intimacy issues 44

26.8K 673 39
                                    

Happy Reading 🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

Typo? Tandain!

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Papa!"

Hening. Keduanya saling bersitatap dengan pandangan yang berbeda. Merasa aneh, Azka pun langsung menepis pelan tangan yang memegang lengannya sembari tersenyum tipis.

Azka menggeleng. "Sepertinya kamu salah orang."

"Mau menghindar?"

Azka menatap pemuda tersebut tak habis fikir. Pemuda di hadapannya ini terlibat menahan emosi. Azka dapat melihat dengan jelas tangan pemuda itu terkepal dengan erat.

"Jangan buang waktu berharga saya dengan omong kosong seperti ini!" emosi Azka agak tersulut. Ia benar benar benci jika harus berurusan dengan hal konyol seperti ini. "Saya sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama kamu. Saya bukan papa kamu!" tekan Azka lalu berlalu dari sana.

"Gloria!"

Langkah Azka yang belum jauh dari sana seketika terhenti. Azka langsung membalikan badannya dengan pandangan yang terlihat berbeda.

"Melvin!"

Melvin menatap datar Azka gang terlihat terkejut. "Udah inget sekarang?"

Lidah Azka terasa kelu. Ia tidak menyangka jika muridnya yang bernama Melvin ini adalah bagian dari masa lalunya.

Azka mengusap wajahnya frustasi. "Sudah saya bilang saya bukan papa kamu!"

"Beneran bukan?"

Melvin berkata dengan nada mencemooh. Mata Azka terlihat gelisah saat menatapnya tapi kenapa pria itu masih saja mengelak.

"Bajingan!"

Rahang Azka mengetat mendengar umpatan Melvin. Tawa sinis Melvin mengalun sampai akhirnya ia mencecap rasa amis di bibirnya lantaran Azka memukulnya hingga mengundang perhatian dari beberapa orang sekitar.

"Keras kepala! Apa ibumu nggak ngasih tau yang sebenarnya sama kamu hah!" Azka mencengkram erat baju Melvin. Namun Melvin sama sekali tidak takut. Ia tatap balik Azka dengan pandangan menantang.

"Udah, makanya saya cari papa saya sampai akhirnya ketemu."

"Saya bukan papa kamu!" Azka menyentak kerah baju Melvin dengan tatapan menyalang. Sialan, sebenarnya apa yang Gloria ceritakan kepada Melvin. "Ayo tes DNA."

Melvin mengangguk kecil sambil menatap santai sorot tajam mata Azka. Azka dapat melakukan apapun tapi Melvin sama sekali tidak akan takut.

"Ajak Hanna sekalian biar dia tahu semuanya."

Dengan tenang Melvin melepas tangan Azka dari bajunya. "Berani?" Melvin menyunggingkan senyum saat Azka terlihat tegang. "Saya siap kapan pun asalkan Hanna juga ikut. Permisi."

Azka mendongakkan kepalanya resah setelah Melvin pergi dari hadapannya. Tidak, Hanna tidak boleh tahu tentang hal ini.

Masa lalu tetap masa lalu. Tidak ada yang boleh mengusik kehidupannya dengan Hanna.

"Gloria!"

•••••••••••••••••

Azka membuka mata dengan menghela nafas panjang. Di lihatnya Hanna yang meringkuk pulas di dekapannya. Pasti istrinya kelelahan karena setelah makan siang tadi Azka langsung mengeksekusi Hanna lantaran telah menguji hawa nafsunya.

Waktu masih menunjuk pukul 2 dini hari. Deburan ombak yang terdengar samar mengisi keheningan kamar yang mereka tempati.

Azka ingin kembali tidur namun ia tidak bisa. Pertemuannya dengan Melvin malam itu selalu menjadi mimpinya dan sialnya di mimpi itu ia melihat Hanna mendengar semuanya lalu pergi meninggalkannya entah kemana.

intimacy issuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang