Happy Reading 🐻
🐯🐯🐯🐯🐯
Typo? Tandain!
~~~~~~~~~~~~~~~
"Mmhhhh."
Desahan kecil Hanna keluar begitu saja saat Azka menyerang ceruk lehernya. Tangannya meremat bahu Azka erat nan agak mendorongnya supaya Azka menyudahi kegiatannya.
"Nghhh jangan di sini."
Azka menggeram lalu menyusuri rahang Hanna dengan kecupan kecupan ringan. "Di izinin? Padahal mau aku perkosa di sini."
Debutan ombak yang mengenai kaki mereka mengiringi tinjuan kecil yang Hanna layangkan ke arah Azka. "Nggak ada kata lain apa selain perkosa?"
"Nggak ada sayang. Apalagi kalau kamu ngebantah kayak tadi."
Azka membopong Hanna dengan deru nafas yang rendah. Hanna tahu suaminya ini tengah menahan hasrat. Tonjolan di pangkal paha Azka sudah menjelaskan semuanya.
Arah langkah Azka berhasil membuat Hanna mengernyit keheranan. Alih alih menuju ke villa Azka malah berjalan menuju ke pohon kelapa yang belum berbuah.
"I–ini kita nggak ke villa aja?"
Hanna was was. Apa iya mereka akan melakukannya di area terbuka.
"Kita harus coba suasana baru."
Hanna menyengut setelah Azka mengecup bibirnya. "Inget umur kek."
"Yeah, i'am 34 years old honey."
Tubuh Hanna, Azka letakkan di atas matras yang memang sudah ia siapkan sedari tadi. Entah setan apa yang telah merasukinya hingga membuatnya nekat melakukan ide sesat dari Yeksa.
"Ya tapi nggak harus–akh!"
Hanna menatap ngeri Azka yang mengangkat kakinya tak sabaran lalu meletakkannya di bahu kokohnya.
Azka mulai beraksi, pria itu menciumi betis Hanna sembari mengelus paha dalam Hanna dengan seduktif.
"Nghh ahhh." Hanna menggenggam erat pasir di sisinya guna melampiaskan rasa geli di tubuhnya. Lidah Azka merambat naik, mengecup vaginanya yang masih terbalut dengan bikini kemudian mendaratkan bibirnya ke perut rata milik Hanna.
"Ahhh udah." Hanna menggeleng sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan. "Malu diliatin sama burung."
Kekehan Azka mengalun mendengar pengakuan Hanna. Azka memperhatikan burung camar yang tengah berterbangan kemudian menindih tubuh Hanna.
"Cuma burung sayang ngapain malu?"
Azka meraih tangan Hanna. Ia kecup kecup tangan mungil di genggamannya itu lalu menangkup wajah Hanna.
"Malu. Ayo ke kamar aja." Hanna merengek sedih namun tetap saja tidak di gubris oleh Azka. "Gimana kalau burung itu mata mata coba?"
Azka menaikan satu alisnya. "Mata mata? Yeksa?" hanya itu yang ada di benak Azka namun anehnya Hanna pun langsung mengangguk begitu saja. "Nggak mungkin. Kecuali kalau dia emang dukun."
Mereka tertawa bersama bahkan tawa Hanna begitu lepas namun hal itu tak berlangsung lama lantaran Azka mencium bibirnya.
"Mmhhhh."
Hanna meremas rambut Azka. Ia kembali merasa sensasi menyenangkan saat tangan berurat Azka dengan mudah menyibak kain kecil yang menutupi putingnya lalu memilinya dengan perlahan.
"Anghh ahhh."
Mulut Azka perlahan kembali turun menyusuri tubuh Hanna. Ia kecup kecup leher, payudara, puting, perut serta yang terakhir kain segitiga yang menutupi aset milik Hanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
intimacy issues
Teen FictionEND 🔞 Hanna, seorang gadis yang sangat menyukai paras pria pria tampan ternyata memilih melabuhkan hatinya kepada seorang guru yang mengajar di sekolahannya. Usia mereka memang terpaut jauh namun sialnya di mata Hanna gurunya itu terlihat masih san...