47: Masih Bersama

14.9K 461 45
                                    

Lima bulan sudah berlalu, kondisi Eca mulai membaik meski dia belum mau membuka matanya tapi beberapa kali Eca mulai menunjukkan pergerakan.

Eca pun sudah di bawa ke rumah, karena beberapa alat di tubuhnya sudah di lepas dan demi menghemat keuangan keluarga Eca juga.

Sehari-hari Ejay yang mengurus Eca, lagi-lagi Zayn di titipkan kepada Zein dan setiap seminggu sekali Zayn pulang ke rumah.

Hal itu atas kemauan Zayn karena dia tidak mau merepotkan Ejay karena harus merawat Eca dan juga kedua adiknya yang masih bayi.

Kondisi si kembar juga cukup baik, meski mereka dari lahir tidak mendapatkan asi dari Eca. Asi Eca sempat keluar saat awal-awal masa lahiran tapi setelah itu tidak, dan si kembar terpaksa meminum susu formula.

Ngomong-ngomong tentang si kembar, mereka sudah mendapatkan nama setelah satu bulan Ejay menimang-nimang karena dia berniat menunggu Eca siuman. Tapi hal itu tidak terjadi, karena harus menuruti perintah dari keluarga Eca dan adat istiadat yang masih kuat di keluarga Eca.

Kedua anak kembar itu diberi nama, Azer dan Azera.

Azer Ares Albiansyah dan Azera Anantasya Albiansyah.

Kebetulan mereka kembar fraternal, dimana Azera anak perempuan yang lahir pertama disusul dengan Azer anak laki-laki.

Ejay masuk kedalam kamar untuk mengganti selimut yang memang sudah jadwalnya untuk di cuci. Semenjak Eca koma dia benar-benar seperti bapa rumah tangga, semua pekerjaan dia lakukan tanpa di bantu oleh siapapun atau jasa apapun.

Setelah membereskan kamarnya dia memasak di dapur untuk dirinya, dan juga beberapa buah-buahan yang di haluskan untuk Azer dan Azera.

Terdengar tangisan dari ruang keluarga yang membuat Ejay mau tidak mau langsung menghampiri anak-anaknya.

"Kenapa sayang?" tanya Ejay sambil menggendong Azera yang sepertinya berebut mainan dengan Azer dilihat dari luka cakaran yang ada di wajahnya.

"Zera di cakar?" tanya Ejay dan Azera hanya bisa menangis saja.

Ejay buru-buru mengambil kotak obat di dalam kamarnya dan mengobati luka pada wajah Azera.

"Cup... Cup... Jangan nangis Zera kan kuat" kata Ejay sambil meniup-niupi luka Zera.

"Azer sini kamu" suruh Ejay kepada Azer dan anak itu tiba-tiba menangis karena takut dimarahi oleh ayahnya.

Ejay menghela nafasnya pelan.

"Ya Allah... Cape telinga hamba lama-lama" gumam Ejay sambil menggendong Azer.

"Kenapa kamu nyakar kaka kamu?"

Tangisan Azer semakin keras.

"Sini tangan nya" ucap Ejay dan Azer langsung menyerahkan tangannya.

Lalu Ejay memotong kuku Azer yang memang sudah panjang.

"Perasaan baru kemarin di potong" kata Ejay.

"Eits... Jangan di kulum gitu nanti mama marah lho" kata Ejay sambil menarik jari Azer yang sedang di kulum di mulutnya.

Teringat saat Zayn masih bayi, Eca sungguh benar-benar sangat memerhatikan kesehatan anaknya.

Azer lalu menunjuk kearah kamar dan Ejay tersenyum.

"Iya mama nanti kalau bangun marah sama kamu" kata Ejay.

"Mam... Mamama" oceh Azer membuat Ejay terdiam.

"Apa zer?" tanya Ejay.

"Ma... Ma... Mama" perlahan Ejay mengangkat bibirnya mengukir senyuman di wajahnya.

BULLY [18+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang