Sesampainya di Rumah Sakit Mark segera memeriksa Jisung, kondisi Jisung terus menurun. Mark hampir kehilangan harapan, tapi dia tidak boleh menyerah, Mark yakin Jisung pun sedang berjuang.
"Andy, bertahanlah, Hyung mohon" Ucap Mark lirih.
Jisung sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat, tapi kondisinya masih belum stabil.
Mereka berkumpul di ruangan Jisung, keheningan menyelimuti. Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun yang terdengar hanya mesin pendeteksi jantung yang menandakan Jisung masih ada bersama mereka.
Tiba-tiba handphone Mark berdering, memecah kesunyian.
"Yeoboseyo" Ucap Mark.
"Benarkah? Aku akan segera kesana"
"Ada apa Hyung?" Tanya Jaemin.
"Ada pasien mati otak, seorang remaja korban kecelakaan dan dia teedaftar sebagai pendonor organ, aku akan memeriksanya" Ucap Mark.
Mata Jaemin berninar, dia tahu tidak seharusnya dia merasa senang, keluarga remaja itu mungkin sedang putus asa sama seperti dirinya. Tapi dia ingin egois dan hanya memikirkan Jisung, adiknya. Jaemin menangkupkan tangannya berdoa semoga jantung itu cocok dengan Jisung.
Satu jam berlalu Mark akhirnya kembali.
"Bagaimana?" Tanya Jaemin.
"Pasien tersebut telah meninggal 15 menit yang lalu dan keluarga pasien sepakat untuk mendonorkan organ anaknya, artinya Jisung akan mendapatkan donor jantung"
"Syukurlah" Jaemin menitikkan airmatanya.
"Aku akan segera menyiapkan operasi Jisung" Ucap Mark.
Jaemin mengangguk, dia sangat bahagia, secercah harapan datang menghampirinya.
Tidak lama Mark membawa Jisung ke ruang operasi, Renjun dan Jeno menunggu di depan ruang operasi bersama Jaemin.
"Jaemin!!" Ketika mereka sedang menunggu operasi terdengar suara seseorang memanggil Jaemin.
"Eomma..."
"Ada apa Eomma kesini?" Tanya Jaemin dingin.
"Jaemin! Kenapa kamu tidak mendengarkan apa kata Eomma?"
"Apa? Apa yang harus aku dengarkan? Meninggalkan Jisung?" Teriak Jaemin, Jaemin benar-benar sudah muak.
"Untuk apa kamu masih bersamanya?" Tanya ibunya.
"AKU HARUS BERSAMANYA! SETIDAKNYA AKU HARUS TETAP BERSAMANYA KETIKA SEMUA ORANG BAHKAN IBUNYA MENINGGALKANNYA"
"Jaemin, kendalikan dirimu" Jeno menenangkan.
"Eomma, sebaiknya Eomma pergo dari sini" Ucap Jeno.
"Aku telah memutuskan, aku bukan lagi anak Eomma" Ucap Jaemin.
"MWO?" Ibunya Jaemin merasa kaget.
"Sekretarisku akan mengurus segalanya, mulai sekarang aku dan Jeno Hyung bukan anak Eomma lagi"
"Apa yang kamu katakan?"
"Eomma bisa kehilangan satu orang anak, seharusnya tidak apa-apa kan jika kehilangan dua orang anak lagi?"
"Jaemin---"
"Sudahlah, jangan temui kita lagi dan pergi dari sini" Jaemin mengatakannya dengan tatapan dingin.
Setelah pertengkaran itu tidak ada yang berani membuka suara, semuanya diam.
~~~
Sudah tiga jam berlalu, operasi ini memakan waktu yang cukup lama bisa sampai lima jam, karena mereka harus melihat apakah jantung baru itu bisa beradaptasi di tubuh pemilik barunya."Ranjun, istirahatlah, biar aku yang menunggu disini" Ucap Jaemin.
"Aniya, aku baik-baik saja, aku ingin mrnunggi jisung disini, kamu yang terlihat sangat lelah, keluarlah dan makan sesuatu"
Jaemin menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin meninggalkan Jisung sampai dia mendengar kalau operasinya berjalan dengan baik.
"Jaemin, apa yang kamu katakan ada Eomma itu serius?" Tanya Jeno.
"Hmm" Jaemin menganggukkan kepalanya.
"Jika Hyung tidak setuju tidak apa-apa"
"Aniya, Hyung bahkan tidak terlalu dekat dengan Eomma, tidak masalah bagi Hyung, karena Hyung sudah hidup bertahun-tahun tanpanya, tapi---apakah kamu sungguh tidak apa-apa?"
Jaemin menangis, sebenarnya dia tidak ingin semua ini terjadi, dia sangat menyayangi ibunya, tapi dia benar-benar kecewa ibunya yang selama ini selalu bersikap hangat dan sangat menyayanginya tega memperlakukan anaknya yang lain seperti itu. Jaemin tidak bisa membiarkannya, dia tidak bisa meninggalkan Jisung yang tidak memiliki siapapun di dunia ini.
Menyadari itu, Jeno segera memeluk Jaemin.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Mark keluar dari ruang operasi.
Ketika menemui Jaemin, Jeno dan Renjun tubuh Mark limbung.
"Ya! Ada apa? Bagaimana operasinya" Tanya Jeno ketika menahan tubuh Mark.
Mark memposisikan dirinya.
"Operasinya berhasil"
"Aku sangat takut, takut jika jantung itu tidak bisa beradaptasi dengan tubuh Jisung, aku tidak sanggup membayangkan jika aku harus kehilangan Jisung dengan tanganku sendiri"
"Tapi semua berjalan dengan baik kan?" Tanya Renjun.
Mark mengangguk.
"Aku sudah memindahkan Jisung ke ruang ICU karena kita masih harus memantaunya"
"Gomawo" Jaemin menangis.
"Jaemin, ingat, kita masih harus memantaunya, gagal jantung dan komplikasi masih mungkin terjadi" Ucap Mark.
Jaemin mengangguk, dia bersyukur karena operasinya berjalan dengan baik, itu adalah kabar yang membahagiakan baginya.
Jaemin kemudian menemui Jisung.
"Jie..."
"Gomawo karena telah bertahan"
"Kamu anak yang kuat, tolong bertahan sedikit lagi, jebal" Ucap Jaemin, dia mengelus surai hitam milik Jisung, sementara Jisung masih belum sadarkan diri.
"Jangan terlalu lama tidur, hyung merindukanmu, bangunlah, Hyung akan menunggumu"
"Tolong bertahan sedikit lagi jisungie..."
TBC.
Haaai, chapter baru up hehehe
Maafkan ya kalau lebih pendek dari biasanya, mungkin sekitar satu atau dua chapter lagi sampai cerita ini End, huhu agak sedih sih sebenernya tapi author ga bisa memperpanjang cerita ini lagi...Sebagai gantinya author mau up cerita baru, kalau vote nya udah agak banya author bakal up prolognya (teteeep promosi) wkwkwk
Jangan lupa vomen yaaa (cerita yang angel last mission juga kekekek)
Byeeee 💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream | Park Jisung
FanfictionApakah aku bahkan boleh memimpikan masa depan yang indah? Aku ingin mati saja.