Happy Reading🐻
🐯🐯🐯🐯🐯
Typo? Tandain!
~~~~~~~~~~~~~
"Tapi masalahnya saya nggak suka sama kamu Hanna."
Selera makan Hanna telah hilang. Pernyataan Azka tadi begitu menampar dirinya. Memang tidak mungkin jika Azka menerima cintanya begitu saja. Tapi Hanna tidak mengira jika efek dari ucapan Azka tadi bisa sesakit ini.
"Kenapa sih lo?" Reta menatap Hanna dengan heran. Bukannya lebih ceria setelah kembali dari perpustakaan karena berduaan dengan sang pujaan hati, wajah Hanna justru malah semakin murung. "Nggak mungkin kan lo di iya iyain pak Azka?"
Hanna menggigit bibir dan menepuki dadanya sendiri. "Rasanya sakit."
Reta tersedak sejadi jadinya melihat reaksi Hanna tersebut. Faiha pun dengan sigap langsung memberi minum kepada Reta lalu menatap Hanna yang masih menepuki dadanya.
"Kamu beneran di iya iyain pak Azka, Na? Tapi kok kamu nggak keringetan tadi?"
Keduanya menghentikan aktivitasnya masing masing lalu kompak menatap Faiha. Yang di tatap pun hanya terdiam sambil mengunyah es batu dari minumannya.
"Awh!" Faiha mencebik sambil mengusap dahinya yang terkena sentilan dari Hanna. "Sakit tau!"
"Lo nonton begituan Fai!?" kepala Hanna terasa semakin pening setelah Faiha mengangguk tanpa ragu. "Kok bisa?"
"Nggak sengaja liat di laptopnya kak Ajun."
Tawa Reta mengalun renyah. Jika bukan Ajun, siapa lagi yang mencemari otak Faiha. Dulu disuruh membeli pengaman dan sekarang Faiha di perlihatkan video tak senonoh.
"Cowok kayak Ajun tuh harus punya cewek yang seimbang sama dia. Biar klop."
"Lo contohnya?"
"Bisa jadi." Reta tersenyum dan menyenggol Faiha yang telah kembali mengunyah es batunya. "Boleh gue pacaran sama Ajun?"
"Boleh, ambil aja."
Kekehan Hanna yang terdengar riang mendadak senyap saat matanya menatap kearah pintu kantin. Perubahan raut Hanna tersebut tak ayal dilihat oleh Reta yang langsung menoleh ke objek yang Hanna tatap.
"Jawab gue." Reta menggeser mangkuknya dan melipat tangannya di meja. "Lo diapain sama Azka sampai lo uring uringan kayak gini?"
"Gue di tolak sama pak Azka." Hanna menatap Reta dengan mata yang berkaca kaca. "Dia bilang nggak suka sama gue."
"Terus lo maunya apa?" Reta mengambil tisu milik Faiha lalu menyerahkannya kepada Hanna yang sudah menangis. "Dari dulu pak Azka nggak tertarik sama lo kan? Kenapa lo jadi melow gini coba?"
"Iya emang." sang objek pembicaraan yang masih berbincang dengan salah satu murid Hanna tatap dengan mata merahnya. "Tapi gue nggak tau kalau rasanya di tolak tuh sesakit ini."
Tangisan Hanna mengundang lirikan dari beberapa orang sekitar. Faiha meletakkan gelasnya yang sudah kosong lalu mengusap bahu Hanna.
"Daripada kamu sedih terus mendingan liatin adek kelas. Ada Raga sama circle nya duduk di pojokan tuh. Siapa tau rasanya lebih fresh."
"Tumben lo melek soal cowok." Reta terkekeh lalu menatap Hanna yang wajahnya semakin sembab karena terlalu banyak menangis. "Na, cowok di sekitar lo tuh banyak, jangan buang buang waktu lo buat nangisin cowok kayak pak Azka. Ayo move on."
"Gimana caranya?" nama Azka sudah terukir di dalam hatinya. Bagaimana bisa Hanna melupakan Azka begitu saja.
Reta menggebrak meja hingga dirinya menjadi pusat perhatian. "Lo harus acuh ke pak Azka. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
intimacy issues
Teen FictionEND 🔞 Hanna, seorang gadis yang sangat menyukai paras pria pria tampan ternyata memilih melabuhkan hatinya kepada seorang guru yang mengajar di sekolahannya. Usia mereka memang terpaut jauh namun sialnya di mata Hanna gurunya itu terlihat masih san...