23 : Kenyataan

1.8K 152 9
                                    

Jaemin terduduk di bangku taman Rumah Sakit, angin malam menerpanya, ah sekarang sudah dini hari rupanya. Jaemin merasakan dingin menyelimuti tubuhnya, tapi dia mengabaikannya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

Beberapa saat yang lalu.

Jemin menatap Mark marah, matanya sudah memerah.

"Jaemin, tenangkan dirimu" Jeno berusaha melerai Jaemin.

Jaemin melepaskan genggamannya pada kerah Mark.

"Ikut aku, kita bicara di ruanganku" Ajak Mark.

Sesampainya di ruangan, sejenak keheningan menyelimuti mereka.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa" Mark memecah keheningan.

"Hyung, katakan apa yang terjadi?"

"Jisung baik-baik saja kan?"

Mark menghela napas.

"Untuk saat ini dia telah melewati masa kritisnya, tapi..."

"Tapi apa?"

"Kita harus segera mencari pendonor jantung, tanpa pendonor jantung Jisung mungkin tidak akan bertahan" Mark menundukkan kepalanya.

"Apa maksudmu??"

"Kamu haru menyelamatkannya Hyung!! Aku akan mencari pendonor jantung untuk Jisung" Ucap Jaemin.

"Berapa persen kemungkinan Jisung untuk bertahan tanpa donor jantung?" Tanya Jeno.

Mark menggelengkan kepalanya.
"Sangat kecil kemungkinan Jisung bertahan tanpa donor jantung, aku sudah menaruh namanya di penerima donor prioritas, dia hanya akan bertahan selama tiga bulan tanpa pendonor"

Jaemin menggebrak meja yang ada di depannya.
"Kenapa kamu mengatakan hal itu? APA HYUNG TUHAN?" Amarah menyelimuti Jaemin.

"Aku hanya mengatakan kemungkinan" Lirih Mark.

"Kita harus bersiap"

"Bersiap untuk apa? Bersiap untuk kehilangan Jisung? Bersiap jika suatu saat Jisung akan mati? Aku tidak bisa!!!" Jaemin kemudian keluar dari ruangan Mark, dia membanting pintu dengan keras.

"Maafkan dia" Ucap Jeno.

"Aku mengerti" Mark mengangguk.

Jeno kemudian pamit, dia hendak mencari Jaemin. Dia tau emosi Jaemin sedanh tidak stabil. Jeno kemudian melihat Jaemin sedang terduduk sendirian di bangku taman, dia bisa melihat punggung Jaemin bergetar, dia pasti sedang menangis.

Jeno kemudian menghampiri Jaemin, dia menepuk pundak Jaemin, Jaemin menoleh mendapatkan Hyungnya menghampiri dia.

"Hyung, apa yang harus kita lakukan?" Air mata lolos dari kedua mata Jaemin.

"Aku tidak bisa kehilangan Jisung, apakah kita harus diam menunggu pendonor sementara Jisung..."

"Dia semakin hari semakin mendekati kematiannya" Jaemin benci harus mengatakan itu.

"Hyung mengerti, tapi kamu jangan seperti ini" Jeno berusaha menenangkan.

"Aku akan mendaftar sebagai pendonor" Ucap Jaemin.

"JANGAN GILA!"

"LALU AKU HARUS APA?" Jaemin berteriak.

"Kamu pikir Jisung akan senang jika dia menerima jantungmu?"

"Aku tidak ingin kehilangan Jisung" Jaemin kembali menangis.

"Tidak ada yang ingin kehilangannya Jaemin, kita berdoa semoga Jisung segera mendapatkan donor"

Dear Dream | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang