Elara 10 : ••• Drama •••

598 29 4
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Bang, lepasin!" Ara kembali memukul lengan abangnya yang terus menyeretnya.

"Nga usah diseret!" seru Ara kesal.

"Pulang," perintah Brian yang diangguki keduanya.

Ara berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Brian dan Farel yang menatapnya bingung. Ara kesal karena abangnya yang main narik-narik seenaknya. Ara jadi malu ketika dilihatin semua orang, terutama El.

Brian menatap Farel disertai alis bingung. "Kenapa?"

Farel mengedikkan bahunya lalu berjalan meninggalkan Brian.

"Wah, kurang ajar kalian! Gue ditinggal!" Brian berlari, menyusul Ara dan Farel yang sudah lumayan jauh. Di perjalanan menuju rumah, Ara masih dalam mode kesalnya.

Sesampainya di rumah, Ara langsung masuk mencari keberadaan mamanya. "MAMA!"

"Iya. Kenapa?" tanya Elisa yang sedang menonton televisi.

Ara menghampiri mamanya lalu duduk di samping mamanya. Dengan wajah cemberut kesalnya, Ara menatap Mamanya.

"Nga ngucap salam?" tanya Elisa heran. Membiarkan wajah kesal putrinya.

"Lupa. Assalamualaikum Mamanya Ara." Ara menampilkan senyum lalu meraih tangan Elisa kemudian diciumnya.

"Assalamualaikum," ucap Brian dan Farel berbarengan dari pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Elisa.

Kedatangan abangnya membuat Ara kembali cemberut. Ia tidak mau menatap abangnya yang menyalim tangan mamanya.

"Adek kamu, kok mukanya kayak gitu?" tanya Elisa.

"Entah! Kesurupan kali," ucap Brian asal.

Ara tidak terima ucapan Brian. Ia menghampiri abangnya lalu mencubit lengan abangnya tanpa ampun.

"Ra, lepasin! Maafin abang!" Brian mengadu kesakitan di lengannya. Cubitan Ara benar-benar mematikan. Persis dengan cubitan Elisa.

Ara terpaksa melepas cubitannya setelah dipelototi oleh mamanya. Hanya melihat mamanya yang melotot, Ara sudah ketakutan.

"Udah," kata Elisa sebagai tanda pemisahan untuk keduanya.

Setelah lengannya dicubit, Brian dan Farel berjalan, masuk ke kamar Brian. Sedangkan Ara, ia kembali duduk di sebelah mamanya.

"Kenapa sayang?" tanya Elisa lembut, mengelus puncak jilbab anaknya pelan.

"Tadi, Ma. Pas lari pagi, aku ketemu sama El. Kakak kelas yang aku suka."

"Tapi, dia mesra sama perempuan lain. Perempuan itu pernah ngelukain aku," lanjut Ara menunduk, menatap tangan mamanya.

"Dia ngelukain kamu?" Elisa panik, langsung memeriksa luka yang dibilang Ara.

Ara tertawa melihat kekhawatiran mamanya yang mencari luka di tubuhnya. "Bukan luka di tubuh, Ma. Aku dikunci di kamar mandi. Untung ditolongin sama kak Farel."

Elisa menghela nafas lega. Mengira luka yang dimaksud adalah luka fisik. "Udah makasih sama kak Farel?"

"Udah."

"Oh iya. Aku belum balikin jaketnya kak Farel," ucap Ara sembari menepuk jidatnya lupa.

"Jaket yang itu?" tanya Elisa mengingat kembali, ketika Ara pulang dengan jaket yang digunakan.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang