intimacy issues 17

80.1K 1.9K 48
                                    

Happy Reading 🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

Typo? Tandain!

~~~~~~~~~~~~

"Kak Hanna."

Suara lembut Bia mengintrupsi Hanna yang tengah membaca buku di kasur. Dengan posisi yang masih tengkurap, Hanna berdehem singkat sambil memperhatikan Bia yang tengah menghampirinya sambil membawa sesuatu di tangan.

"Kamu bawa apa itu?"

Bia duduk bersila di samping Hanna lalu membuka tupperware hijau di tangannya. "Kue kacang!"

Seruan Bia yang terdengar riang mengundang kekehan dari Hanna. Adiknya ini memang sangat menyukai kue kacang, begitu pula dengan dirinya.

"Kok di bawa kesini?"

"Um." Bia memakan kue kacangnya lalu menatap Hanna. "Kita makan sama sama."

"Nanti di marahin ibu." Hanna masih ingat apa yang diucapkan Intan waktu dirinya masih kecil. Ia tidak boleh mengambil sesuatu milik Bia jika itu dari Intan.

Bia menggeleng. "Kue kacangnya kan sekarang punyaku, jadi aku bebas ngasih ini ke siapapun termasuk kakak. Ayo ambil." Bia mendekatkan tupperware tersebut kepada Hanna.

"Iya."

Hanna menuruti Bia untuk mengambil kue kacangnya. Adiknya sudah besar, sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Intan memang tidak terlalu baik kepadanya, namun Hanna bersyukur memiliki adik seperti Bia.

"Nanti kalau Bia punya makanan yang lain pasti Bia bawa ke sini."

"Oh ya?" Hanna terkekeh melihat Bia yang mengangguk semangat. "Makasih ya." senyum Hanna merekah dengan tangan yang mencubit pipi gembil Bia.

"BIA!"

Teriakan dari sang ibu membuat Bia mencebik kesal. Padahal ia masih ingin bersama Hanna yang akhir akhir ini selalu sibuk.

"Di panggil ibu tuh."

"Kak Hanna nggak ikut?"

"Nggak, kakak pengen istirahat." Hanna menepuk Bia yang ogah ogahan beranjak dari kasurnya. "Sana, nanti di tinggal lho."

"Nanti malem aku tidur sama kakak ya."

Pipi Hanna di cium dengan kilat oleh Bia yang langsung berlari keluar setelah mengambil 1 buah kue kacang. Meninggalkan Hanna yang terkekeh karena mendapatkan perlakuan manis darinya.

Pintu kamar yang semula di tutup oleh Bia kini di buka. Itu Akhtar yang sudah siap dengan baju rapinya.

"Kamu nggak ikut beneran?"

Hanna menggeleng kecil kala Akhtar mengelus rambutnya. Ini hari minggu dan ayahnya berniat mengajak mereka untuk pergi jalan jalan.

"Kapan kapan aja Hanna ikut. Hari ini Hanna mau istirahat." pagi hari ia memang istirahat tapi nanti siang ia harus berangkat bekerja. "Mm tapi nanti siang Hanna pergi ke rumah temen, boleh nggak yah? Pulangnya nanti agak malem juga."

"Ke rumahnya Maisya?"

Ragu ragu Hanna mengangguk. Sudah dua hari Hanna menjual nama Maisya kepada sang ayah.

Melihat Hanna yang akhir akhir ini sangat amat sibuk membuat Akhtar merasa kasihan. Kalau tahu putrinya akan sesibuk ini pasti Akhtar akan mendaftarkannya ke sekolah yang lain.

"Boleh, tapi nanti telpon ayah kalau mau pulang ya."

"Hm."

Kecupan di dahinya membuat Hanna memejamkan mata. Dan setelah Akhtar keluar dari kamarnya, Hanna buru buru beranjak dari kasur lalu berdiri di dekat jendela.

intimacy issuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang