Jisung telah kembali ke sekolah. Chenle telah tahu penyakit Jisung karenanya Jaemin menitipkan Jisung selama di sekolah kepada Chenle, dia pun memberikan nomornya kepada Chenle untuk berjaga-jaga jika suatu saat terjadi sesuatu pada Jisung.
Chenle dan Jisung sedang berjalan menuju kantin mereka akan makan siang. Chenle sudah sangat berisik mengajak Jisung makan dan selalu cerewet tentang obat Jisung, sudah seperti alarm.
Mereka berdua berjalan beriringan bercanda dan mendebatkan hal hal sepele.
Langkah Jisung terhenti, dia berpapasan dengan Haechan.
"Haechan Hyung"
"Eoh Jisung" Jawab Haechan sedikit kaku.
"Kamu mau ke kantin?" Tanya Haechan basa-basi, karena tentu saja Jisung mau ke kantin, mereka berada di depan kantin sekarang.
Jisung mengangguk.
"Geurae, aku pergi dulu" Haechan berlalu melewati Jisung.
"Ah, Jisung" Haechan menghentikan langkahnya.
"Aku senang kamu sudah sembuh" Haechan tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Jisung.Jisung tersenyum. Apakah Haechan sudah tidak membencinya?
"Kenapa anak itu?" Tanya Chenle.
Jisung mengangkat bahunya, tapi dia merasa bahagia, dia merasa Haechan sudah tidak terlalu membencinya, apapun itu Jisung bahagia.Mereka pergi ke kantin, Chenle memastikan makanan yang Jisung pesan adalah makanan yang sehat. Dia benar-benar teliti.
"Aku senang karena tidak perlu ikut pelajaran olahraga" Celetuk Jisung.
Chenle menghentikan aktivitasnya.
"Lantas, kamu bersyukur karena kamu sakit?"
"Kamu sekarat kamu tahu?" Chenle sedikit membentak Jisung.Aduh, perkataan Chenle sedikit kasar, tapi Jisung tidak tersinggung, Chenle memang benar, jika dia lalai menjaga kesehatannya bukankah nyawanya akan terancam?
"Mian, bukan begitu maksudku" lirih Jisung.
Chenle menghela napas.
"Sudahlah" jawabnya.
Chenle tidak habis pikir kenapa Jisung bisa sesantai ini, dia bahkan mengidap penyakit yang mematikan. Chenle bahkan merasa takut Jisung akan meninggalkannya, apakah dia tidak merasa takut sedikitpun? Chenle tidak habis pikir.~~~
Jaemin mengajak Jisung untuk pergi menemui Jeno, mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju kedai.
"Hyung memangnya tidak sibuk?" Tanya Jisung.
"Ani, hyung sangat sangat tidak sibuk" Jaemin terkekeh.
Jisung tahu, sebenarnya Jaemin sangat sibuk, dia bahkan sering mendapati Jaemin bergadang sampai larut malam untuk menyelesaikan pekerjaannya.Mereka sampai.
Merka berjalan beriringan untuk memasuki kedai, terlihat kedai tidak terlalu ramai seperti biasanya, apakah mereka tutup lebih awal?
Ketika membuka pintu Jisung dan Jaemin berpapasan dengan seorang wanita.
"Eomma?" Jaemin memanggil wanita itu dengan panggilan Eomma.
Wanita itu terkejut, dia tidak menyangka akan bertemu dengan anaknya disini. Terlebih Jaemin tidak tahu kalau ibunya berada di Korea.
"Jaemin, sedang apa kamu disini?"
"Bukankah aku yang harus bertanya, sedang apa eomma disini? Bukankag eomma harusnya ada di Jepang?" Tanya Jaemin.Jeno menghampiri Jaemin, sementara Jisung hanya mematung tidak mengerti dengan situasi yang ada dihadapannya.
"Jaemin" Ucap Jeno.
"Kita duduk dulu"
Jaemin yang masih bingung hanya mengikuti Jeno, sementara itu Jisung menunggu di dapur, dia rasa dia tidak bisa berada disana.
"Ada apa ini?" Tanya Jaemin.
"Dengarkan Eomma" Ibu Jaemin memegang tangan Jaemin.
Sekarang di meja itu duduk Jaemin, Jeno, Eomma dan seorang lelaki.
"Laki-laki itu adalah ayahmu" Jaemin terkejut, dia tidak bisa mencerna apa yang dikatakan ibunya.
"Dan Jeno, dia adalah kakakmu"
Jaemin membelalakan matanya.
"MWO?" Pekik Jaemin.Flashback.
"Apa yang kamu katakan?" Seorang wanita menangis histeris.
"Kamu tidak bisa melakukan ini padaku yeobo" airmata mengalir membasahi pipinya.
"Aku sudah tidak mencintaimu, bawa saja Jaemin dan aku akan mengurus Jeno"
"Aniya!!" Jangan pisahkan aku dengan anakku.
"Pergi!!"
Yoona memeluk Jaemin, saat itu Jaemin masih berusia tiga tahun sementara Jeno berusia 5 tahun, mereka tidak mengerti kenapa kedua orang tuanya bertengkar.Donghae, dia mengkhianati Yoona, dan memilih wanita lain.
Yoona dan Jaemin pergi dari rumah itu, dia bisa mendengar suara Jeno yang memanggil namanya, tapi dia tidak bisa menghampiri Jeno, Donghae sudah mengunci pintunya.Dengan berat hati dia membawa Jaemin pergi.
Flashback End.
Jaemin terkejut. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Jeno, kamu sudah tahu?"
Jeno mengangguk.
"Sejak kapan?" Tanya Jaemin.
"Sejak pertama kita bertemu"
Jaemin mengusap wajahnya frustasi.
"Sejak pertama kita bertemu aku sudah tahu kalau kamu adalah Jaemin adikku, kamu mungkin tidak mengingatnya karena kamu masih terlalu kecil, tapi aku tidak akan pernah lupa pada adikku" Lirih Jeno."Sudahlah, Jaemin kamu terlihat kaya, appa boleh meminta uangmu?" Lelaki yang sedari tadi bersama mereka akhirnya mengeluarkan suara.
Yoona tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan mantan suaminya, bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti itu pada anaknya yang bahkan tidak pernah dia tanyakan kabarnya."Aku harus pergi" Jaemin beranjak dari tempat duduknya.
"JAEMIN TUNGGU" Jeno menyusul Jaemin. Mendengar itu Jisung ikut menyusul Jaemin, dia mendengar apa yang tadi dibicarakan oleh Jaemin dan keluarganya.Mereka kini ada di sebuah taman, keheningan menyelimuti mereka, malam sudah semakin larut.
"Aegi, kenapa kamj berpakaian seperti itu?" Jaemin akhirnya membuka suara, dia memakaikan jaket kepada Jisung.
"Mian" Lirih Jeno.
"Apakah aku sekarang harus memanggilmu Hyung?" Tanya Jaemin.
"Tidak perlu, kita bisa bersikap seperti biasa, kamu jangan merasa terbebani" Jawab Jeno.
"Sial" Jaemin mengumpat.
Jisung hanya terdiam."Kenapa Hyung tidak mengatakannya?" Jeno terkejut karena Jaemin memanggilnya Hyung.
"Bodoh..." lirihnya.
"Aku selalu merasa kesepian, aku kita aku benar-benar sendirian, tapi lihatlah aku memiliki seorang kakak"
"Dan seorang adik" Ucap Jaemin.
Jeno beringsut memeluk Jaemin, dia sudah sangat ingin memeluknya. Dia sangat merindukan adiknya.Selama ini Jeno menyembunyikan itu semua karena dia melihat Jaemin sudah memiliki kehidupan yang baik, dia merasa bahagia dengan hanya melihat Jaemin.
Tanpa sadar Jeno menangis, dia sudah menahannya, dia benar-benar tidak pernah membayangkan akan memeluk adiknya seperti ini.
Jisung yang menyaksikan itu semua ikut menangis.
"Hey, jangan menangis" Jaemin mengusap airmata Jisung.
"Bagaimana aku tidak menangis? Aku seperti melihat adegan drama" Jisung mengerucutkan bibirnya lucu, sementara matanya sembab.
Jeno dan Jaemin terkekeh melihat tingkah Jisung yang menggemaskan.
"Aku bahagia ternyata Jeno Hyung dan Jaemin Hyung bersaudara" Jisung kembali menitikkan airmatanya."Aku ingin memiliki keluarga juga" Lirih Jisung.
Jaemin memeluk Jisung.
"Kamu memiliki kita" Ucap Jaemin.
Jisung mengangguk dalam pelukan Jaemin.
"Kajja, kita sudah terlalu lama di luar, kamu akan kedinginan dan Hyung tidak ingin kamu sakit lagi"
Jisung mengangguk, Jeno pun memutuskan untuk menginap di rumah Jaemin malam ini, mereka pulang bersama.TBC.
haaaaaai, aku kembali wkwk
Jaemin dan Jeno ternyata saudara, gimana kalian suka ga? Maaf ya kalau banya typo dan penulisannya ga rapih aku ngetiknya di hp ini (padahal biasa juga ga rapih dan banyak typo wkwk)Gimana menurut kalian bab ini? Vomen yaaaa
Byeee💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream | Park Jisung
FanfictionApakah aku bahkan boleh memimpikan masa depan yang indah? Aku ingin mati saja.