4. Emosi (Last).

436 79 11
                                    

Karasuno. 12.10.
.
.
.

Sidang dimulai. (Name) duduk berhadapan dengan guru BK. Sementara yang lain duduk di sofa sisi kanan - kiri dan saling berhadapan antara korban dengan pelaku.

''Baiklah. Kita mulai dari nak Hirotaka. Kenapa kau memukul Ryosaku- san dan teman - temannya?'' Tanya guru BK pada (Name).

''Karena mereka membuat Hito-chan terluka. Saya tak kuasa melihat teman saya di siksa. Dan saya punya bukti dan saksi mata'' ucap (Name) langsung ke inti. (Name) berdiri dan menyikap pelan dahi Yachi yang lebam.

''Ini baru satu luka. Belum luka di perutnya, punggungnya dan mentalnya. Awalnya saya mencegah penindasan yang dilakukan Senpai, tapi saya malah di kunci oleh mereka di gudang tua di gedung belakang sekolah'' jelas (Name).

''Apa kau punya bukti kalau kami menguncimu, ha?'' Tanya salah satu antek Hime menyela. (Name) sumringah licik.

''Tentu aku punya. Senpai, masuklah'' ucap (Name) memanggil seniornya yang tak lain dan tak bukan adalah Tanaka dan Nishinoya.

''T-Tanaka Ryunosuke- desu. Dan ini teman saya Nishinoya Yuu'' ucap Tanaka memperkenalkan diri dengan nada gugup. Karena melihat wajah dan aura Aizawa yang merupakan Yakuza.

Berbeda dengan Nishinoya yang berani.

''Nishinoya Yuu. Kami melihat dua adik kelas kami di rudung oleh mereka, Pak. Kemudian mereka mengurung (Name)- chan di gudang, pintunya di rantai dan di gembok lalu kuncinya di patahkan. Ini kuncinya'' ucap Nishinoya lalu memberikan kunci yang patah pada guru BK.

''Hm... bukti nyata. Dengan ini sudah jelas'' ucap guru BK memutuskan. ''Lalu bagaimana caranya kau keluar dari gudang?'' Tanya guru BK.

''Saya menendang pintunya sampai jebol'' jawab (Name) terus terang membuat guru BK tersebut tepuk jidat.

''Tunggu, Pak. Saya ingin membela'' ucap Hime mengangkat tangan. ''Silahkan'' ucap guru BK memberi kesempatan berbicara pada Hime.

''Alasan saya berbuat seperti itu karena dia membuat saya malu di depan siswa - siswi di sekolah ini. Bagaimana tidak? Dia menumpahkan minuman di baju saya, membuat pakaian saya berwarna putih akhirnya tembus pandang. Saya di tertawakan dan di lecehkan secara verbal oleh para siswa karenanya'' jelas Hime.

''Tapi... Aku benar - benar tak sengaja. Aku juga sudah minta maaf berkali - kali'' ucap Yachi sedikit takut.

Brak!

Hime menggebrak meja dan menatap nyalang Yachi. Gadis bersurai blonde tersebut ketakutan. Nyonya Yachi segera mendekap anaknya.

''Nona. Anak saya sudah meminta maaf. Tak mungkin dia berbuat begitu dengan sengaja'' bela Nyonya Yachi.

''Tidak bisa! Harga diriku diijak - injak. Mana ada orang yang terima jika harga diri mereka di jatuhkan walau itu tak sengaja, ha?!'' Emosi Hime. Pundaknya di tepuk oleh Aizawa dengan isyarat harus tenang. Akhirnya Hime duduk lagi dengan tenang.

''Memang benar. Semua orang memang tak terima jika harga dirinya di jatuhkan. Baik sengaja maupun tidak. Tapi, Senpai. Menurutku bukan begitu membalas harga diri yang di jatuhkan'' tanggap (Name).

''Lalu bagaimana caranya membalas, ha? Apa yang kau tahu tentang jatuhnya harga diri?!!'' Marah Hime.

''Hime. Rendahkan suaramu'' perintah Aizawa membuat Hime bungkam dalam kesal.

''Harga diri yang jatuh itu di bangun mulai dari nol. Senpai bisa mulai dari merubah sikap senpai menjadi baik, sopan dan bijaksana. Tak perlu membalas dengan pukulan atau hinaan, balas saja dengan kebijaksanaan. Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa harga diri senpai itu tinggi'' jelas (Name).

I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang