Happy Reading🐻
🐯🐯🐯🐯🐯
Typo? Tandain!
~~~~~~~~~~~~~
Bunyi berisik dari notifikasi ponselnya membuat Hanna terbangun dari tidurnya. Ia telah sampai di tempat tinggal barunya sejam yang lalu. Lumayan nyaman menurut Hanna dan semoga saja ia betah tinggal di rumah barunya ini.
"Reta." Hanna mengucek mata sambil menguap pelan. Baru saja di tinggal sehari, tapi Reta sudah memborbardinya dengan puluhan pesan.
"Pak Azka nyariin gue?"
Hanna mengubah posisinya menjadi duduk lalu kembali membaca pesan pesan dari Reta. Azka mencarinya dan itu pasti karena kejadian kemarin.
"Sinting."
Ya, kemarin Hanna memang sangat sinting. Dengan tidak tahu malu, ia menggoda Azka sampai akhirnya mereka bercumbu lalu memuaskan satu sama lain. Walaupun keperawanannya tidak sampai diambil oleh Azka namun pria itu sudah mencicipi sebagian dari tubuhnya.
Hanna terkekeh kemudian menggigit bibir bawahnya. "Kenapa bisa sebinal itu sih gue kemaren?" bantal yang semula berada di sampingnya kini telah mendarat ke wajahnya. Hanna menghantam wajahnya berkali kali lalu ia akhiri dengan pekikan kecil.
Sama dengan Azka, Hanna pun sekarang sudah tidak penasaran lagi dengan bagaimana rasanya di sentuh oleh Azka. Sentuhan Azka kemarin sungguh membekas di ingatannya, sampai sampai tadi malam Hanna memimpikan bagaimana panasnya cumbuan Azka terhadapnya.
"Azka." Hanna memejamkan mata sambil memeluk bantalnya erat. Membayangkan kembali sentuhan Azka yang lihai di tubuhnya.
Terasa nikmat. Inti mereka yang saling bergesekan, cumbuan Azka di bibirnya, dan hisapan hisapan kecil di Payudaranya. Hanna masih mengingatnya dengan jelas, apalagi ketika mereka tidur bersama namun dengan nakalnya Azka tidak membenahi pakaiannya dan memilih menenggelamkan wajah di dadanya.
"Mmhh." Hanna memilin puting susunya dengan frustasi. Rasanya tidak senikmat ketika Azka menyentuhnya, padahal sebelum sebelumnya Hanna bisa merasa puas dengan sentuhan tangannya sendiri.
Hela nafas Hanna terdengar berat. Ia menyudahi kegiatannya dan memilih memandangi langit langit kamarnya. Bagaimana ini? Hanna telah jauh dadi Azka namun tubuhnya malah menambah akan sentuhan dari pria itu.
Hanna menggigit bantalnya dengan gemas. Percuma saja ia pergi jauh tapi ujung ujungnya masih memikirkan Azka. Hanna tersiksa jika seperti ini caranya.
Foto Azka yang berada di galeri ponselnya Hanna pandangi lamat lamat. Tidak adil sekali jika di sana Azka baik baik saja sementara dirinya tersiksa secara batin. Hari ini Azka memang mencarinya, namun besok pasti pria itu sudah melupakan dirinya lalu melakukan aktivitas seperti biasa.
"Nggak, nggak boleh!" Hanna Menggeleng keras keras. "Semoga pak Azka ke siksa karena kangen sama gue!" terdengar tak masuk akal, namun percaya bahwa ucapan adalah doa.
Hanna melucuti semua pakaiannya kemudian memandangi tubuh polosnya. Bercak bercak merah yang berada di Payudaranya masih terlihat jelas. Sangat kontras dengan kulit kuning langsatnya.
Kedua tangannya kembali memilin puting susunya yang menegang. Hanna memejamkan mata, membayangkan Azka memainkan Payudaranya. Mulut kecilnya mendesah lirih kala tangannya semakin intens memainkan kedua puting payudaranya.
"Mmhhh ahh."
Hanna melebarkan kedua kakinya lalu mengarahkan tangannya yang lain ke vagina. Dengan memikirkan Azka dan juga kejadian kemarin, Hanna menikmati gerakan tangannya di klitorisnya dan juga di payudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
intimacy issues
Dla nastolatkówEND 🔞 Hanna, seorang gadis yang sangat menyukai paras pria pria tampan ternyata memilih melabuhkan hatinya kepada seorang guru yang mengajar di sekolahannya. Usia mereka memang terpaut jauh namun sialnya di mata Hanna gurunya itu terlihat masih san...