30. Dealing with Her Brother

43 5 0
                                    

Eunha kegirangan menerima album bertandatangan dari idolanya. Dia memandangi setiap lembar photobook dari album itu dengan tatapan mendamba. Lembaran kertas itu lebih memikat atensi Eunha dibanding langsung memalingkan wajah untuk bertemu muka dengan manusia yang sudah ia kagumi sejak masa kuliah itu.

"Dia tampan sekali! Ughh lihat tatapannya!" Eunha berteriak histeris layaknya para penggemar wanita yang terkesima melihat ketampanan idolanya.

Jaebum yang sudah ribuan kali mendapat pujian seperti tetap malu jika harus mendengarnya langsung dari penggemarnya. Ia menjadi sedikit salah tingkah melihat Eunha yang terus-terusan memuji wajahnya.

"Lebih tampan juga aku." Sungut seorang pria melirik apa yang sedang dilihat Eunha.

Eunha tidak menghiraukan pria itu dan terus menekuni apa yang sedang ia lihat.

Sedih karena dihiraukan oleh sang istri, Wonwoo memilih berbicara dengan anaknya.

"Appa lebih tampan bukan dari paman ini, kan?" Tanya Wonwoo sambil menunjuk Jaebum yang duduk di sebelahnya. Wonwoo menatap Eunwoo dan berharap putranya tidak mengkhianatinya.

Sayangnya, Eunwoo tidak tertarik dengan kuis dadakan Wonwoo. Eunwoo berdiri dari duduknya dan mengambil boneka bebeknya.

"Oke, bermainlah dengan ducky." Ucap Wonwoo lemas.

Seulgi yang berada di dapur terkekeh mendengar pembicaraan antara ayah dan anak itu.

Eunha yang menyadari Seulgi mulai sibuk memotong bahan makanan, menutup photobooknya dan menolong Seulgi menyiapkan makan malam mereka.

Jaebum dan Seulgi mendatangi rumah kecilnya dengan Wonwoo. Tidak biasanya kakak iparnya itu meminta untuk bertemu di rumah mereka. Biasanya mereka akan bertemu di toko. Tapi Seulgi bersikeras untuk datang dan mengadakan makan malam di rumahnya. Pasangan itu datang membawa kimchi dan bahan-bahan untuk membuat Tteokguk.

"Eunha-ya," Suara Seulgi membuat Eunha yang sedang fokus mengupas kulit telur rebus menoleh.

"Ne, unni?"

"Bagaimana rasanya membesarkan seorang anak, Eunha-ya?"

"Hhhmm..." Eunha memikirkan jawaban sambil membayangkan masa-masa sulitnya saat melahirkan Eunwoo dan membesarkannya hingga sekarang putranya sudah berumur dua setengah tahun.

"Aku bahagia, Unni," Eunha menghela napasnya. "Yah, tapi bukan berarti itu mudah. Aku beruntung, Wonwoo Oppa selalu ada disampingku untuk merawat Eunwoo."

"Syukurlah Wonwoo menjagamu dengan baik." Seulgi membuka celemek masaknya dan menata tteokguk yang ia buat ke atas piring. "Selama kehamilanmu, apa kamu pernah merasa khawatir jika tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk Eunwoo?"

"Unni, kau tahu, bukan saja saat kehamilan. Sampai sekarang pun aku selalu bertanya-tanya, apakah aku sudah menjadi ibu yang baik untuk Eunwoo? Tapi daripada sibuk memikirkan itu, aku dan Wonwoo akan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk Eunwoo. Kami pun secara bergantian mengambil kelas parenting, Unni."

Seulgi menjadi sangat tertarik dengan obrolan ini, "Kelas parenting ya...boleh aku tau dimana kamu dan Wonwoo mengikuti kelas itu?"

Dengan semangat Eunha mengeluarkan ponselnya dan menceritakan kepada Seulgi semua hal tentang kelas parenting yang ia ikuti. Topik anak dan parenting telah menjadi topik yang menarik untuk dibahas oleh Eunha bersama para ibu lain yang ia jumpai di kelas yang ia ikuti.

Di tengah obrolan mereka yang menyenangkan, Eunha tiba-tiba terdiam saat mendengar kata hamil dari mulut Seulgi. Apa dia sedang berhalusinasi? Apa dia seharusnya mendengar kata treadmill? Tapi apakah kalimat, 'treadmill memang tidak mudah, Eunha-ya. Aku hampir setiap pagi mengalami morning sickness.' terdengar masuk akal?

A Miraculous Thing, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang