PART 5

215 18 0
                                    

keesokan harinya
Rara Santang menemui kian Santang untuk mengajaknya melihat keadaan rakyat Padjajaran

"Rayi apakah kau mau ikut bersamaku untuk melihat keadaan di luar istana?"tanya Rara Santang

"maaf yunda aku tidak bisa"jawab kian Santang
"baiklah kalau begitu"

Rara Santang pergi keluar istana menggunakan pakaian selayaknya rakyat biasa

saat berjalan jalan tiba tiba dia melihat seorang kakek tua yang di hajar habis habisan oleh warga

"astaghfirullahalazim"
"BERHENTI!!"teriak Rara Santang dari kejauhan

"ada apa ini mengapa kalian menghajar kakek tua ini?"
"Dia telah mencuri uang ku!"jawab salah satu warga yang ikut mencuri

"astaghfirullah paman apa paman punya bukti?" mereka terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan dari Rara Santang

"jangan menghakimi seseorang tanpa bukti yang jelas"
"kakek ini sudah tua mana mungkin dia bisa mencuri"

mereka pun bubar satu persatu karna pertanyaan dari Rara Santang

"kakek ini aku punya sedikit uang tolong pergunakan untuk hal yang baik ya"ucap Rara Santang sembari memberikan sekantong kecil kepingan emas

"ma ma kasih nak"ucap kakek itu
"sama sama kek aku pamit dulu"

setelah Rara Santang pergi dari tempat itu orang yang menuduh kakek tua itu menghampiri kakek tua itu kembali

"Heh kakek tua sini kantong kecil yang di beri wanita itu!"
"ta pi nak-"
"Halah sudah lah sini!"orang itu mengambil kantong yang di berikan Rara Santang

"hah e-emas?!"ucap orang itu terkejut
"aku harus memberi tau warga lain agar mencegat wanita itu" orang itu pun pergi dan memberi tau semua warga

saat di tengah perjalanan Rara Santang di teriaki seseorang

"HEH KAU BERHENTI!!"
Rara Santang menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap orang tersebut

"ada apa paman menghentikan ku?"tanya Rara Santang
"serahkan semua harta mu atau kau kita habisi!!"

"apa maksud paman?"
"kau yang memberikan sekantong kepingan emas pada kakek tua itu bukan!"

"ya lalu mengapa?"
"beri kita juga!!"

"maaf paman tapi aku tidak bisa memberikan sekantong kepingan emas itu kepada mu"ujar Rara Santang

"Halah!!,kalian cepat serang dia!!"

dia orang yang di bawa orang tadi pun menyerang Rara Santang

beberapa saat kemudian dua orang tersebut kalah dan tersungkur ke tanah

"Kalian ini tidak berguna!!lawan satu wanita aja gak bisa!!"

orang tersebut pun menyerang Rara Santang tetapi sama halnya dengan kedua rekannya

"siapa kau sebenarnya?"tanya salah satu orang tersebut

"aku adalah Rara Santang putri dari prabu Siliwangi"

"Ra-rara Santang putri Gusti prabu Siliwangi?"

"ya paman"ucap Rara Santang sembari tersenyum tipis

"maaf kan kita putri Rara Santang"
"kali ini aku maafkan tetapi jika kalian melakukan hal yang sama aku akan membawa kalian menghadap ayahanda prabu Siliwangi"
"ya kami berjanji"

setelah itu Rara Santang meninggalkan tempat itu dan kembali menyusuri hutan

"bukan kah dia pria yang waktu itu aku kira Rayi"
"kenapa lagi dia setiap ketemu selalu dalam keadaan pingsan.."

Rara Santang menghampiri abikara yang sedang bersantai yang di kira nya pingsan

Rara Santang memastikan keadaan abikara dengan cara menepuk-nepuk pipinya tiba tiba abikara membuka mata yang membuat keduanya sama sama kaget

"Apa yang kau lakukan!!?" sentak abikara
"bukankah kau wanita yang waktu itu?"

"bukan!!"
"benar kau wanita yang waktu itu"

"itu kau tau lalu kenapa kau menanyakan nya kepadaku!?"

"kenapa kau berada di sini ini hutan dan kau bilang kau anak dari Ratu...eee Ratu"
"Parwati"

"nah iya!"
"apa salah nya aku berada di sini bukankah kau putri dari padjajaran"

"ya benar aku sedang jalan-jalan karna bosan di istana"
"ini sudah cukup jauh dari Padjajaran apa kau yakin akan menemukan jalan pulang?"

"aku sudah hafal jalan ini"
"lalu kenapa kau berada di sini?"tanya balik Rara Santang

"aku sedang menghirup udara segar"

"lalu kenapa kau seperti orang yang pingsan?"
"banyak nanya!"

"apa salahnya aku banyak nanya?"
"membuat ku kesal!"

saat Rara Santang melihat matahari sudah berada tepat di atas kepalanya

"astaghfirullah hampir keluapaan"
"apa di sini ada mushola?"

"mushola?"
"kau tidak tau?"

"aku tau tetapi mushola sangat jauh dari sini"
"apa kau bisa menunjukan arah nya ke mana?"

"apa gunanya aku membantumu?"
"kau lupa jika aku tidak membantu mu waktu itu kau mungkin sudah tidak bernafas"

"ada benarnya juga dia"batin abikara
"yasudah ikutalah bersama ku biar ku tunjukan"

mereka pun pergi menuju mushola paling dekat dengan sana

setelah sampai Rara Santang langsung wudhu dan sholat abikara entah kenapa menunggu Rara Santang sampai selesai sholat

setelah Rara Santang selesai sholat ternyata dia melihat abikara sudah tertidur di tepi mushola

"kenapa dia masih berada di sini.."Rara Santang bertanya kepada dirinya sendiri

Rara Santang menghampiri abikara yang sedang tertidur

"sepertinya dia belum lama tertidur"
"hey!"
"bangun!"
ucap Rara Santang sembari sedikit menggoyangkan tubuh abikara

setelah mencoba beberapa kali membangunkan abikara Rara Santang menyerah karna abikara tidak bangun

"sudahlah lebih baik aku tinggalkan saja dia"
saat Rara Santang hendak bangun tiba tiba abikara memegang tangan Rara Santang yang membuat Rara Santang terkejut

"Yunda jangan pergi"lirih abikara
"yunda?"

Rara Santang menengok ke arah abikara dan abikara masih tertidur

"apa dia mengigau?"
"hey!"
"bangun!"

kali ini abikara bangun dan langsung melepas kan genggaman nya

"Apa yang kau tadi bilang?"
"Apa?"
"yunda?"

"h-hah?"
"kenapa kau terlihat gugup bukankah kau tidak mempunyai saudara?"

"ya aku memang tidak mempunyai saudara"
"lalu kenapa kau menyebutku yunda?"

"aku tidak pernah memanggil mu yunda kita saja tidak lama bertemu mana mungkin aku menyebut mu yunda"

"saat kau memegang tangan ku?"
"itu aku hanya bermimpi mempunyai yunda"

"sudahlah dari tadi kau selalu bertanya!"
abikara bangun dan meninggalkan Rara Santang begitu saja

"haish dia meninggalkan ku begitu saja!"
"Ehh tunggu!!" teriak Rara Santang lalu berlari mengejar abikara

"kenapa kau mengikutiku?"
"aku hanya ingin meminta mu menunjukan arah jalan pulang"

"bukan kah kau bilang kau hafal jalan ini?"
"itu tadi sekarang tidak karna terlalu lama untuk berjalan ke Mushola"

"tetapi aku harus segera pulang ke istana Kandang wesi"
"hanya mengantarkan ku ke jalan yang sudah dekat dengan Padjajaran saja"

"tidak"
"ayolah"
"sudah ku bilang tidak."

In the end

PUTRI DARI PADJAJARAN//PENDEKAR PEDANG BIDADARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang