29: Kunjungan

23K 563 32
                                    

Eca menatap anaknya yang sedang tertidur itu dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.

Ejay masuk kedalam kamar lalu mendekati Eca dan mengecup pipi nya.

"Hari ini yang dari Jakarta mau pada kesini" beritahu Ejay.

"Iya kah?"

"Iya temen kamu juga"

Eca mengernyit.

"Siapa?" tanya Eca.

"Vina itu yang sering sama kamu waktu di sekolah"

"Lah dia ikut? Kenapa ga bilang"

"Kamu aja ga bilang sama dia apa yang terjadi sama kamu" kata Ejay.

Eca menghela nafasnya pelan.

"Eca mau mandi" beritahu Eca.

Ejay mengangguk lalu membantu Eca untuk berdiri.

"Waktu aku mandi jagain Zayn ya" kata Eca dan dianggukki Ejay.

"Jangan banyak gerak, jangan lama-lama juga kalau udah beres teriak aja" kata Ejay. Eca mengangguk lalu masuk kedalam kamar mandi.

"Aku siapin bajunya"

"Iya makasih ka..."

Ejay tersenyum lalu menutup pintu kamar mandi dan dia pergi kedalam kamar kembali.

Ejay menyiapkan baju Eca setelahnya dia duduk di atas kasur di samping Zayn.

"Gue masih berharap lo pulang" ucap Ejay sambil mengelus tangan anaknya perlahan.

"Anak lo lucu, ganteng banget mirip lo" lanjutnya sambil terkekeh.

"Tapi semoga udah gedenya dia ga mirip sama lo, biar gue aja yang jadi ayah dia sampai dia tua sekalipun dan gue gaada lagi di dunia ini, bair gue yang jadi ayahnya" kata Ejay.

Ejay perlahan mengecup pipi anaknya dengan sangat perlahan karena tau kulit bayi masih se-sensitif itu.

"Semoga jadi anak yang baik dan soleh ya ganteng nya ayah" kata Ejay sambil tersenyum.

"Ayah akan terus jaga kamu, bahkan ayah berani menaruhkan nyawa jika itu berkaitan dengan kamu"

Ejay memandangi wajah anaknya itu yang semakin hari malah semakin mirip ayah kandungnya.

"Emang beneran anak lo ini, semoga lo sadar dah" kata Ejay.

Lalu tidak lama Zayn menangis membuat Ejay kebingungan.

"Aduh"

"Sttttt... Sayang anak ayah jangan nangis"

Ejay menggaruk kepalanya, dia tidak tau harus berbuat apa.

"Iya sayang... Uuuuu anak ayah... Mama nya lagi mandi tunggu bentar ya"

Tapi Zayn semakin kencang menangis.

Ejay langsung mengaisnya tapi dia terdiam sejenak saat tidak sengaja merasakan basah di tangannya.

"Gawat ini" gumam Ejay.

Ejay lalu meraba-raba bagian bawah bedongan Zayn, lalu beberapa detik berikutnya dia tersadar bahwa Zayn pipis.

Ejay menelan saliva nya dengan wajah datar dia langsung menurunkan Zayn.

"Alasan kenapa gue ga suka anak kecil, tapi karena ini kamu sayang... Ayah gapapa" kata Ejay sambil tersenyum terpaksa.

Dia lalu pergi ke dapur untuk mencuci tangan di wastafel dan kembali kedalam kamar menghampiri Zayn yang masih menangis.

BULLY [18+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang