8. Ikatan Merah

489 84 20
                                    

Yokohama. 09.30
.
.
.
Gedung Port Mafia.

''Bos. Saya minta izin dua hari'' ucap Chuuya menghadap hormat pada Mori yang duduk santai di kursi mewahnya.

''Chuuya-kun. Apa ini ada hubungannya dengan (Name)?'' Tebak Mori. Chuuya membulatkan mata tak percaya lalu menunduk sampai netranya tertutupi bayangan topi.

''Ha'i'' jawab Chuuya.

''Chuuya-kun. Aku mengizinkanmu. Tapi ingat satu hal. Rubah itu licik. Bahkan bisa menggigit anjing. Aku tak mau anak buahku di manfaatkan oleh rubah yang licik. Jadi janganlah terlalu sayang padanya'' Ujar Mori.

''Rintarou. Kau terlalu protektif dengannya'' sahut Elisse yang merupakan kemampuan Mori.

''Elisse-chan~. Tentu saja aku tak mau melihat anak buahku yang berharga di peralat begitu saja'' ucap Mori lebay.

Chuuya mengeratkan kepalan tangannya lalu menatap serius pemimpinnya.

''Saya jamin, (Name) bukanlah orang seperti itu. Dia tak mencampuri urusan pekerjaan dengan perasaannya. Ditambah, sudah terkuak fakta oleh semua orang jika kami punya anak walau bukan lahir dari rahimnya. Itu sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak menyatukan perasaan cinta dengan pekerjaan'' tegas Chuuya memperjelas.

''Hm... begitu. Jaa... apa kau sudah memenangkan hatinya jika sudah begini?'' Tanya Mori membuat Chuuya tersentak sadar. Kemudian Chuuya menjawab.

''Restu pihak keluarga, kepercayaan, kepedulian. Semua saya lakukan untuknya. Namun saya belum pasti isi hatinya. Tapi saya yakin...'' ucapan Chuuya menggantung.

''...Saya akan memenangkan hatinya'' lanjut Chuuya dengan serius. Mori hanya bisa tersenyum simpul.

''Terserahmu. Jika kau benar menyukainya, resiko tanggung sendiri'' ucap Mori lalu mengibas tangannya sekali, isyarat Chuuya boleh keluar.

Eksekutif Mafia tersebut langsung menunduk hormat lalu pergi dari ruangan. Mori melempar pandangan ke luar jendela seraya berguman.

''Apa jadinya jika orang pemerintah jatuh cinta dengan seorang Mafia, ya?... kisah cinta yang rumit dan mustahil''- Mori.

''Apa benang merah mereka akan selalu terpaut sampai maut menjemput? Atau akan kandas dan salah satu mereka memakai pita merah?''- Mori.

•••

Tokyo. 12.30
.
.
.

Gor Tokyo.

Mereka melakukan gladi resik sampai di ulang 4 kali sesuai urutan tampilan. Groupband Selena tampil yang paling akhir. Beruntung, latihan yang mereka lakukan membuahkan hasil yang memuaskan.

''Huft... capeknya...'' keluh Hotaru duduk di kursi sembari mengipasi dirinya menggunakan tangan.

''Tak hanya kau saja, Hotaru- san. Kita semua juga sama lelahnya'' ujar Semi ikut duduk di kursi bersebelahan dengan Satoru.

''Mungkin yang paling lelah disini adalah Hiro. Tuh, lihat'' timpal Satoru lalu menunjuk (Name) dengan dagunya.

(Name) yang duduk di lantai dengan tubuh merengkuk bersender di kursi yang di sediakan. Bukan duduk di kursi malah bersender di tempat duduknya.

Air mukanya tampak pucat. Pasalnya (Name) belum kenyang sarapan, ia malah gladi 4 kali tanpa henti.

''Hoi, Hiro. Duduk di atas. Kakimu kedinginan nanti'' tutur Hotaru sembari menepuk punggung (Name).

''Harahetta'' ucap (Name) lesu. Mereka bertiga langsung paham apa yang di maksud oleh personil termuda Selena itu.

''Kau mau makan apa?'' Tanya Satoru. ''Onigiri'' jawab (Name). ''Onigiri terus... mukamu nanti seperti Onigiri'' sahut Hotaru.

I'm Life With A Monster 2 (BSD x Readers x Haikyuu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang