33. Kannagi

361 67 34
                                    

Yokohama. 05.30
.
.
.
Sang surya menyinari kota yang telah luluh lantak. Pasukan khusus tengah mencari korban - korban yang telah mati. Ribuan korban di temukan selamat walau menderika luka - luka.

Sementara di pinggir kota.

Gadis bersurai hitam memakai topi sang kekasih yang telah tiada. Tangannya memegang rokok, udara yang ia hisab bukanlah oksigen, melainkan karbon dari tembakau.

Asap rokok mengepul ke udara, dirinya menghiraukan segalanya. Menanti waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu seraya memandang lautan dan mentari yang terbit dari ufuk timur.

''(Name). Berhentilah merokok. Kau sudah habis enam putung'' nasehat Ranpo yang datang setelah pengobatan. Kaki kiri dan tangan kanannya di gips karena tertimpa reruntuhan.

(Name) tak menghiraukan nasehat Ranpo. Netranya masih berfokus pada cahaya yang bersinar dari timur.

''Sachou dan yang lainnya sudah di temukan. Sesuai permintaanmu, mereka masih belum di kremasi dan di letakkan di tanah lapang'' ucap Ranpo menjelaskan.

(Name) mematikan rokoknya. Ia berdiri dari duduknya. Angin dingin mengibarkan surainya yang gelap.

''Aku tahu niatmu. Tapi kumohon, tunggulah sampai Ushijima-kun datang. Dia membawakan Shinko no Tamashi yang ketiga. Nyawamu akan merenggang jika hanya dua bola saja'' ujar Ranpo membongkar niatan (Name).

''Tidak perlu... aku akan melakukannya sekarang'' timpal (Name) seraya melangkah menuju tempat pengumpulan mayat yang di minta (Name). Ranpo membuang nafas kasarnya.

''Semoga ada keajaiban'' monolog Ranpo berharap adanya keajaiban.

Langkah kaki (Name) menginterupsi Ango yang baru selesai mengomando pasukan - pasukannya. Dia beralih menghadap (Name) yang sosoknya sangat berantakan.

Jubah yang robek, baju yang sudah compang - camping dan terkena noda darah, raut muka (Name) yang terlihat lelah dan netranya meredup.

''(Name). Sesuai permintaanmu, semua korban yang meninggal ku kumpulkan di sini'' ucap Ango seraya membenarkan kacamatanya.

(Name) berhenti melangkah, netranya menangkap pemandangan di mana tanah yang luas telah terjajar rapi mayat warga kota dan orang tersayangnya.

''(Name)- san. Ini cawan dan lilinnya. Memangnya ini untuk apa?'' Ucap Atsushi lalu bertanya seraya memberikan cawan sake dan lilin yang di bawa Kyouka.

(Name) mengambil tanpa berbicara. Ia melangkah menuju tanah lapang dan membelakangi para mayat yang berjejeran.

(Name) menata semuanya. Dua lilin dan cawan sake. (Name) mengambil Shinko no Tamashi dari kantongnya. Ah... ternyata ia hanya membawa dua. Pantas saja Ranpo menyuruhnya menunggu Ushijima.

Namun hal tersebut tak mengurungkan niatnya untuk berlama - lama menjalani prosesi ritual. (Name) meletakkan dua bola tersebut di cawan.

(Name) baru menyadari jika ia masih memakai topi fedora milik Chuuya. (Name) langsung beralih mengambil topi tersebut dan menghampiri jasad Chuuya yang di baringkan tak jauh dari (Name) meletakkan alat ritualnya.

(Name) berlutut di samping Chuuya dan menaruh topi milik Chuuya di atas tangan sang kekasih yang di tumpu di atas tubuhnya.

''Ada hubungan apa kau dengan Chuuya-kun?'' Celetuk Ango bertanya. (Name) menyangga kepala Chuuya seraya menyatukan keningnya pada sang kekasih.

''Dia kekasihku'' jawab (Name) sampai di dengar oleh semua orang. Tentu keheningan melanda dan rasa terkejut dalam diam di rasakan oleh mereka yang mendengar.

I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang