Assalamu'alaikum, haaii kembali lagi dengan cerita aku hihihi maap yah lamaa. Spesial hari ulang tahun aku, aku update 2 part sekaligus pokoknya baca sampai selesai!!!
****
Matahari kembali bersinar. Kejadian semalam hanya tiga orang itu saja yang tau. Kevin, dia bergabung setelah dua sepupu itu selesai dengan pembicaraannya. Semalam pun kakak beradik itu bertemu dengan Reyhan, Papa Cantika. Mereka bertiga menghabiskan waktu berbicara sampai menjelang malam. Jikalau tidak ada perintah untuk pulang, mungkin tiga laki-laki itu akan berbincang-bincang sampai matahari terbit.
Pagi ini, Afan sudah berada didepan rumah Devi. Dia turun dan membuka helmnya lalu membenarkan posisi rambutnya.
"AAAAAAA!!!"
Hendak Afan ingin melangkah, suara teriakan dari dalam rumah membuat Afan kaget. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju pintu, diketuk pintu itu dengan keras olehnya, takut takut jika seseorang yang berada didalam rumah itu dalam bahaya. Apalagi jika seseorang itu adalah Devi, sang tunangan.
"Dev, Devi sayang" teriak Afan lantang.
"Tan, Tante maria"
"Om Briel!!"
Afan berteriak memanggil nama penghuni rumah itu, tetapi tidak ada sahutan sama sekali. Dia semakin panik, pintu itu di kunci dari dalam. Menyebalkan! Dengan sekuat tenaga Afan mendobrak pintu besar itu, hingga lima menit berjalan pintu itu terbuka dan Afan berlari kesana kemari mencari seseorang yang berteriak tadi dari dalam. Hingga akhirnya dia sampai didepan kamar milik Devi, di dobrak olehnya kuat kuat lalu dia masuk menoleh ke kanan ke kiri sampai akhirnya netranya menangkap Devi tengah mengambil pecahan gelas dilantai.
"Sayang" panggil Afan lalu berlari dan berjongkok didepan Devi.
Devi sedikit kaget dengan suara Afan yang tiba-tiba sudah ada dibelakangnya. "A-Afan? Ka-kamu ngapain?" Devi gugup, tangannya bergetar dahinya berkeringat.
"Kamu kenapa? Kok bisa jadi gini hm?" Afan membantu membereskan pecahan gelas itu.
"Ta-tadi tangan aku basah habis mandi, te-terus mau minum eh gelasnya lolos dari tangan aku"
"Udah biar aku aja yang selesaikan" ucap Afan fokus pada pecahan gelasnya.
"Gakpapa dikit lagi......awshh!!"
"Tuh kan, udah aku bilang biar aku yang nerusin! Sekarang apa? Kena jarinya kan!" omel Afan, meskipun begitu dia menarik tangan Devi yang terkena pecahan gelas itu dengan darah yang keluar dengan derasnya.
Afan menghisap darah dari jari telunjuk Devi. Beberapa kali ia menghisap sampai darah itu selesai mengalir.
"Kotak P3K dimana?" tanyanya.
Devi menunjuk laci meja belajarnya, Afan pun berdiri dan mengambil kotak P3K itu dan kembali lagi ke Devi. Setelah itu, ia memberi luka Devi obat merah dan memperbannya.
"Sakit hm?"Devi menggeleng dan menatap Afan lekat, lalu tersenyum.
"Lain kali hati hati ya, aku takut nanti lukanya lebih besar dari ini" seru Afan.
"Iya sayang" balas Devi.
Afan tersenyum dan cup! Dia mencium jari telunjuk yang dililit perban itu. "Habis ini sembuh, udah aku kasih obat kecupan soalnya" kekehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENGSTER BUCIN 2 (DEFAN) [END]
General FictionCerita tentang ketua geng motor yang saat ini sudah menjadi bucin. Mungkin bagi semua pasangan, mereka menginginkan hidup bersama sampai maut memisahkan. Tetapi, takdir tidak berpihak kepada mereka. Bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus janga...