Mobil sedan Jaebum memasuki area parkiran apartemennya. Setelah mobil itu terparkir, tidak ada satu orang pun yang turun dari mobil itu. Sang empunya tertidur di kursi penumpang sedangkan Seulgi terdiam menatap pria itu. Seulgi memutuskan untuk mendengarkan lagu bernada lembut dari pemutar musik sembari menunggu Jaebum terbangun. Ia tak tega membangunkan Jaebum yang nampaknya sangat kelelahan. Setelah kejadian di penampungan hewan tadi, Seulgi langsung mengajak Jaebum pulang. Menurut Seulgi, Jaebum tidak dalam kondisi yang baik untuk berkendara sehingga ia menawarkan diri untuk membawa mobil Jaebum. Benar saja, tak berapa lama mobil melaju, Jaebum tertidur di kursinya.
Dua puluh menit mereka berada di dalam mobil, Jaebum perlahan membuka matanya.
"Oh, kita sudah sampai?" Jaebum mengerjap-ngerjapkan matanya memastikan ia tak salah lihat pemandangan di hadapannya.
"Iya. Ayo turun." Ajak Seulgi.
Sepanjang perjalanan ke dalam apartemennya, Jaebum terus menggengam tangan Seulgi dengan erat dan menyembunyikan wajahnya dengan menunduk. Sesampainya di apartemen, Jaebum buru-buru menuju kamarnya. Ia terlalu malu menghadapi Seulgi yang telah melihatnya menangis seperti bayi. Apalagi saat ia menyadari gambaran dirinya dari layar ponselnya. Wajahnya sangat bengkak dan matanya merah, terlihat buruk. Tapi Seulgi segera menahan pintu kamar Jaebum.
"Makan malam dulu." Ucap Seulgi lembut.
Jaebum menggeleng. Dia tak berselera untuk makan.
"Jeonghan menghubungiku dan bilang kau belum makan siang. Jadi kau harus makan malam. Aku memaksa." Seulgi menarik tangan Jaebum dan bergerak menuju meja makan.
"Sebentar, aku akan memasakkan sesuatu."
Seulgi bergegas mengikat rambutnya dan memasang celemek. Ia memotong-motong bahan makanan dan memasak secepat yang ia bisa agar Jaebum tak lama menunggu. Jaebum hanya duduk menonton Seulgi. Ia merasa hatinya menghangat saat mengetahui ada seseorang, selain ibunya, yang memedulikannya sampai seperti ini.
Selang berapa saat kemudian, telur dan nasi goreng kimchi tersaji di atas meja makan. Mereka makan dalam diam.
"Terima kasih atas makanannya." Ucap Jaebum setelah menaruh piring bekas makannya dan Seulgi ke bak cuci piring.
"Sini Jaebum-ah," Panggil Seulgi dari ruang tamu.
"Kenapa Seulgi-ya?" Tanya Jaebum melihat Seulgi yang memegang wadah berisi air es.
"Sini duduk. Matamu bengkak, jadi aku menyiapkan kompres ini."
Jaebum tersenyum. Seulgi ini kelewat baik. Setelah membiarkannya menangis di bahunya, menyupirinya sampai rumah, memasakkan makan malam untuknya, sekarang Seulgi dengan sukarela menyiapkan kompres dingin untuk matanya. Apa ini? Jaebum merasa tersentuh.
Jaebum menyandarkan kepalanya di sofa. Ia menutup matanya dan membiarkan Seulgi menaruh kompres dingin itu. Rasanya lumayan juga. Sensasi dingin membuat matanya terasa lebih ringan.
"Tadi di panti asuhan, anak-anak mencarimu. Mereka terus-terusan menggodaku. Mereka bilang, jika datang lagi, aku harus datang bersamamu. Pengurus panti yang lain juga bilang begitu. Apa kau keberatan?" Tanya Seulgi yang sudah duduk di sebelah Jaebum.
Jaebum teringat janji yang belum ia penuhi. Terbayang di kepalanya, Sungchan, Sara, dan anak-anak lain berteriak kegirangan saat tahu berita tentang ia dan Seulgi.
"Tidak, nanti aku akan datang bersamamu."
"Hhmm...tadi pengurus panti dan karyawan penampungan hewan mengatakan hal yang sama kepadaku. Katanya, ada beberapa wartawan yang datang dan bertanya tentang diriku. Jujur saja, aku jadi tidak nyaman mengetahui ada orang lain yang mencari tahu tentangku. Bahkan mereka sampai tahu soal panti asuhan dan penampungan hewan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Miraculous Thing, You
FanfictionJung Seulgi menjadi satu-satunya saksi dari titik terlemah seorang Cho Jaebum. Pertemuan itu menjadi awal terbelitnya takdir diantara mereka. Jaebum yang memiliki kekasih dan Seulgi yang tidak ingin berada dalam hubungan romantis, memutuskan untuk...