Happy Reading 🐻
🐯🐯🐯🐯🐯
Typo? Tandain!
~~~~~~~~~~~~~~~
Yeksa mengusap dagunya yang belum sempat ia cukur. Netranya menatap kasihan Azka yang memandangi rumah lama Hanna. Hampir 2 jam mereka di sana namun tak ada tanpa tanda Azka ingin beranjak dari tempatnya.
"Hanna nggak ada di sini. Percuma kamu nungguin dia kayak orang bodoh gini."
Azka tak marah mendengar ucapan Yeksa. Dia menghela nafas dengan menatap nanar pintu yang selalu tutup pun terkunci saat dirinya datang. Ya, dirinya memang bodoh. Keadaan rumah yang terlihat sunyi pun sepi sudah pasti Hanna sama sekali tak pernah datang ke sini.
Jam yang bertengger di tangannya Yeksa tatap. Sepertinya mereka akan terlambat datang ke apartemen Satya.
Drrtt Drrtt
Yeksa menghela kecil kemudian mengangkat panggilan tersebut. "Sebentar Satya, aku sedang mengurus bayi."
"Bayi? Hei, bayi apa?"
Yeksa mematikan panggilan tanpa ingin menjawab Satya yang keheranan. Ia menyugar rambutnya lalu menaikan alisnya saat Azka menatapnya.
"Aku bodoh."
"Ya memang!"
Azka mengusap wajahnya kemudian berjalan menuju ke mobil dengan diikuti oleh Yeksa di belakangnya. Akhir akhir ini Yeksa duduk di kursi kemudi. Ia tak membiarkan Azka mengemudi jika sedang bersamanya.
"Aku yakin Hanna masih di sekitaran sini. Tapi ya itu dia nggak mau ketemu sama kamu."
Azka menoleh ke Yeksa yang mulai mengemudikan mobilnya. Itu masuk akal tapi masalahnya dimana Hanna tinggal. Apa keluarganya sudah tahu. Jika iya pun Azka yakin pasti Akhtar tidak mau memberitahunya.
Mobil yang Yeksa kemudikan telah terparkir setelah menempuh perjalanan yang terasa singkat bagi Azka yang memikirkan Hanna. Hela nafas Azka terdengar kala ia menutup pintu mobil. Jika bukan karena urusan penting dengan temannya itu Azka lebih memilih mencari keberadaan Hanna.
Yeksa berdecak saat sepatunya terkena permen karet bekas. Pria itu menggosok gosokan sepatunya di rumput sembari menoleh ke Azka yang tetap berjalan meninggalkannya.
"Ck, sial!"
"Pengen yang pedes pedes."
"Nggak! Nggak boleh."
"Please sekali aja."
Suara yang terdengar familiar tersebut membuat Yeksa menatap ke sekitar. 2 orang yang berjalan membelakanginya menarik perhatiannya terutama sang perempuan. Meskipun Yeksa tidak setiap hari bertemu Hanna tapi ia sangat hafal dengan postur tubuh Hanna. Apalagi suara tersebut benar benar mirip dengan suara Hanna.
"Sekali aja, ya?"
Kerut dahi Yeksa tercetak dengan jelas lalu dengan segera ia menghampiri mereka berdua. Yeksa yakin jika wanita di depannya ini adalah Hanna.
"Nggak inget lagi hamil? Pokoknya nggak boleh."
Langkah Yeksa terhenti seketika setelah mendengarnya. Ia menggeleng kecil lalu berbalik tak jadi memeriksa. Ternyata wanita itu hanya mirip saja dengan Hanna secara fisik maupun suara.
"Darimana?"
Yeksa mengurungkan niatnya untuk bercerita. Bisa tantrum Azka nanti jika ia beritahu ada wanita yang mirip dengan Hanna. Bisa gawat apalagi wanita itu telah bersuami.
KAMU SEDANG MEMBACA
intimacy issues
Teen FictionEND 🔞 Hanna, seorang gadis yang sangat menyukai paras pria pria tampan ternyata memilih melabuhkan hatinya kepada seorang guru yang mengajar di sekolahannya. Usia mereka memang terpaut jauh namun sialnya di mata Hanna gurunya itu terlihat masih san...