Tokyo. 19.00
.
.
.''He... begitu ceritanya'' celetuk Semi setelah mendengar kisah bagaimana mereka bertiga bertemu dari Satoru.
''Uhm... Hiro selalu membantu kami belajar bahasa Jepang, sementara kami mengajarinya alat musik. Tapi sepertinya, hanya alat musik bersenar saja yang dia kuasai'' jelas Satoru.
''Pantas saja wajahmu dengan Hotaru- san seperti bukan orang Jepang. Ternyata kalian keturunan orang Korea'' tanggap Semi.
''Ya begitulah'' timpal Satoru.
Breg!
Tiba - tiba (Name) langsung menaruh panci udon di meja dengan keras. Membuat dua pria tersebut kaget dengan kelakuan (Name).
Gadis bersurai kelabu tersebut langsung pergi ke dapur penginapan untuk mengambil piring dan alat makan yang telah disiapkan ibu pemilik penginapan.
''Dia itu kenapa, sih? Sejak datang ke Tokyo, dia selalu begitu'' Heran Satoru. Sang kakak muncul dengan menaruh sepiring tempura lantas berkata...
''Tamu bulanan. Padahal sudah hari ke lima, dia masih seperti kerasukan setan'' jelas Hotaru. Mereka berdua paham apa yang dimaksud Hotaru.
''Ne. Hotaru- san. Katanya bibi pemilik penginapan, besok kita tidak boleh terlalu berisik saat latihan disini. Ada pengunjung lain yang juga memesan lantai dua'' ujar (Name) datang lalu menaruh piring dan duduk di sebelah Semi.
''Ya. Kira - kira siapa yang memesan penginapan sederhana ini, ya?'' Ucap Hotaru memikirkan. ''Entah. Tanya saja bibi pemilik penginapan'' ujar (Name).
Akhirnya, mereka makan malam tanpa ada obrolan. Hanya keheningan melanda dan suara alat makan yang beradu.
''Gochiousama deshita!'' Ucap mereka berempat selesai makan. ''Hiro. Ini giliranmu yang menggelar futon'' ujar Satoru sembari merapikan meja lesehan mereka.
''Ha'i...'' ucap (Name) malas lalu bangkit untuk menggelar futon mereka. Walau ogah - ogahan, (Name) tetap menurut pada yang lebih tua selama itu hal baik.
(Name) adalah personil paling muda diantara mereka. Hotaru berumur 21 tahun, Satoru dan Semi berumur 19 tahun, sedangkan (Name) baru 16 tahun.
Setelah menggelar futon, (Name) menghela nafas lelah. Mereka akan gladi keesokan harinya. Entah mengapa (Name) merasa sendu karena dua hari lagi, mereka akan berpisah.
Deg!
Lagi - lagi, mata kanan (Name) berdenyut kuat. Padahal sudah di tutupi eyepacth hitam, mata kanannya masih ngilu.
''Doushita, (Name)?'' Tanya Semi melihat (Name) mencengkram area mata kanannya. Gadis bersurai kelabu itu hanya menggeleng lalu melangkah keluar ruangan.
''Aku mau cari angin dulu'' ucap (Name) lalu pergi dari pandangan Semi. Pria bersurai putih gradasi gelap itu menyeringit heran.
'Padahal cuaca dingin seperti ini, dia malah cari angin?' Batin Semi heran.
(Name) berjalan - jalan untuk menenangkan diri. Bermodal pakaian yang terbilang tipis atau hanya mengenakan celana hitam biasa, kaos lengan panjang berwarna hitam dan syal merah milik Akane.
(Name) melangkah tanpa arah di trotoar Tokyo yang kian menyepi. Ia tak merasakan dingin ataupun menggigil. Ini disebabkan tubuh (Name) berdarah panas seperti burung, membuatnya tak mudah kedinginan.
Padahal sikapnya berdarah dingin.
Helaan nafas dingin keluar dari mulut (Name) yang berjalan di trotoar. Hingga atensinya tertuju pada sebuah gang gelap di sebelah kanannya. Seakan ada keributan di dalam, (Name) langsung memasuki gang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)
FanficPerang Perjuangan mencapai kemenangan. Perang bukan berati harus mengangkat senjata, bertarung sampai meregang nyawa. Perang bisa di lakukan dengan pertandingan olahraga. Termasuk pertandingan Voli Nasional. (Name). Gadis yang telah menumpas traum...