Tokyo. 09.30
.
.
.
Sebulan lebih telah berlalu...Seiring berjalannya waktu, kondisi (Name) kian membaik. (Name) mulai mau makan dan menjalani rehabilitasi di rumah sakit. Walaupun ia masih amnesia dan sikapnya seperti anak kecil.
Hari ini, (Name) di perbolehkan pulang. Walaupun begitu, identitasnya harus tertutup karena pihak pemerintah memalsukan kematian (Name) agar jauh dari media publik.
Hal itu juga di setujui oleh pihak Agensi dan keluarga Ushijima. Ini demi (Name) agar gadis itu tenang dari khalayak ramai. Kini, (Name) di antar pulang menggunakan mobil Chuuya.
''Chuuya. Kita akan kemana?'' Tanya Akane. ''Tentu saja ke apartemenku'' jawab Chuuya. ''Kenapa ke apartemenmu?'' Tanya Akane kembali mengintrogasi.
Chuuya sebenarnya kesal dengan sikap overprotective Akane, tapi dia tahan amarahnya dan harus memiliki sabar yang banyak.
''Jika ke Miyagi, aku takut (Name) bertemu teman - temannya dan malah menekannya. Mereka belum tahu jika status penjahat (Name) di cabut. Media hanya mengabarkan kematiannya saja dan warga Yokohama saja yang tahu jika (Name) bukanlah penjahat'' jelas Chuuya.
''Hoo... Di tekan, ya...'' guman Akane dingin. Sedetik kemudian, dia menyeringai misterius.
''Miyagi?'' Celetuk (Name) bertanya. Posisinya duduk di kursi tengah, sementara dua pria tadi duduk di depan.
''Ah... itu nama salah satu prefektur di wilayah Sendai. Dan Sendai adalah nama daerah rumahnya Wakatoshi'' jelas Akane. (Name) ber'oh' saja.
''Ne... ne... Akane. Ayo main voli'' ajak (Name) dengan nada riang. Chuuya sedikit merona mendengar suara riang kekasihnya, tapi dia langsung di tatap sinis oleh Akane karena ketahuan merona.
Dasar siscon.
''Jangan. Tubuhmu masih lemah. Walau kau sudah sehat, aku tak mau kau sakit karena olahraga'' tolak Akane halus. (Name) memasang wajah cemberut, ia kesal karena tidak di perbolehkan bermain voli oleh saudara kembarnya.
''Hmph!'' (Name) mendengus kesal, bersedekap dada dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Akane hanya bisa menghela nafas lelah.
''Bagaimana kalau jalan - jalan saja? Kota Yokohama sudah hampir selesai di perbaiki dan aktivitas lainnya juga sudah di mulai. Banyak toko - toko dan tempat refreshing mulai di buka'' ujar Chuuya berpendapat.
''Boleh saja. Bagaimana, (Name)?'' Timpal Akane lalu bertanya pada saudari kembarnya yang ngambek.
''Terserah'' ucap (Name) ambigu. Antara tidak atau iya, antara mau dan tidak mau. Memang itulah senjata wanita jika ragu.
•~•
Setelah menaruh barang - barang (Name) di apartemen Chuuya, mereka bertiga pergi jalan - jalan menikmati suasana kota Yokohama yang 95% sudah mulai bangkit dari kehancuran.
''Wah... kirei...'' takjub (Name) seakan baru pertama kali mengunjungi Yokohama. Chuuya tersenyum miris mendengar hal tersebut.
''Cepat sekali ya. Padahal baru sebulan lebih dan ini baru awal musim semi'' komentar Akane tentang pembangunan kota yang termasuk cepat.
''Namanya Nippon, negeri industri dan teknologi. Pembagunan jalan saja tak sampai satu hari sudah selesai. Menata kembali kota dalam waktu sebulan dua bulan adalah hal wajar'' tanggap Chuuya.
Memang benar, sih. Jepang terkenal dengan teknologi yang canggih, pembangunan yang cepat dan bahkan setiap rumah memiliki teknologi anti guncangan gempa. Jadi, orang Jepang tidak panik saat terjadi gempa.
''Akane, aku mau Onigiri isi tuna'' pinta (Name) seraya menarik lengan jaket Akane. ''Ya. Chuuya yang akan membelikanmu'' ucap Akane membuat (Name) sedikit tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)
FanfictionPerang Perjuangan mencapai kemenangan. Perang bukan berati harus mengangkat senjata, bertarung sampai meregang nyawa. Perang bisa di lakukan dengan pertandingan olahraga. Termasuk pertandingan Voli Nasional. (Name). Gadis yang telah menumpas traum...