa nak?"
Devi menoleh kearah Maria. "Pulang yah?" ajak Maria lagi.
Devi kembali menatap batu nisan Papanya. "Pa, Devi janji akan terus jaga Mama. Seperti yang Devi ucapkan semalam, Devi yang akan mengantikan Papa buat jaga Mama"
Devi mencium batu nisan itu. "Devi pulang yah Pa, jangan lupa mampir ke mimpi Devi"
Maria memegang bahu Devi, mereka berdua pun berdiri.
"Ayo mas, mbak" seru Maria kepada Aditya, mereka pun menjawab dengan anggukan saja.
Mereka semua pun berjalan keluar dari area pemakaman. Sedangkan Kevin, dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Afan yang tak terlihat dimatanya.
"Afan dimana?" tanya Kevin kepada dirinya sendiri.
Cantika yang mendengar itu, dia menoleh kearah laki-laki disampingnya itu. "Kenapa Vin?"
"Can lihat Afan gak?" tanya Kevin kepada Cantika.
Cantika melihat semua orang yang berada didepannya, tetapi dia tidak melihat Afan begitu juga dengan Gibran.
"Gibran juga gak ada" kata Cantika.
"Mungkin mereka berdua ada urusan penting" lanjutnya menatap Kevin.
Kevin merogoh ponselnya disaku celananya, tetapi pergerakannya ditahan oleh Cantika. "Mau ngapain?"
"Evin mau hubungi Afan, takut dia kenapa-kenapa" jawab Kevin.
"Gak perlu Vin, Afan pasti sama Gibran. Dia pasti juga akan baik baik aja, Evin gak usah khawatir"
"Tapi Can-"
"Evin, percaya sama Can, Afan pasti baik baik aja" potong Cantika menatap Kevin begitu juga dengan Kevin yang menatap Cantika.
Kevin pun mengalah, dia kembali memasukkan ponselnya kedalam sakunya. Dia mengambil tangan Cantika lagi, digenggam tangannya oleh dirinya, mereka berdua pun berjalan beriringan menyusul semua orang yang sudah menjauh dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENGSTER BUCIN 2 (DEFAN) [END]
General FictionCerita tentang ketua geng motor yang saat ini sudah menjadi bucin. Mungkin bagi semua pasangan, mereka menginginkan hidup bersama sampai maut memisahkan. Tetapi, takdir tidak berpihak kepada mereka. Bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus janga...