intimacy issues 29

52.6K 1.1K 15
                                    

Happy Reading 🐻

🐯🐯🐯🐯🐯

Typo? Tandain!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Usapan lembut di kepalanya membuat Azka membuka mata perlahan. Azka menggeliat pelan lalu menarik Hanna hingga jatuh ke pelukannya.

"Bangun dulu udah malem." Hanna agak menegakkan kepalanya lalu menangkup wajah Azka. "Aku udah masak buat makan malem. Mau langsung makan atau mandi dulu?"

"Jam berapa sekarang?"

"Setengah tujuh."

"Mandi dulu aja."

Hanna bangkit dari badan Azka lalu tidur terlentang di atas kasur. Ia sudah mandi sebelum memasak tadi jadi dia hanya perlu menunggu Azka menyelesaikan mandinya.

Selang beberapa menit kemudian Azka keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang lebih segar. Pria itu hanya menggunakan handuk untuk menutupi aset bawahnya.

Hanna mengulum bibir kala memperhatikan gerak gerik Azka yang hendak mengambil pakaian di lemari. Bagaimana bisa ia menyuruh Azka untuk tidak mesum sementara dirinya saja semesum ini. Otak kotornya tanpa malu malah teringat kegagahan milik Azka yang mengentak hebat dirinya pada malam itu.

"Mikirin apa?"

Hanna mengerjap kala wajah Azka tiba tiba saja sudah berada di hadapannya. Hanna menggeleng sambil terkekeh kecil. Sebegitunya kah ia membayangkan kejadian malam itu hingga tak menyadari bahwa Azka telah mengungkungnya.

Tawa kecil Azka mengalun saat mimik wajah Hanna terlihat malu malu. Azka tahu apa yang gadis ini fikirkan tapi ia memilih tak ingin mengungkitnya.

Kruuk Kruuk

Mereka berdua saling pandang lalu Azka pun tertawa geli saat Hanna menutup wajahnya dengan cepat. "Laper banget ya?"

"Iya!" Hanna menyingkirkan tangan dari wajahnya lalu mendorong dada telanjang Azka agar menyingkir. "Cepet om, aku tunggu di dapur."

Hanna meloncat dari kasur. Dan sebelum Azka berhasil meraih tubuhnya Hanna berlari keluar sambil memekik dengan panik, meninggalkan Azka yang mendengus karena tingkahnya.

"Awas aja nanti!"

Azka memakai pakaiannya dengan segera. Ia melemparkan handuknya ke keranjang sambil melirik kearah sofa sekilas lalu menyusul Hanna ke dapur.

"Makan duluan?" Azka menarik kursi dan menatap Hanna yang terkejut karena kehadirannya.

Dengan mulut penuh Hanna tersenyum sambil mengangguk kecil. "Udah nggak tahan."

Azka bergumam sekenanya lalu memperhatikan makanan yang sudah Hanna siapkan untuknya. "Mmm, udah cocok jadi istri."

"Istri?" Hanna menaik turunkan alisnya menggoda Azka. "Dulu siapa yang bilang kalau aku masih kecil?"

"Itu Azka yang dulu bukan aku." Azka tak memperdulikan cibiran dari Hanna dan tetap memakan makanan di piringnya. "Tapi serius deh, gimana kalau kita nikah aja?"

"Aku kan masih sekolah." Hanna menuangkan air ke gelas dan meletakkannya di samping piring Azka. "Belum lagi minta izin ke ayah. Aku yakin nggak akan gampang minta restu ke dia."

"Urusan ayah kamu biar aku yang urus kamu tenang aja." ini sudah menjadi tanggung jawabnya meminta restu dari Akhtar. Tidak perduli sekekeh apa Akhtar menolaknya nanti yang pasti Azka akan tetap meyakinkan pria itu. "Dan soal kamu yang masih sekolah kayaknya itu nggak jadi masalah selagi kita diam. Rania dulu nikah diam diam juga kan sama Bara."

intimacy issuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang