13: Demi Eca

52.2K 600 5
                                    

"ZEIN!" teriak Ejay dari lantai bawah.

Zein langsung berlari menuruni tangga dan menemui Ejay.

"Kenapa?" tanya Zein.

"Ada yang nyariin lo di depan" ucap Ejay dengan wajah santainya lalu masuk kedalam kamarnya kembali.

Zein berdecak kesal, membuat dia terkejut saja.

Setelah itu Zein pergi keluar.

Seukir senyuman terpampang di wajahnya.

"Dengan bapa Zein"

"Yaelah pa saya masih muda di panggil bapa" kata Zein yang kesal.

"Mohon maaf dek, soalnya yang datang ke showroom bukan adek" ujar bapak-bapak tersebut.

Zein cengengesan.

"Silahkan masuk pak" ujar Zein sambil membuka gerbang besarnya itu, lalu mempersilahkan bapak tersebut masuk"

"Ini ya dek berkas-berkas yang harus di tanda tangani"

Lalu proses itu berlangsung selama setengah jam. Setelahnya mereka pergi dengan meninggalkan sesuatu yang sangat Zein tunggu-tunggu satu bulan terakhir ini.

Ejay menghampiri Zein lalu memukul kepala nya dengan kuat.

"Pantesan tabungan lu ngurang banyak, ternyata ini kelakuan lu" kata Ejay membuat Zein tertawa.

Dua buah motor vesmet terparkir rapi di garasi rumah mereka.

"Beli dua buat apa?" tanya Ejay.

Zein tersenyum lebar.

"Buat lo satu pilih aja, gue sisanya" jawab Zein membuat Ejay menatapnya.

"Boong lu"

"Kaga serius dah"

"Jual lagi"

"Lah?"

Ejay terkekeh kecil, lalu dia memeluk Zein.

"Gue gatau harus ngomong apa" kata Ejay.

"Tinggal pilih mau yang mana apa susahnya" balas Zein.

"Warna ungu aja, lucu" kata Ejay membuat Zein tertawa.

"Iya sih cocok buat lo"

Ejay menatap sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca. Lalu dia memeluk Zein kembali.

"Makasih" kata Ejay.

"Makasih juga udah mau ngerawat dan jagain gue dari kecil" balas Zein membuat Ejay menangis kecil.

"Gue beli ini demi Eca juga sih" kata Zein membuat Ejay langsung menatapnya.

"Maksudnya?"

"Kasian kalau pake motor yang itu mogok mulu" jawab Zein sambil cengengesan.

"Kenapa lo ga beli yang lebih mahal dan lebih bagus aja moge misalnya"

Zein menggeleng.

"Udah vespa aja, kasian kalau yang besar besar nanti gue dikira bonceng adik gue" ujar Zein membuat Ejay terkekeh.

"Semoga Eca suka sama motor baru lo"

"Lebih bagus suka sama yang punya sih"

Ejay menggelengkan kepalanya.

"Gue selalu do'ain lo" ujar Ejay sambil mengacak-acak rambut Zein seperti seorang kakak kepada adiknya.

"Terima kasih"

Ejay tersenyum lalu memeluk Zein kembali.

💦💦💦

Keesokan harinya Zein pergi membawa Eca jalan-jalan dengan motor barunya.

Mereka pergi ke cafe yang sering mereka kunjungi.

Berdua, sambil mengobrol ria.

"Kamu demam?" tanya Zein sambil mengecek keadaan Eca.

Eca menggeleng dengan wajah lemasnya.

"Kenapa ga bilang dari awal, aku gabakalan ajak kamu keluar kalau tau gini"

"Gapapa, Eca baik-baik aja cuman demam sekilas aja"

Zein menghela nafasnya berat.

"Sini" Zein lalu menarik Eca dan langsung mendekapnya erat, mengelus-elus kepalanya.

"Ka?" panggil Eca.

"Kenapa?" tanya Zein. Eca mendongak menatap Zein.

"Kalau sesuatu terjadi sama Eca, kakak bakalan tetep sama Eca kan?" tanya Eca yang tentu langsung mendapat anggukkan dari Zein.

"Iya lah, aku gabakalan ninggalin kamu"

"Walau itu sesuatu hal yang besar?"

Zein mengangguk.

"Aku disini untuk kamu"

"Kemanapun kamu pergi, ingat aku selalu mengikuti mu"

Eca tersenyum kecil lalu memeluk Zein.

"Udah makan langsung pulang aja ya?"

Eca mengangguk.

"Jaga kesehatan, hari senin kamu ulangan kan"

"Iya"

Lalu tidak lama pesanan mereka tiba, dan mereka langsung menikmatinya.

-TBC-

BULLY [18+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang