Elara 19 : ••• Bersalah •••

545 21 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Masih tidur?" tanya Meka, menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Ara.

"Masih," jawab Nabila yang melihat Ara. Tidurnya begitu damai membuat Nabila tidak sanggup untuk membangunkan. Matanya terlihat sembab dengan hidung yang masih memerah. Itu membuat Ara terlihat lebih lucu.

"Gue panggil Abangnya aja." Nabila turun dari mobil Meka lalu berjalan menuju depan rumah. Dengan takut, Nabila mengetok pintu rumah Ara.

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas Elisa dari dalam rumah kemudian membuka pintu untuk mengetahui siapa yang mengetok.

"Nabila, kenapa?" tanya Elisa heran. Setaunya, Ara pergi sama kedua sahabatnya. Terus Nabila kenapa berada di depannya?

"Em..." Nabila menggaruk tengkuknya merasa takut untuk menjelaskan.

"Em... Ara tidur Tante, di mobil." Nabila menunjuk mobil Meka yang terparkir di depan.

"Kok nga dibangunin?"

"Kasian Tante. Ara tidurnya nyenyak banget, Nabila nga tega," jawab Nabila tidak enak.

"Abang!!" Elisa berteriak, memanggil Brian untuk meminta tolong mengangkat tubuh putrinya menuju kamar.

"Ada apa, Ma?" Brian menuruni tangga dengan wajah ditekuk. Ia sebenarnya malas sekali menghampiri mamanya, tapi kalau sudah mamanya yang memanggil, Brian harus siap.

"Angkat adek kamu di mobil temennya." Elisa menunjuk mobil di depan.

"Kan dia punya kaki punya tangan." Brian mengelak, tidak ingin menerima perintah dari mamanya.

"Dia tidur."

"Yaudah deh." Dengan pasrah Brian menyetujui karena tidak enak melihat mamanya yang sudah memohon. Ia berjalan ke arah mobil lalu membuka pintu mobil di bagian tengah, tempat Ara tertidur.

"Lo nangis, Ra?" Brian sedikit terkejut melihat mata adeknya yang bengkak. Bahkan hidungnya memerah seperti habis menangis.

Brian pun langsung mengangkat tubuh adek kesayangannya ala bridal style. Sejahat-jahatnya Brian menjahili Ara sampai menangis, ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti adeknya. Aslinya Brian sangat sayang kepada adeknya, cuma ditutupi oleh sikap jahilnya saja.

Brian berjalan memasuki rumahnya, lalu berjalan menuju kamar Ara. Setelahnya Brian langsung membaringkan tubuh Ara di tempat tidur dengan pelan-pelan. Takut membangunkan putri yang sedang tertidur.

Setelah membaringkan Ara dengan benar. Brian langsung bergegas ke bawah untuk menanyakan sesuatu. Hatinya tidak tenang, merasa janggal, melihat adeknya yang seperti itu.

"Ara kenapa?" tanya Brian sedikit menahan rasa amarahnya. Melihat mata Ara yang bengkak sudah pasti karena menangis.

Nabila tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. "Ara tadi nangis Kak," jawab Nabila dengan ragu-ragu.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang