Suara dering ponsel di pagi hari menganggu tidur sepasang kekasih itu. Jaebum menggapai ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidur.
"Siapa?" Ucap Jaebum dengan suara seraknya.
Terdengar suara Jeonghan dari seberang sambungan. "Yak, kenapa tidak mengangkat ponselmu lebih cepat?!" Omel Jeonghan.
Jaebum menyandarkan dirinya pada headboard ranjang dan bersiap mendengar omelan dari manajernya itu. "Ada apa? Kurasa aku masih memiliki satu hari libur."
Jeonghan dengan sabar menjelaskan kepada Jaebum mengapa dia repot-repot menghubungi Jaebum di hari liburnya.
"Oke, kalau begitu aku akan bersiap. Tolong kirimkan alamatnya." Jaebum menutup panggilan itu. Ia harus segera menuju ke tempat yang dimaksud Jeonghan.
"Kau harus pergi ya?" Tanya Ashley yang sudah bangun dan sedari tadi mendengarkan obrolan Jaebum dengan ponselnya.
Jaebum menatap Ashley, dia masih ingin menghabiskan waktu bersama Ashley sampai waktu keberangkatan Ashley ke bandara. "Iya. Jaga diri selama di sana. Aku akan merindukanmu." Jaebum mengecup bibir Ashley singkat dan memeluknya.
"Aku juga akan merindukanmu." Bisik Ashley.
Jaebum menghirup aroma Ashley yang akan ia rindukan. Semalam Jaebum benar-benar terbuai oleh suasana. Mereka melakukan hal yang sempat tertunda beberapa waktu lalu, mencurahkan rasa rindu yang telah memuncak sebelum mereka memupuk rasa itu lagi.
***
Jeonghan sudah menunggu kehadiran Jaebum di depan sebuah rumah makan kecil. Saat melihat sedan Jaebum mendekat, lantas Jeonghan masuk ke dalam rumah makan itu.
"Apa kau Park Junsuk?" Jeonghan bertanya kepada salah satu kasir rumah makan.
"Iya benar. Ada apa ya, Tuan?" Tanya pria bernama Park Junsuk itu.
"Bisa kita berbicara?"
"Tapi Tuan, aku sedang bekerja." Junsuk tampak tak nyaman dengan kehadiran Jeonghan yang sepertinya akan mengganggu pekerjaannya.
"Tenang saja, aku sudah bilang ke manajermu, jika aku ada perlu dengan seseorang bernama Park Junsuk. Mari kita duduk disana." Jeonghan berjalan ke arah meja di pojok rumah makan yang sudah diduduki oleh seorang pemuda yang memakai masker dan topi.
Junsuk ragu untuk meninggalkan meja kasirnya, namun tak lama manajernya datang mengisyaratkan Junsuk untuk mengikuti Jeonghan.
"Halo Park Junsuk. Lama tidak bertemu." Ucap pemuda bermasker.
"Ah halo. Anda siapa ya?" Tanya Junsuk bingung disapa oleh orang yang wajahnya bahakan tak dapat ia lihat.
Pemuda itu menurunkan maskernya dan mengangkat sedikit topinya agar Junsuk dapat melihat wajahnya. Menilai dari ekspresi Junsuk yang terlihat kaget, pemuda itu kembali menutup maskernya.
"Bagaimana kabarmu, teman?"
Ia cukup terkejut didatangi oleh salah satu teman di masa lalunya tapi dia juga sudah menduga hari ini akan datang. "Kabarku baik, Jaebum-ah."
Jaebum, pemuda bermasker itu, berkata, "Ah jadi kau baik-baik saja ya setelah dengan mudahnya menyebarkan rumor tidak benar tentang diriku."
Jantung Junsuk berdegup kencang. Akhirnya, Jaebum mengetahui bahwa dirinya adalah pelaku yang menyebarkan isu Cho Jaebum adalah anak bermasalah semasa SMA. Dulu mereka cukup akrab. Tapi Junsuk selalu iri kepada Jaebum yang memiliki semua hal yang tidak ia miliki, ketenaran dan kekayaan. Junsuk selama ini selalu merasa bahwa jika bukan dirinya yang mengajak Jaebum pertama kali berteman dengan teman-teman yang lain, Jaebum tidak akan bisa bertahan selama masa SMA. Jaebum merupakan anak yang pemalu dan tidak mudah bergaul, namun semenjak dekat dengan Junsuk, Jaebum jadi mempunyai banyak teman. Jaebum selalu menganggap dan bersyukur Junsuk adalah temannya. Tapi ternyata berbeda dengan perasaan Jaebum, Junsuk menyesal karena sudah membuat Jaebum menjadi temannya sehingga semua perhatian yang semula tertuju padanya diambil semua oleh Jaebum. Setelah tamat SMA pun, Jaebum semakin beruntung. Ia sukses debut sebagai penyanyi, sedangkan Junsuk harus bekerja keras demi apapun yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Miraculous Thing, You
FanfictionJung Seulgi menjadi satu-satunya saksi dari titik terlemah seorang Cho Jaebum. Pertemuan itu menjadi awal terbelitnya takdir diantara mereka. Jaebum yang memiliki kekasih dan Seulgi yang tidak ingin berada dalam hubungan romantis, memutuskan untuk...