Cahaya matahari menerpa wajah Jisung.
Jisung mengerjapkan matanya, menyesuaikan pandangannya. Dia melihat Jaemin tersenyum kepadanya.
"Selamat pagi Aegi, bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik-baik saja Hyung" Jawab Jisung.
"Benarkah? Kamu tidak berbohong?" Tanya Jaemin selidik.
Dia ingat bagaimana semalam Jisung tidak bisa tertidur, keringat membajiri tubuhnya, entah mimpi seperti apa yang menghampirinya sehingga dia terlihat sangat kesakitan, bahkan semalam tubuh Jisung sempat demam, sehingga Jaemin terjaga untuk mengompresnya semalaman.
Jisung hanya diam, dia menjadi jauh lebih pendiam. Jaemin mengira setelah kemarin Jisung akan lebih terbuka terhadapnya. Tapi tampaknya Jisung masih belum bisa terbuka kepada Jaemin.
"Jisung, dengarkan Hyung" Jaemin berkata lembut kepada Jisung.
Jisung mengalihkan pandangannya, menatap Jaemin.
"Kamu adalah dongsaeng Hyung yang paling berharga, Hyung tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu mulai dari sekarang, kamu bisa bersandar pada Hyung, apakah menurutmu Hyung bisa diandalkan? Hyung ingin menjadi Hyung yang bisa diandalkan" Ucap Jaemin serius.
Jisung mulai menitikan air matanya, dia terisak perlahan. Bukannya dia tidak ingin bersandar kepada Jaemin, dia hanya takut, takut kalau takdir akan mempermainkannya lagi. Takut kalau ternyata kebahagiaan memang tidak akan datang padanya lagi.
Jaemin memeluk Jisung, mencoba menenangkannya, berharap pelukannya bisa memberikan sedikit kenyamanan, Jaemin membiarkan Jisung menangis dalam pelukannnya sampai dia berhenti.
"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jaemin.
Jisung mengangguk.
Jaemin menghapus sisa air mata di pipi Jisung.
"Tapi Hyung..." Jisung ragu-ragu berkata.
"Wae?" Tanya Jaemin.
"Kenapa aku ada di kamar sebagus ini?"
"Hyung yang memindahkanmu" Jawab Jaemin santai.
"Tapi aku tak memiliki cukup uang untuk membayarnya" Jisung menundukkan kepalanya.
"Aigoo" Jaemin terkekeh sambil mengusap rambut Jisung gemas.
" Kamu tidak perlu khawatir, Hyung sudah membayarnya, jangan memikirkan itu"
"Hyung... apa Hyung punya banyak uang?" Tanya Jisung polos.
"Eoh?" Jaemin terkejut dengan pertanyaan Jisung.
"Emm, Hyung lumayan punya uang, apa kamu membutuhkan sesuatu?"
"Apakah Hyung orang kaya?" Tanya Jisung.
"Hmm, lumayan (?)"
"Hyung memiliki villa, mempunyai mobil, dan sekarang membayar seluruh perawatanku, Hyung pastilah sangat kaya"
Jaemin terkekeh mendengar apa yang diucapkan Jisung.
"Sebenernya, Hyung memiliki perusahaan, apakah itu bisa disebut kaya?" Tanya Jaemin sambil tersenyum.
"MWO?" Jisung terkejut.
"Tapi kenapa Hyung tinggal ditempat seperti itu, Hyung bahkan bisa membeli rumah yang bagus" Tanya Jisung.
"Apakah kamu ingin tinggal di rumah yang bagus?" Tanya Jaemin.
"Maksud Hyung?"
"Hyung akan membeli rumah jika kamu memang ingin tinggal di rumah yang bagus, kita bisa mengajak Renjun Hyung juga"
"Ani, bukan begitu"
"Hyung merasa cukup dengan tempat tinggal Hyung sekarang, lagian tinggal di rumah yang besar sendirian hanya akan membuatmu kesepian"
Jisung mengangguk membenarkan.
~~~
Setelah berada di Rumah Sakit selama seminggu, Jisung akhirnya di bolehkan pulang, hanya saja dia tetap harus check up seminggu sekali.
Renjun hari ini datang menjeput Jisung, Jeno tidak bisa datang karena dia harus menjaga kedai. Jaemin memutuskan selama JIsung masih belum pulih dia akan tinggal di kamar Jaemin.
"Naiklah Aegi" Jaemin mendekatkan kursi roda ke ranjang Jisung.
"Tapi Hyung aku bisa berjalan, yang patah kan bukan kakiku" Rengek Jisung.
"Baiklah, cobalah berjalan" Jawab Jaemin.
"Akhhh" Baru berdiri Jisung sudah meringis.
"Apa Hyung bilang, duduklah, jangan keras kepala"
Jisung mengerucutkan bibirnya."Aigooo, kyeopta" Renjun mencubit pipi Jisung.
Renjun kemudian mendorong kursi roda Jisung, sementara Jaemin sedang menyelesaikan administrasi perawatan Jisung.
Mereka menunggu Jaemin di Lobby Rumah Sakit.
"Itu Jaemin" Ujar Renjun.
"Semuanya sudah siap?" Tanya Jaemin.
Mereka kompak mengangguk.
"Ah, iya Jisung nanti kita akan membeli handphone, kamu benar-benar membutukannya, Hyung juga kesulitan menghubungimu jika kamu tidak memiliki handphone"
"Ah, aku sedang menabung tapi uangku belum cukup untuk membeli handphone Hyung" Jawab Jisung.
"Tenanglah, bukankah sekarang kamu memiliki Hyung yang kaya?" Tanya Jaemin sambil bercanda.
"Tapi, aku sudah menerima banyak dari Hyung, aku tidak bisa merepotkan Hyung terus"
"Siapa bilang kamu merepotkan? Hyung bahkan tidak merasa direpotkan sama sekali" Jawab Jaemin.
"Sudahlah Jisung, kuraslah uang Jaemin sampai habis" Bisik Renjun, dia terkekeh, Renjun memang sudah tahu kalau Jaemin memiliki perusahaan dan dia sebenarnya sangat kaya.
"baiklah sekarang kita pulang biar Jisung segera istirahat"
Sementara itu tanpa disadari seseorang tengah mengamati mereka dari kejauhan. Ketika Jisung pergi orang itu berlari mengejar Jisung.
"ANDY"
Jisung mendengar seperti seseorang memanggilnya, tapi tidak mungkin! Jisung mengabaikannya.
"ANDY" terdengar suara itu lagi.
"Hyung berhenti" pinta Jisung.
"Ada apa aegi?" tanya Renjun.
"Andy, apakah kamu andy?" Terdengar suara dari belakang Jisung.
Jisung pun memutar kursi rodanya. Dia terkejut melihat orang yang kini ada di hadapannya.
"Jisung apakah kamu mengenalnya?" Tanya Jaemin.
Jisung tidak menjawab, dia masih terkejut.
"Andy? Kamu andy kan?"
Tanpa sadar Jisung berdiri, ketika dia akan melangkahkan kakinya dia terjatuh.
BRUK.
"Akh.." Jisung sedikit meringis.
Jaemin dan Renjun segera menghampiri Jisung, begitu pun orang itu.
"Andy, kamu baik-baik saja?"
Jisung tiba-tiba menangis.
Apakah ini nyata?
Atau hanya mimpi?
TBC.
kyaaaaa~
Haii, aku kembali lagi.
Maafkan kalau updatenya pendek, kekke
Menurut kalian itu siapa? Kenapa dia memanggil Jisung Andy?
Oke, jangan lupa vomen yaa, boleh juga kalau mau follow hehehe
byeee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream | Park Jisung
Fiksi PenggemarApakah aku bahkan boleh memimpikan masa depan yang indah? Aku ingin mati saja.