Setiap hari Jaemin merawat Jisung, dia tidak pernah meninggalkan Jisung. Kondisi Jisung berangsur membaik, dia bahkan sudah bisa bercanda.
"Hyuuung, aku merindukan Renjun Hyung" Rengek Jisung.
"Kamu mau menghubunginya?" Tanya Jaemin.
Jisung mengangguk bersemangat. Mark mengambil handphonenya untuk menghubungi Renjun, mereka melakukan video call.
"Jisungie, bagaimana keadaanmu?"
"Aku jauh lebih baik Hyung, Hyung kapan kembali ke Korea?" Tanya Jisung.
"Entahlah" Suara Renjun melemah.
"Ayahku masih dalam pemulihan, dan tidak ada yang merawatnya disini, aku anak satu-satunya"
Jisung merasa kasihan kepada Renjun.
"Tidak apa-apa Hyung, kembalilah ketika semua sudah baik-baik saja" Jisung tersenyum.
"Arraseo, kamu harus sehat ya? Jangan sakit"
Jisung mengangguk sambil tersenyum, sementara itu Jaemin hanya memperhatikan Jisung yang sedang mengobrol dengan Renjun. Jaemin senang Jisung tampak lebih sehat, dia ingin terus melihat senyum Jisung.
Entah sejak kapan dia begitu menyayangi Jisung, apakah ini naluri seorang anak tunggal? Dia sejak dulu sangat menginginkan seorang adik, tapi tidak pernah dia dapatkan. Makanya ketika Jisung datang, Jaemin begitu bahagia, dia seperti mendapatkan seorang adik yang selama ini dia inginkan, Jaemin bahkan bersedia memberikan apapun untuk Jisung, padahal Jisung hanyalah orang asing, dia bahkan belum setahun bersama dengan Jaemin. Tapi Jaemin sudah begitu menyayanginya.
"Jisungie, sudah ngobrolnya, sekarang kamu harus istirahat" Jaemin mengingatkan.
Renjun mendengarnya.
"Benar, kamu harus istirahat agar segera sembuh, istirahatlah, nanti kita bicara lagi"
Jisung cemberut, dia masih ingin bicara dengan Renjun. Tapi melihat Jaemin yang berbicara dengan serius, Jisung tidak bisa melawannya, dia harus beristirahat, lagian Jisung juga tidak mau berlama-lama berada di Rumah Sakit, dia sudah ingin pulang, dia juga rindu sekolah, dia rindu bermain dengan Chenle.
Tunggu.
Chenle.
Berbicara tentang Chenle, Jisung baru ingat kalau dia belum mengabari Chenle, Jisung menepuk jidatnya, Jaemin kebingungan melihat tingkah Jisung.
"Kamu kenapa?"
"Aku belum mengabari Chenle, ah, anak itu pasti kebingungan"
Jisung mengeluarkan handphonenya dan menelpon CHenle.
"YAK! PARK JISUNG!" Terdengar suara teriakan Chenle dari sebrang telpon, Jisung menjauhkan telponnya dari telinga.
"KEMANA SAJA KAMU?"
"KENAPA TIDAK MEMBALAS PESANKU?"
"KENAPA TIDAK MENELPONKU?"
Jisung menggosok telinganya mendengar suara nyaring Chenle.
"Tidak usah teriak-teriak, aku sakit, makanya aku tidak masuk sekolah" Jawab Jisung.
"MWO?" Teriak Chenle.
"SEKARANG KAMU DIMANA?"
"Aku di Rumah Sakit, jangan khawatir aku baik-baik saja"
"Ck, siapa yang mengkhawatirkanmu?" Jawab Chenle. Dia berbohong, selama beberapa hari ini Chenle terus mengkahatirkan Jisung yang tiba-tiba tidak masuk sekolah, dia juga sedikit merindukan teman sebangkunya itu, hanya saja Chenle terlalu gengsi untuk mengakuinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream | Park Jisung
ФанфикApakah aku bahkan boleh memimpikan masa depan yang indah? Aku ingin mati saja.