17. Informasi

483 82 6
                                    

Gor Tokyo 15.00
.
.
.

''Tapi... rasanya tetap kesal. Kita sudah melakukan yang terbaik. Aku juga tidak punya penyesalan. Pada akhirnya 'hasil' hanyalah produk sampingan'' ucap Kita tertahan saat menuruni tangga. Dia menjelaskan semua kata hatinya kepada juniornya.

''''Lihat. Timku luar biasa, 'kan?''. Aku ingin terus mengatakan itu'' ucap Kita tersenyum, membuat rekannya menahan tangis harunya.

''Teruskan, Kita- san'' ucap Osamu dengan nada bergetar.

''Teruskan sampai kami menjadi junior yang bisa Kita- san banggakan pada cucu Kita- san nanti'' ucap Atsumu ikut bergetar.

''Baiklah, akan kunantikan itu'' ucap Kita lalu melangkah turun dari tangga. Saat hendak berbelok....

Bruak!!...

Kita di tabrak oleh seorang anak kecil bersurai coklat terang. Kita tidak jatuh, hanya saja anak kecil tersebut sampai tersungkur ke belakang. Sontak hal tersebut mengundang perhatian para rubah.

''Itte... shh...'' rigis anak tersebut sembari mengusap dahinya. Karena bocah itu tertabrak Kita pas dahinya duluan.

''Daijoubu?'' Tanya Kita seraya berlutut di depan bocah tersebut. ''Um... sumimasen niisan-''

Ucapan bocah tersebut terhenti kala melihat Atsumu dan Osamu. Spontan tangan kecilnya menunjuk Miya bersaudara dan berkata terus terang.

''Aa! Si Kembar jahat!'' Tunjuknya membuat rekan seperjuangan si kembar tertawa. Hingga seorang gadis bersurai kelabu menghampiri sang bocah seraya berlari menenteng sekantong plastik berisi 2 sisir pisang.

''Aria! Mou... sudah kubilang jangan lari - lari, nak'' Tutur (Name) menghampiri putrinya. Aria langsung mengibas celananya dari debu dan beralih kepada sang ibu.

Langkah (Name) terhenti di dekat Aria kala melihat segerombol rubah di depannya. Termasuk Atsumu dan Osamu.

''Mama. Aku bertemu dengan Si Kembar jahat'' ucap Aria menunjuk Miya bersaudara.

'Mama?' Heran para rubah.

''Hey... tidak boleh seperti itu. Mereka tidak jahat dengan Aria, 'kan?'' Ujar (Name) seraya berlutut dan menyamakan tingginya dengan sang putri.

''Demo... mereka meniru tekniknya Taiyo niisan dan Kage niisan, lho. Bukannya meniru hasil latihan orang itu jahat, Ma?'' Tanya Aria membuat (Name) sedikit tertegun.

''Aria... meniru itu tidak apa - apa. Asal itu positif bagi kita dan mereka yang meniru. Namun yang menang adalah yang jujur dan tak meniru'' nasehat (Name).

''Contohnya saja saat ujian. Aria di contek oleh teman sebangku Aria. Tapi Aria tetap mengerjakan dan percaya jika yang jujur itu lebih baik. Akhirnya, nilai Aria bagus. Walau nilainya lebih tinggi dengan Aria, tapi Aria merasa puas atau tidak jika sudah mengerjakan jujur?'' Ujar (Name) lalu bertanya.

''Puas'' jawab Aria. ''Benar. Sedangkan temannya Aria akan kurang puas karena mereka tidak mengerjakan dengan kemampuannya sendiri. Suatu hal yang di kerjakan sendiri tidak akan kecewa pada akhirnya, walau mereka kalah sekalipun'' jelas (Name) lalu melirik datar ke arah Miya bersaudara.

'Dia bisa menjelaskan hal sulit dengan sederhana. Apa keluarga Miya memiliki satu kemampuan di atas rata - rata?' Kagum Kita dalam batin.

''Ayo kita pergi'' ajak (Name) lalu menggandeng tangan putrinya. Namun lagi dan lagi, pundaknya di tahan oleh Miya bersaudara.

''Apa?'' Tanya (Name) seraya menegok dan menatap tajam dengan mata kirinya. Atsumu melangkah berhadapan dengan (Name).

''Kami kalah. Sesuai taruhan kita. Sekarang, aku dan Samu tidak akan menyalahkanmu lagi pasal Akane'' ucap Atsumu menatap teduh (Name). Membuat para rubah terheran.

I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang