[ USAHAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ]
DILARANG PLAGIAT!!⚠️⚠️
-----------------------------------------------------------------
Rara Adhisti Wijaya, panggil saja Ara. Gadis berjilbab yang ceria dan murah senyum yang langsung suka pada El Denandra ketik...
Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.
🏵️🏵️🏵️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di kamar dengan nuansa biru langit itu, gadis cantik masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Sebagai Ibu dari gadis itu, ia membangunkan anaknya untuk bersekolah di hari pertama. Karena tidak ingin membuat anaknya terlambat.
"Ara... bangun, udah pagi!" kata Mama gadis itu - Elisa- yang sedang membangunkan gadis cantiknya.
"Bentar lagi Ma, aku masih ngantuk," jawab Ara -gadis cantik itu- yang masih setia memejamkan mata. Tidak rela menghilangkan mimpi indahnya.
Elisa hanya tersenyum dengan kepala menggeleng melihat anaknya. Setelah membuka tirai gorden di kamar Ara, cahaya matahari yang begitu menyilaukan langsung masuk ke dalam kamar. Kemudian menyorot ke wajah anaknya, membuat Ara berdecak kesal dengan kepala yang dibenamkan bantal. Merasa terganggu.
"Ini hari pertama kamu sekolah, nanti telat loh."
Hanya itu yang dikatakan Elisa sebelum pergi meninggalkan kamar anaknya. Kemudian Elisa turun menuju dapur untuk menyajikan makanan buat keluarganya.
"Oh iya... ini hari pertama aku sekolah!"
Ara terbangun dari tidurnya baru teringat, kemudian melihat jam yang menunjukkan angka enam. Waktunya tinggal sedikit. Dengan kesadaran yang belum sempurna, Ara berlari ke kamar mandi yang hampir membuatnya terjungkal.
🏵️🏵️🏵️
Cantik
Satu kata yang diucapkannya saat sedang bercermin, mampu membuatnya mengukir senyum. Ia hanya membutuhkan tiga puluh menit untuk bersiap-siap. Secepat itu.
Selesai memastikan tidak ada yang aneh dengan penampilannya, Ara turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan terlihat ayah dan abangnya yang sudah menunggu.
"Hai, Ma." Ara mendekati Elisa yang sedang menyajikan makanan kemudian membantunya.
"Eh, anak Mama, sana kamu sarapan," suruh Elisa, menatap meja makan.
Ara meninggalkan Elisa kemudian duduk di sebelah Brian -abang Ara- yang menatapnya tidak suka. Selalu seperti itu tatapan yang mengarahnya, membuat Ara muak sendiri.
"Ngapain lo, duduk di sebelah gue?" tanya Brian ketus dengan tatapan yang menajam.
"Mau sarapan."
"Tapi ..." Ucapan Brian terhenti karena tatapan yang lebih tajam mengarah padanya.
"Udah, duduk aja dekat Abang," ucap Pasha -Ayah Ara- mengulas senyum pada putrinya.