Jisung berjalan menyusuri kota di malam hari, langkahnya pelan dan gontai, dia bahkan masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dan dia tidak tahu harus pergi kemana. Hanya terus berjalan.
"Nak, kamu hendak kemana?" Tiba-tiba ada yang menyapanya, Ah itu adalah pemilik kedai ramen.
Jisung terdiam, dia pun tidak tahu dia hendak pergi kemana.
"Aku sedang mencari rumah" jawab Jisung lirih.
Kakek pemilik kedai itu menatap Jisung, sepertinya dia tahu apa yang terjadi dengan Jisung melihat penampilannya sekarang dan koper yang dia bawa.
"Kemarilah, kakek ada seorang kenalan, mungkin dia masih memiliki kamar yang kosong" Ajak Kakek tersebut.
Jisung hanya mengikuti Kakek tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata.
Jaraknya ternyata tidak terlalu jauh dari kedai tadi, mungkin hanya berjarak 500m saja. Jisung melihat kakek tersebut berbincang dengan temannya, kemudian mereka mengajak Jisung ke lantai dua, Jisung mendengar beberapa penjelasan tentang kamarnya, sewa dan lain-lain. Akhirnya Jisung memilih kamar kecil yang sederhana, dimana kamar itu hanya kamar kecil yang memiliki kamar mandi di dalamnya, tidak ada dapur, lagian Jisung juga tidak pandai memasak jadi dia tidak memerlukannya, ditambah lagi kamar itu paling cocok dengan kondisi keuangannya sekarang, benar, mulai besok Jisung harus mencari pekerjaan.
"Kakek, terimakasih" ucap Jisung lirih, setelah Kakek yang membantunya tadi hendak berpamitan.
Kakek tersebut hanya menepuk pundak Jisung dan tersenyum.
"Datanglah besok ke kedaiku, jika kamu sedang mencari pekerjaan aku membutuhkan satu pekerja lagi, kamu bisa bekerja setelah selesai sekolah"
Jisung tersenyum. Pertama kali dalam hidupnya, akhirnya Tuhan mengirimkan malaikat untuknya.
Jisung pun memasuki kamarnya, dia tidak berniat merapihkan kamarnya malam ini, tubuhnya sangat lelah.
Di lantai dua ini selain Jisung ternyata ada dua penghuni lagi, Jisung belum bertemu dengan mereka karena ini sudah terlalu larut malam. Haruskah dia menyapanya besok? Ah Jisung berharap tetangganya baik, atau setidaknya kita hidup masing-masing tanpa saling mngetahui itu sudah cukup baginya. Tanpa sadar Jisung memejamkan matanya, dia tertidur. Ini adalah malam terdamai yang dia lewati. Akhirnya dia bisa tertidur.
Jisung membuka matanya di pagi hari, dia meregangkan tubuhnya kemudian beranjak keluar dari kamarnya dia menaiki tangga menuju ke rooftop, Jisung bisa melihat pemandangan kota di pagi hari, dia memejamkan matanya, membiarkan angin menerpa wajahnya, rasanya menenangkan.
"Kamu siapa?" Jisung tiba-tiba tersentak.
Dia menoleh ke arah suara.
"Kamu siapa?" tanya lelaki itu lagi. Dia seorang lelaku, mungkin usianya 5 tahun di atas jisung, dia terlihat seperti seorang mahasiswa.
"Renjun, ayo kita sarapan" Selagi Jisung masih bengong, dia mendengar suara lain dari arah tangga.
"Eoh, Renjun, siapa dia? Kamu mengenalnya?" Tanya lelaki itu.
"Entahlah Jaemin , aku juga baru mengenalnya" Jawab Renjun.
Mereka berdua menatap Jisung, melihat tatapan itu Jisung menjadi salah tingkah dan sedikit gugup.
"A-aku penghuni baru disini" Jawab Jisung.
"Oh, kamu penghuni baru?" Jaemin terdengar lebih ramah.
Jisung hanya menganggukan kepalanya, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Ayo ikutlah denganku, kita sarapan bersama" Ajak Jaemin. Jisung tidak tahu harus bereaksi seperti apa, haruskan dia ikut? ataukah dia menolaknya? Akhirnya Jisung mengikuti ajakan Jaemin.
Jisung memasuki kamar Jaemin, kamar Jaemin lebih luas dari kamar Jisung, disana ada ruang tengah dengan sofa, ada mini kitchen juga kamar dan toilet.
Jisung duduk di sofa kaku.
"Jadi siapa namamu?" Renjun memulai percakapan.
"Aku Jisung" jawab Jisung.
"Nah, namaku Renjun sebenarnya aku mahasiswa asing, aku berasal dari China dan yang sedang menyiapkan itu namanya Jaemin, kita berada di kampus yang sama dan usia kita sama, coba aku tebak usiamu pasti dibawah kita kan?" tanya Renjun.
"Iya, aku masih SMA, usiaku 16 tahun" jawab Jisung.
"Baiklah, kamu boleh memanggil kita Hyung" Renjun tersenyum, senyumnya sangat manis.
"Ayo kita makan" Jaemin mengajak mereka untuk berkumpul di meja makan. Jisung membuntuti Renjun, dia masih merasa canggung.
"Jangan sungkan jisungie, kita memang terbiasa sarapan bersama, karena Jaemin pintar memasak dan hanya dia yang memiliki dapur" Renjun bercanda untuk mencairkan suasana.
"Aegi, singkilkan lengan bajumu, nanti kotor terkena makanan" Jisung kaget karena Jaemin memanggilnya seperti itu, dia belum pernah mendengar seseorang memanggilnya dengan lembut seperti itu, Jisung pun menarik lengan swaternya sampai dengan siku.
"Ya ampun, jisung!! kenapa tanganmu terluka seperti ini?" Renjun refleks meraih tangan Jisung dan mengamati lukanya, Jaemin tidak kalah terkejut, tapi dia lebih bisa mengendalikan diri. Jisung tergesa menarik tangannya dan kembali menutupi lengannya.
"Hanya kecelakaan kecil" Jawab Jisung.
"Udah, ayo cepat kita makan" Jaemin mengalihkan pembicaraan.
"Jisungie, kamu sekolah dimana?" tanya Jaemin.
Jisung menyebutkan nama sekolahnya, jarak sekolahnya dengan tempat dia tinggal memang cukup jauh, ada sekitar setengah jam perjalanan.
Mereka telah menyelesaikan makanannya, jujur ini adalah makanan terenak yang pernah jisung makan.
"Terimakasih sarapannya Hyung, biar aku yang membereskan piringnya" Jisung berdiri hendak merapihkan meja makan sebelum Renjun menahannya.
"Biar aku saja" Jisung pun tak bisa menolak dan hanya mengangguk.
"Jisungie, sini" Jaemin memanggilnya dan menyuruhnya duduk di sofa. Jisung menghampirinya, entah kenapa jisung begitu penurut kepada mereka padahal mereka adalah orang asing. Jisung hanya merasa nyaman berada diantara mereka.
"Ulurkan tanganmu" Perintah Jaemin. Jisung hanya bengong tidak mengerti.
"Ulurkan tanganmu, Hyung akan mengobati lukamu" ragu ragu Jisung mengulurkan tangannya.
Jaemin mengobati tangan Jisung dengan hati-hati seolah takut akan menyakiti Jisung. Jaemin juga membalut luka Jisung dengan perban. Tanpa terasa air mata Jisung mengalir, bukan karena sakit, dia hanya terharu.
"Jisung, kenapa? Apakah sakit?" Jaemin terlihat khawatir.
Jisung menggelengkan kepalanya, anehnya air matanya malah semakin deras mengalir.
"Oke, oke, sini Hyung peluk" Jaemin menarik Jisung kedalam pelukannya.
"Aigoo, kamu pasti melalui hari yang berat, tidak apa-apa, kamu sudah berjuang dengan baik" Jaemin menepuk punggung Jisung, sementara Jisung masih terus menangis.
Renjung yang melihat itu bertanya ada apa tapi Jaemin hanya memberi isyarat untuk tetap diam. Setelah beberapa saat Jisung akhirnya berhenti menangis.
"Maafkan aku Hyung" lirih Jisung.
"Jisung, orang tuamu dimana?" tanya Jaemin. Jisung hanya menggelengkan kepalanya.
"Orang tuaku sudah tidak ada" jawab Jisung.
"Aku tak memiliki siapapun di dunia ini"
"Kamu memiliki kita, aku dan Renjun Hyung" Jawab Jaemin.
Jisung mengangguk, dia pun kemudian pamit karena harus bersiap pergi ke sekolah.
"Renjun, aku rasa anak itu mengalami masa-masa yang sulit, aku merasa kasihan melihatnya menangis seperti itu, kita harus memperlakukannya dengan baik"
"hmmm, baiklah"
TBC.
Jangan lupa komen dan vote yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream | Park Jisung
FanfictionApakah aku bahkan boleh memimpikan masa depan yang indah? Aku ingin mati saja.