Elara 44 : ••• Balapan •••

443 14 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

Langit yang tadinya berwarna jingga kini telah berganti menjadi hitam, tanda hari mulai malam. Malam ini, geng motor Lufiax akan balapan seperti biasanya.

"Kami udah di tempat," sahut Kenzo dari seberang telepon. Di arena balapan sudah berkumpul sebagian Lufiax.

"Hmm. Gue dateng," kata El lalu mematikan teleponnya sepihak. Malam ini, El akan mengikuti balapan untuk menghilangkan rasa bosannya pada jalanan.

El membuka lemari pakaiannya, langsung mengambil jaket kulit kebanggaan Lufiax. Ia turun ke bawah, mengambil kunci motor sembari berjalan menuju garasi. Di rumah, tidak ada orang, selain bik Asih dan dirinya. El bosan karena terus berteman dengan kesepian. Bik Asih juga sudah pulang ke rumahnya lebih awal.

El mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia terus menyalip motor di depannya, tidak memperdulikan umpatan pengendara karena sekarang El mengendarai motornya dengan ugal-ugalan.

Cittt...

El berhenti tepat di depan Lufiax dengan rem yang ditekan kandas hingga membuat motornya terangkat ke depan, meninggalkan bekas ban motor El.

"KEREN!" teriak Andra mengangumi freestyle El yang luar biasa.

El mematikan motornya kemudian turun dari motornya sembari membuka helm. Ia menghampiri ketua Lufiax dengan memberi hormat dilanjutkan tos tangan.

Andra yang sudah mengangkat tangannya, menunggu El melakukannya juga, mendadak kesal. Tangannya hanya dilirik sekilas oleh wakil Lufiax. "Untung temen," ujar Andra sembari menurunkan tangannya.

"Emang kenapa kalau temen?" tanya Alfan.

"Ya kalau musuh, udah gue habisin," jawab Andra sembari menatap El sekilas. Ingin melihat respon El.

"Berani?" tanya Tirta yang sudah tahu jawaban yang akan dilontarkan Andra.

Andra menatap Tirta lalu menyugarkan rambutnya sembari tersenyum miring. "Ya mestilah... nga berani."

Sani tertawa pelan. "Udah gue duga."

"Sesuai dugaan gue juga," kata Tirta.

"Nga jelas." Alfan memukul kepala Andra pelan. "Gue pikir berani, rupanya cupu," ejek Alfan tepat di depan Andra.

"Lo juga." Andra langsung menunjuk Alfan yang tidak pernah mengaca, kalau dia juga sama.

"Berisik!" Tatapan tajam didapat Alfan dan Andra dari wakil Lufiax yang terganggu. Bukan hanya sang wakil, semuanya merasa terganggu.

"Marahin aja bang Andra sama bang Alfan, bang El," ujar salah satu anggota Lufiax kelas XI. Alfan dan Andra sama-sama menoleh ke sumber suara lalu memberikan tatapan tajam.

"Maaf bang, engga lagi," ujarnya sembari ketakutan. Ia tersenyum canggung sembari mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang berbentuk huruf V.

"Kayaknya anak Daryon nga ikut," celetuk Sani, terus mencari keberadaan Daryon yang tidak muncul.

Tirta, Alfan dan Andra langsung menatap sekeliling, tidak ada tanda-tanda kalau Daryon akan datang. "Iya, nga datang," ujar Tirta yang diangguki Alfan.

"Nga seru dong! Gue kan pingin liat mereka kalah terus." Andra terlihat sedih karena tidak adanya Daryon. Andra senang jika melihat Daryon yang terus-menerus kalah dalam balapan.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang