Yokohama. 13.00
.
.
.
Di sebuah ruang kerja yang berantakan akan dokumen dan foto polaroid, terlihat pria bersurai sinopper bertopi fedora tengah merokok seraya bersandar di kursi kerjanya.Wajahnya berantakan, dirinya kurang tidur dan tatapanya lebih menajam karena sangat serius dalam keadaan lelah. Dia berusaha mencari istrinya dengan segala yang dia bisa lakukan.
Mencari istrinya ke seluruh kota, menyuruh bawahannya untuk mencari di setiap sudut kegelapan kota, menggunakan satelit untuk melacak keberadaan (Name). Bahkan dia membuang harga dirinya sebagai seorang mafioso karena meminta bantuan Ranpo agar (Name) ketemu.
Sayangnya hal itu sia - sia. Ranpo dan para detektif tetap menyembunyikan (Name) sesuai permintaan orangnya. Bagai hilang di telan bumi. Semua akses yang berhubungan dengan (Name) tak bisa di hubungi.
Bahkan ponselnya tak aktif dan tak bisa di lacak. Chuuya tak tahu jika baterai ponsel istrinya di cabut dengan sengaja agar tak bisa di lacak. Jadi selama seminggu lebih, (Name) bekerja dan berkomunikasi menggunakan komputer milik Ushijima.
Tak hanya itu, selama seminggu ini Chuuya habis sepuluh lebih botol wine-nya guna memaksa dirinya agar mengantuk dan tidur. Namun itu semakin menyiksa dirinya karena pengaruh alkohol yang membuatnya tak kunjung sadar.
Tok! Tok! Tok!
Pintu ruangannya di ketuk oleh seseorang. Chuuya menarik rokoknya dari mulut lalu berucap ''masuklah''.
Cklek!
Muncullah sosok pria baya bersurai merah kecoklatan, menghampiri Chuuya dengan kemeja hitam berpola garis dan di tutupi oleh coat pendek berwarna cream.
''Ada apa, Oda?'' Tanya Chuuya datar lalu menyebat lagi rokoknya. Oda merogoh saku coatnya lalu di lemparkan benda itu ke meja kerja Chuuya.
Sebuah foto polaroid yang mencetak gambar (Name) yang tengah tersenyum senang di sebuah kursi tribun. Chuuya membelalakkan matanya tak percaya.
''Darimana kau dapatkan ini?'' Tanya Chuuya penasaran. ''Dari Akane'' jawab Oda membuat Chuuya terbungkam diam.
''Aku tahu di mana dia sekarang. Jika kau ingin meminta maaf padanya, ikuti aku'' ucap Oda lalu berbalik dan melangkah pergi.
Tentu saja Chuuya langsung ikut dengan Oda. Tak peduli dengan ruang kerja yang ia kunci itu berantakan dengan berbagai dokumen dan botol wine.
'Akhirnya... hampir seminggu aku mencarimu. Tunggu aku, (Name)' batin Chuuya tersenyum tipis.
•••
Sendai. 14.00
.
.
.
Akane berlari sekecang - kecangnya seraya memeluk bola volinya. Langkahnya mengarah cepat menuju tribun agar tak ketinggalan set pertandingan. Dan akhirnya sampai.''Hah... hah... hah... ak-hir-nya...'' ucap Akane terbata dan terengah seraya duduk dengan lemas di kursi tribun.
''Haha... kau habis maraton, ya?'' Canda Sugawara. ''Bisa... hah... di bilang... hah... begitu... Suga-wara... san..'' ucap Akane terbata - bata.
''Eh? Kau tahu namaku?'' Heran Sugawara. Akane lupa jika selama ini dia tak pernah bertemu dengan Sugawara, Daichi, Asahi dan Shimizu. Dia sebenarnya tahu lewat ingatan (Name) dulu.
''Etto... a-aku di ceritain (Name)'' jawab Akane berbohong. Sugawara ber'oh' saja. Akane celingak - celinguk mencari saudari kembarnya yang tak ada di tempat duduk.
''Are? (Name) kemana Bruno?'' Tanya Akane pada temannya. ''Ke kamar mandi'' jawab Bruno santai.
''Dia pergi sendiri?!'' Tanya Akane yang mulai panik. ''Dia sama Shimizu'' sahut Daichi. Akane langsung bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)
FanfictionPerang Perjuangan mencapai kemenangan. Perang bukan berati harus mengangkat senjata, bertarung sampai meregang nyawa. Perang bisa di lakukan dengan pertandingan olahraga. Termasuk pertandingan Voli Nasional. (Name). Gadis yang telah menumpas traum...